Tagur 35 ' pengajuan Halilintar di siang Bolong'
Menikmati segelas minuman herbal di pagi hari yang dingin, di tambah rasa lelah ia selesai berjoging, laksana mobil yang tengah kehabisan bahan bakar, telah tiba pada POM bensin tepat waktunya garis batas tinggal sebaris saja dari tanda merah.
Darah yang mengaliri tubuhnya Mukiyo, kini berjalan dengan aktif lagi mengaliri tubuhnya. Hingga suplai mineral ke otaknya begitu lancar. Mukiyo merasakan tubuhnya hangat kembali, setelah ia merasakan dingin dan lelah, setelah ia tak bergerak dari jogingnya. Kenikmatan yang paling terindah dari itu semua, air minuman itu, yang membuatnya dari tangan dewi pujaannya, yang selalu mengganggu alam mimpinya.
Simbokpun merasakan kenikmatan minuman herbalnya, ia kini terlihat ada kesegaran di wajahnya, darahnya mulai menjalari tubuhnya, semula terlihat lusuh, kini piasnya mulai berubah menjadi sedikit segar, ini terlihat ada keringat di keningnya. Rasa jahe telah menghangatkan tubuhnya, serta madu menambah staminanya.
Sejenak mereka terdiam menikmati minuman hangat yang di sajkan Sri Indah. Minuman itu memang telah ia persiapkan untuk bundanya yang tengah kurang enak badan, ia tidak tahu kalau ada orang lain juga yang menikmati minuman buatannya pagi itu.
Mereka bercakap-cakap seputaran bagaimana cara menggunakan waklman, hati Mukiyo berharap si “Cantik” keluar lagi mambawakan apalah namanya, kalo perlu dapurnya di pindahkan ke tempatnya Mukiyo sangat senang sekali.
Sampai pada satu pembicaraan, yang menurut Mukiyo di luar batas nalarnya, tapi ia persetan dengan basa basinya, satu keinginannya, ia dapat mendekati gadis pujaanya.
“Bu,boleh tidak suatu waktu, saya bertandang kemari untuk meminta ijin mengajak putri Ibu,menemani saya untuk menghadiri acara wisuda saya, karena saya tidak punya adik, atau kakak perempuan, saya ingin ada seseorang yang mendampingi saya wisuda selain orang tua saya,”ucap Mukiyo penuh nekat walau sebenarnya perkataan itu, tidak pernah ia rencanakan, tapi entah dari mana tiba-tiba ia terlontar kata-kata seperti itu.
Simbok mendengar seperti itu, tersentak kaget. Ia tidak menyangka mengapa tamunya tiba-tiba mengajukan permintaan seperti itu.
“oh,eh..saya tidak bisa menjawabnya, mas, nanti coba saya akan tanyakan pada putri saya,apakah dia bersedia atau tidak,kalau saya mungkin tidak keberatan asal mas mengajaknya tidak lama, apalagi sampai menjelang sore, itu pantangan untuk keluarga kami,”ucap imbok setelah mendengar perkataan tamunya.
“tidak, lama Bu! Mungkin sekitar jam satu siang sudah tiba kembali ke rumah, saya yang akan mengantarnya lagi,” kata Mukiyo lagi meyakinkan Simbok agar dapat di penuhi permintaannya.
“Maaf yah!mas, sebenarnya mas ini putra siapa dan tinggalnya di mana?”tanya Simbok mengitrogasi Mukiyo, karena telah berani-berani mengajukan pergi bersama anaknya.
Mukiyo tidak banyak bicara, ia segera mengeluarkan senjata ampuhnya, berupa dompet. Ia mengeluarkan beberapa kartu diantaranya KTP, Kartu mahasiswanya, serta beberapa foto keluarganya yang dipasang di dompetnya, di sana ada gambar ayah, ibunya serta dirinya, saat ia menerima piala kejuaraan karate di saat ia masih di SMA.
Simbok sedikit bingung melihat jurus yang di keluarkan mukiyo, saat ia di tanyakan indentitas dirinya. Mukiyo menyerahkan kartu-kartu itu, untuk di lihat oleh Simbok. Seketika saat di baca ada sedikit perubahan aua pancaran dari wajahnya Simbok, yang sepintas melihat wajahnya Mukiyo,untuk memastikan kebenaran apa yang di baca dengan yang di lihatnya.
“jadi Mas Yo, ini putranya Pak Lurah toh?”tanyanya simbok meyakinkan apa yang di lihatnya.
“benar Bu!, nanti biar ayah dan ibu saya yang menjemput putri ibu, sekaligus saya ingin melamarnya,”ucap Mukiyo bagai halilintar di siang bolong, ia benar-benar gila mengucapkan kata demi kata seperti air bah yang keluar tanpa kendali dari otaknya.
Mukiyo merasa telah lelah, di permainkan oleh perasaannya. Ia merasa inilah kesempatan bagus yang tidak boleh ia sia-siakan.
Jleb..rasa kaget simbok mendengar Mukiyo, melontarkan permohonan pinangan yang tanpa basa basi lagi. Simbok di buat kalap dan serba salah. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya diam dalam kebingungan.
Mukiyopun yakin orang tuanya juga akan kaget, saat mendengar setelah pulang dari rumah Simbok ini, akan ia ungkapkan keinginannya untuk orangtuanya melamar gadis impiannya.
“oh, nanti coba saya akan tanyakan yah, Mas, esok mas datang lagi setelah saya pulang dari rumah sakit, sekitaran jam 12 an,”ucap Simbok memberikan janji jawaban atas apa yang mukiyo ajukan.
Setelah mengobrol di luar dari pembicaraan pinangan, akhirnya Mukiyo ijin pulang, dengan sejuta perasaan cemas, tapi ia merasa sudah plong dari beban yang telah menghimpit kalbunya.
Kita lanjutkan esok..apa jawaban yang akan di dapatkan Mukiyo.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren bun lanjut