Siti Rohilah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Selalu Ada Cerita

Setiap hari adalah rangkaian kejadian. Peristiwa demi peristiwa mewarnai waktu dari bangun hingga terlelap.

Cerita hari ini. Subuh menyapa dingin embun pagi. Badan ini begitu enggan untuk beranjak, ingin rasanya menarik selimut menutupi badan yang dingin oleh hawa subuh.

Waktu menunjukkan pukul 4 pagi, aku harus bergegas. Aku paksa badan ini untuk segera bangkit dari tempat tidur yang begitu empuk dan selimut yang menghangatkan, berjalan menuju kamar mandi memaksa air dingin mengguyur tubuh.

Pukul 4.30 aku membangunkan anak-anak. Mereka juga harus bergegas. Anak bungsuku yang sedang terlelap dengan perasaan iba tidak tega untuk membangunkannya - siapa yang tega membangunkan anak berumur 4,5 tahun sepagi ini-, tapi aku harus membiasakan ia bangun subuh.

Pukul 5.30 kami sudah siap lengkap berseragam, menunggu nasi goreng yang sedang ditata oleh suamiku. "Ayo makan!" seru suamiku memanggil kami. Kami langsung menuju meja berisi deretan piring yang telah terisi nasi goreng. Suasana sarapan yang selalu membuatku bahagia. Melihat anak-anak makan dengan lahap membuat aku tenang bahwa hari ini mereka akan berkegiatan dengan energi yang cukup.

Pukul 5.55 kami - aku, anakku nomor dua, dan Si Bungsu- berangkat. Kami harus menaiki dua angkot, menjelajahi jalan setapak petakan sawah, dan menyusuri gang kecil barulah sampai di jalan raya. Angkot yang pertama berwarna merah "Langsung Mang?" tanyaku, karena kalau tdk ditanyakan pasti berbelok dulu ke arah Pasir Gede. Setelah sekitar 10 menit kami sampai di pertigaan tempat angkot biru berhenti.

Begitu sampai tdk ada angkot biru yg berhenti. Lumayan aga lama. "Assalamualaikum." suara seorang perempuan dari arah kiri mengalihkan perhatianku yg sedang cemas menunggu angkot. "Eh ibu, waalaikumsalam." jawabku. Setelah menunggu 10 menit barulah angkot itu datang. Kami langsung naik.

Awalnya angkot berjalan dengan kencang, tidak ada tanda-tanda mengkhawatirkan. Tapi begitu tiba di perempatan jalan Baros tiba-tiba angkot berhenti dan tidak bisa dihidupkan kembali. Beberapa kali sopir mencoba menyalakan angkot tapi tidak berhasil.

Aku melihat jam yang melingkar di tangan menunjukkan pukul 6.47. "Aduh ini mah alamat kesiangan." gumamku dalam hati. Masih ada tugas yang harus aku tempuh dalam perjalanan ini, yaitu menurunkan anakku yg kedua di SD dan Si Bungsu yg sekolah di TK sementara di rumah uwanya. "Kita naik Ojol mobil yuk!" Ajak teman sekantorku. Aku menyetujuinya. Ojol sudah dipesan dan tidak berapa lama ia datang.

Perjalanan kami dilanjutkan dengan menaiki Ojol mobil. Di Tajurhalang anakku yang kedua turun. Aku melihat jam menunjukkan pukul 6.55. Apabila aku menurunkan Si Bungsu di uwanya tiba di kantor akan terlambat, jadi aku putuskan Si Bungsu ikut dulu ke kantor dan kemudian diantar ke TK nya. Kami tiba pukul 7.15. Setiap hari selalu ada cerita, meskipun sudah siap dari pagi, takdir Allah harus kesiangan

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tiap hari ada kejadian, namun jadi asa tulisan Bund. Sukses selalu dan barakallahu fiik

08 Jan
Balas



search

New Post