Siti Romlah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tagur 14  Ondel-ondel di depan mesjid

Tagur 14 Ondel-ondel di depan mesjid

Seperti biasanya tiap maghrib tiba mesjid di daerahku ramai dengan bocah-bocah, mereka sholat berjamaah, dan ada pula yg mengaji, ini untuk kelompok anak usia remaja, jika bocah yang usia SD dan TK di mulai sejak jam 14.00.

Mesjid At Taqwa sebenar nya milik SMAN XXX, karena posisi sekolah di tengah warga yang sangat padat, itu sebabnya ketua RT nya memohon ijin, agar di perbolehkan untuk tempat ibadah warga juga. Alhamdulillah awalnya bermasalah kini kurang bermasalah beberapa tahun ini, diijinkan untuk sarana ibadah warga juga.

Toh itu tak mengganggu siswa yang bersekolah di sana, karena jika masih ada siswa yang belajar anak- anak-anak yang mengaji menggunakan tempat tinggal guru mengajinya. Sebuah rumah petakam yang di sulap menjadi madraaah Mini.

Hari itu suasana sedikit mendung, bahkan rintik- rintik

Butiran air sudah sedikit demi sedikit menetes, tapi itu tak membuat bocah surut melangkah untuk sholat berjamaah, kelucuan mereka terkadang menggemaskan, tapi tak jarang polahnya yang senang bereksplorasi, sering menantang pada sebuah petualangan yang oleh para orang dewasa menjadi salah penafsiran, sebutan perusuh, bandel, tukang rebut menjadi symbol bagi mereka.

Walau sering kali di herdik, sesaat mereka diam dan patuh, tetapi beberapa detik kemudian mereka kembali pada dunianya. Akhirnya para orang dewasa lelah dan pasrah, membiarkan mereka dengan dunianya.

Saat itu,sholat maghrib sudah siap di laksanakan, terdengar iqomah sudah di lantunkan, para orang dewasa biasanya menempati shap paling depan, walau mereka datang belakangan, dan para bocah dengan ikhlas hati menyingkirkan diri berada pada shap paling belakang, tidak terkecuali barisan akhwat juga demikian, walau bocah itu sudah tiba dari jam lima sore, dan memang sajadah sebagai pertanda posisi dia berada pada tempat sholatnya, begitu lima menit iqomah di latunkan, para ibu-ibu sehera menyingkirkan sajadah mereka. Tanpa ekspresi kecewa atau apapun mereka langsung memindahkan sajadah mereka ke urutan shap paling belakang.

Delisa bocah imut berumur tiga tahun, bersama kakaknya yang kini sudah duduk di kelas enam, dengan penuh kesabaran mengenakan mukena adiknya, dan menempatkan sajadah mungil di sampingnya.walau ia tertinggal sedikit ia coba mengatakan pada adiknya untuk ikuti kakaknya dalam gerakan sholat.

Rokaat demi rokaat berjalan dengan khusuk, tapi saat di rokaat terakhir Delisa mulai bosan,dan ia mulai bikin ulah.

“aah, cape, aku mau keluar !”seru Delisa sambil melepaskan mukenanya satu persatu, “kak, aku keluar yah, ndak jauh cuma lihat sandal”, ucapnya lagi pada Salma, kakaknya yang tengah sholat, untuk tidak mengganggu jamaah lain, biasanya Delisa akan terus bicara sampai Kak Salma mengijinkan. Spontan Salma mengangguk, saat Delisa berdiri di sajadah tepat di hadapannya.walau Salma masih dalam posisi sholat.

Melihat kak Salma mengangguk, Delisa merasa yakin kakanya mengijinkan, ia segera keluar dari shaf dan berlari keluar.

Beberapa saat kemudian, terdengar teriakan kencang sekali, dan itu suara Delisa, Salma saat itu bingung, ia tengah sujud akhir,tak berapa lama Delisa menangis arahnya mendekati dirinya. Salma bingung, apa yang harus di lakukan tangisan Delisa menggema di ruangan masjid. Sepertinya imampun memahami, bacaan sholatpun sedikit di percepat, tak lama kemudian salam. Segera Salma berlari keluar menghampiri Delisa yang masih menangis di depan pintu masjid.

“Ada apa Dek?” tanya Salama mendekap Delisa penuh kasih saying.

“itu kak, tadi ada ibu-ibu pake baju merah panjang, rambutnya kaya ondel-ondel dan mukanya seram”, kata Delisa yang masih terisak, membenamkan wajahnya ke pangkuan kak Salma.

“ah, yang benar Delisa salah lihat kali, itu ga ada,”ujar Salma sambil melihat keluar kea rah tempat sandal berjejer.

“itu Kak masih ada, sekarang pindah dekat pohon itu, aku takut kak” tangis Delisa kembali saat ia mengikuti kakaknya untuk melihat ke depan. Mendengar ada di bawah pohon seketika Salmapun merasa bulu kuduknya juga berdiri, ia segera berlari, ke dalam masjid. Memnunggu ayahnya pulang bersama.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya

14 Feb
Balas

Terima kasih

14 Feb

Terima kasih

14 Feb

Salam literasi

14 Feb
Balas

Keren ulasannya bunda. Salam sukses selalu

14 Feb
Balas

Hiii serem...keren ulasannya Bunda, salam sukses selalu

14 Feb
Balas

Sereeem..ulasan yg bagus bu

15 Feb
Balas

Wah ternyata Salma dan Delisa sama2 punya rasa takut. Keren tulisannya Bunda. Sukses selalu

14 Feb
Balas



search

New Post