Tagur 34 ' Bertamu ke simbok
Mukiyo coba menenangkan dirinya, dengan memutarkan lagu yang ada di Walkmannya, dengan lagu faporitnya dari artis idolanya Iwan Fals. Sampai terlihat simbok keluar dengan wajah yang sedikit lusuh. Mukiyo sedikit heran “mungkinkah Simbok sedang tidak enak badan, hingga ia tidak jualan untuk hari ini?”pikir Mukiyo dalam hati. Ia berdiri saat melihat Simbok datang menghampirinya. Simbok duduk di hadapannya sambil mempersilahkan Mukiyo untuk duduk lagi.
“Maaf yah, Mas saya merepotkan ?ucap simbok kemudian mengawali percakapannya. Ia menceritakan alasan hari itu tidak berjualan, tenyata dugaan Mukiyo benar, simbok sedang tidak fit, ia merasakan menggigil sejak kemarin sore. Factor usia yang sudah lanjut menyebabkan tubuhnya kerap kali minta di servis, walau hanya untuk beberapa hari istirahat di rumah dan minum resep tradisional salah satunya wedang herbal dari rempah-rempah yang ada di sekitaran desa tersebut.
Ini juga sering di minum Mukiyo yang di buatkan oleh mbok embannya yang selalu menjaga dirinya dari sejak bayi merah hingga kini, Mbok Embannya masih di rumahnya walau usianya sudah tua. orang tua Mukiyo, memberikan kebebasan bekerja yang penting ia selalu ada di rumah menjaga rumahnya, Mbok emban yang tak mempunyai anak juga single parent, adalah orang kepercayaan orang tuanya, Mukiyo lebih sayang pada Mbok Embannya dari pada orang tuanya. Karena ia yang selalu menjaga dan memperhatikan dengan tulus pada Mukiyo.
Mbok emban selalu memberikan minuman itu setiap hari pada pagi hari,katanya minuman itu minuman sunah rosul yakni terdiri,jahe,sereh. Madu dan lemon. Untuk membuat minuman herbal ini sangat gampang yakni caranya:
1. 5 batang sereh di geprek
2. Jahe sebesar ibu jari di geprek
3. Satu sendok madu
4. Sepotong irisan lemon jika menyukainya
semua bahan direbus dan diminum setiap pagi hari sebelum melakukan aktivitas. Ternyata memang yang dirasakan olehnya ia tumbuh sehat dan jarang sakit walau aktivitasnya sangat padat, terutama saat ia latihan bela dirinya yang menjadi hobinya.
“ga pa’pa bu, saya hanya ingin memberikan ini, sesuai dengan janji saya,”kata Mukiyo, tangannya mengeluarkan beberapa buah kaset dari dalam tas punggungnya yang kecil.
Terlihat dari aura wajah Simbok , sangat senang sekali. Ia mengucapkan terimakasih yang sangat. Tak lama kemudian bidadari yang di nantikan mukiyo, datang dengan membawa gelas terlihat dari aroma minuman itu, sepertinya Mukiyo sangat hapal sekali, yakni wedang herbal sunah.
Mata Mukiyo,tak lepas dari memandang gadis ayu, tengah meletakkan minuman herbal, yang masih mengepul asapnya, andai tertumpah ke tangan akan terasa sangat menyakitkan. Ini akan berdampak kekacauan suasana yang penuh kesyahduan.ia perhatikan gadis itu dengan hati-hati sekali meletakkan gelas ke meja.
Saat ia ingin membantu mengambil gelas, tapi yang terjadi malah tangan si bidadari yang tersentuh, seketika itu pula mereka merasa kagett, hampir saja gelas yang di pegang jatuh. Seperti ada sengatan listrik menyetrum menjalari tangan mereka, hingga terlihat merah jambu di kedua pipi putih gais itu, walau ia coba alihkan tapi tampak terlihat oleh Mukiyo, bukan hanya ia saja yang merasakan aliran sengatan listrik yang menjalari hatinya. Ada kebungahan hati Mukiyo saat itu.
Mukiyo tak sadar ia tengah di perhatikan sepasang mata tua, sepertinya ia memahami apa yang terjadi detik-detik mendebarkan jantung dua hati anak manusia yang berbeda lawan jenisnya.
“eheemm,”batuk simbok menetralkan suasana yang tengah mencekam perasaan Mukiyo, saat itu rasanya ia ingin langsung ingin menyatakan uneg-unegnya yang selama ini ia pendam setelah sekian tersiksa oleh perasaannya sendiri, akibat ulah si mata indah indah telah merobek jantungnya.
“Mari mas, di minum mumpung masih hangat, ini bagus loh! buat kesehatan,”ucap simbok pada Mukiyo.
Dengan sedikit tergagap Mukiyo, mengiyakan, bahkan ia menceritakan bahwa kesehariannya selalu di buatkan minuman itu oleh Mbok embannya.
Mendengar penjelasan Mukiyo, di tambah lagi dengan apa yang telah di berikan oleh tamunya ini, Simbok membuat analisis bahwa pemuda yang di hadapannya ini, bukan orang yang biasa-biasa saja. Tapi rasa itu, oleh Simbok tak ia tampakkan, tetap ia berusaha bertindak seakan ia tak tahu apa-apa tentang status social tamunya ini.
Mukiyo sedikit kecewa, ternyata gadisnya, tidak dudk bersama menghirup wedang herbal di pagi yang sangat dingin ini. Benar saja hanya hitungan menit minuman itu sudah tak terlihat kepulan asapnya. Saat Mukiyo minum hanya tinggal hangat saja.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar