Kepedihan yang kurasa dari hari ke hari belum pupus, entah sampai kapan. Kesombonganmu yang selalu menganggap aku lemah dan bodoh, terkadang malah bahkan sering kali menganggap aku selalu sumber dari masalah. Aku hanya diam, tapi batinku mempertanyakan itu, "benarkah?"

Aku tak pernah membayangkan akan begini hari-hari ku bersama mu. Ingin menyesal tapi ini takdir yang aku pilih. Dulu aku berharap selalu dalam doaku juga dengan air mata, agar dapat di jodohkan denganmu, andai hari ini aku menyesal, apalah nanti kata sang Kholik padaku, mungkin aku masuk pada golongan yang kufur nikmat.

Saat itu, Allah memberikan aku 4 pilihan. Tapi entah kenapa hatiku condong kepadamu di sholat istikharahku. Inikah ujian dalam hidupku. dengan mu di kehidupanku.

Aku berusaha semampuku berusaha untuk menjadi istri yang Soleha, segala kewajiban aku berusaha semaksimal mungkin lakukan. Aku membantu bekerja dan uang hasil keringatku semuanya untuk menopang kebutuhan keluarga. Aku seringkali untuk memenuhi kebutuhan pribadi aku abaikan demi memikirkan segala kebutuhan itu. Mulai membeli rumah,membangunnya hingga menghiasnya menjadi rumah yang indah.

Aku meminjam uang di Bank, untuk semuanya itu. Dan kini setiap bulannya aku hanya tersisa nol koma satu saja dari setiap hasil keringatku. Tapi itu aku masih harus bertanggung jawab mengurusi dapur itu terus mengebul. Masih saja aku gunakan dari sisa gajiku untuk mengolah dapur agar terus menghasilkan aneka masakan.

Itu yang hingga kini, aku terus bertahan walau sering kali aku menjerit-jerit. "Ya Allah di suatu akhir nanti, aku ingin Ia mempertanggungjawabkan atas sikapnya pada diriku". Aku merasa terdzolimi.