Tagur 36 'Bingung mendera'
Sebenarnya Sri Indah mencuri dengar dari balik kamarnya, ia merasa pemuda yang di kenal beberapa bulan lalu secara tak sengaja telah menyita perhatiannya, ia merasa kesal karena di permalukan, sampai ia merasakan kekaguman. Waktu itu ia di ajak kawannya untuk menghadiri rapat di balai desa. Dari jarak yang agak jauh, terlihat pemuda tengah presentasi itu adalah orang yang menabraknya.
Hatinya bergetar melihat wajah pemuda itu, dengan jelas. Walau si pemuda itu tidak memperhatikannya, tapi disaat pandangan mata beradu. Sri indah tak dapat menahan kuasa hatinya, teringat rasa marahnya dan berbagai perasaanya. Ia segera pergi dari tempat itu.
Esok harinya, ia tak sengaja bertemu lagi. Di warung bundanya, tapi ia dapat menguasai perasaannya. Agar pemuda itu tak merasa curiga pada dirinya. Ia pura-pura acuh, walau sebenarnya ia memperhatikan setiap kata yang di ucapkan antara bundanya dengan pemuda itu.
Pada pertemuan selanjutnya, pemuda itu meminta maaf kembali atas kesalahan yang dilakukan. Mulai dari situlah ada perasaan yang berubah dari dalam hatinya. Berawal marah kini saat tengah merebahkan badannya di keheningan malam telah menyelimuti, memori jatuh hingga bertemu kali seakan rekaman film yang terputar dalam ingatannya, walau berusaha sering kali dilupakan tapi bayangan selalu hadir. Hingga pada suatu waktu.
“Sri, sebentar aku mau ngomong,”panggil Dika yang tengah membawa barang dagangan untuk dibawa pulang, melewati rumah Dika. Mencoba menyetop Sri yang sebenarnya tengah kerepotan.
“ada,pa mas,saya sedang repot nih, nanti ibu marah,bila saya tak segera kembali membawa barang-barang yang masih ada di warung,”kata Sri Indah sedikit jengkel, karena merasa terganggu.
“kamu naksir sama anak PPl itu yah,atau ia pernah godain kamu,”kata Dika mengintrogasi Sri indah.”kalo dia godain kamu,bilang sama aku yah,biar tak tempeleng dia!”seru Dika sambil mengepal tangannya, giginya gemerutuk manahan marah. Melihat itu Sri Indah hanya menoleh sebentar, dengan tatapan tidak suka. Sri indah berlalu tanpa mengucapkan sepatah katapun. dibiarkan Dika melongo sendirian.
Sri Indah yakin Dika merasa cemburu, pada orang asing yang berusaha meminta perhatiannya. walau Dika tidak pernah berani berterus terang, sebenarnya Sri Indah paham sekali, kalau Dika sangat ingin mendekatinya, bahkan orang tuanya Dika, pernah omong-omong yang tidak serius pada bundanya di warung. Ingin sekali Sri Indah jadi mantunya. Itu yang pernah langsung pula di dengar. Saat itu ibunya hanya mengucapkan “In sya Allah”.
Dika pemuda yang tidak jelek,bisa di katakan lumayan manis, walau tidak setampan mas”Yo”. Sebutan untuk pemuda itu. Dika sarjana pula, hanya karena orang tuanya sangat proteksi sekali, hingga Dika segala sesuatunya tidak mandiri. Semua kegiatannya selalu di bawah sepengetahuan orang tuanya. Baik dalam tingkah lakunya, tapi ada sesuatu, yang kurang berkenan di hati Sri.
Saat mendengar orang tuanya Dika, berkata seperti itu, tidak ada perasaan yang bagaimana gitu, Sri hanya menanggapi dengan datar saja, tanpa respon. Karena ucapan itu sering kali di dengar oleh orang-orang tua yang merasa memiliki anak laki-laki.bagi Sri itu hanyalah basa basi saja.
Beda dengan yang di dengar oleh Sri sekarang. Pemuda itu berani langsung bicara secara terhormat dan gentleman. Pada bundanya. Hati Sri ada rasa yang bergejolak, adarasa senang, tapi ada rasa cemas. Karena kemarin ia bertemu dengan sahabat sekolah di SMP,ia mendapat kabar bahwa pemuda itu, memiliki sifat yang kurang baik. Arogan dan agak preman, bahkan jauh dengan perintah Tuhan.
Sri tidak bilang apapun mengenai perkenalan dia dengan pemuda itu, tiba-tiba saja sahabatnya bercerita, orang yang menabraknya tempo hari itu, ia mengenalnya. Dan menceritakan siapa dia dan sepak terjangnya.yang kini ada di rumahnya dan tengah mencoba melamarnya.
Mendengar mas “Yo” pamit. Ada rasa lega bercampur cemas. Berbagai perasaan menghantuinya. Dia tidak ingin ibunya kecewa, atau merasa malu, karena nanti orang nomor satu di desanya akan datang ke rumahnya. Di satu sisi ia tak ingin mengecewakan bundanya, tapi di sisi lain ia teringat pada ucapan sahabatnya tentang mas “Yo”.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren cerpennya Bun, salam sukses
Terimakasih Bun...ini lanjutan yg ke 41