Siti Romlah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Tagur 45 Allah punya cara

Tagur 45 Allah punya cara

Sepoi nya angin di sore hari, menandakan seakan turun hujan akan segera menghampiri, langkah kaki Bu Saeni, sedikit di percepat, ia harus sampai ke rumah kawannya, yang tadi siang sudah janjian untuk melihat baju yang akan di jual oleh Mpok Saeni. 

Mpok Saeni, ingin menjual bajunya yang baru dua hari lalu, ia beli di tempat kompeksi pembuatan baju itu. Ia berharap hasil penjualannya ada lebih dari harga ia beli. 

Ini waktu yang sangat tepat untuk menjual baju muslimah, untuk persiapan lebaran, karena puasa sudah diambang pintu. Ini sudah masuk bulan sya'ban hanya hitungan hari aja, puasa di depan mata. 

Mpok Saeni, tidak menyia- nyiakan moment itu. Dengan membeli dari kompeksi pembuatan baju, harganya lebih miring dari pada dia membeli di kulakan pasar Tanah Abang. 

Langkah nya Mpok Saeni, semakin di percepat, karena angin bukan lagi sepoi tapi sudah sedikit lebih keras, awan hitam juga telah mewarnai langit yang mestinya sore itu berwarna jingga kemerahan. 

"Ya Allah, berilah hamba peluang waktu, sampai di rumah Bu Haji Dimroh, tepat pada waktunya ", ucap Mpok Saeni berdoa agar ia tidak kehujanan di jalan. 

Ia sangat kuatir baju yang akan di jualnya nanti akan basah. Jika diri nya yang kebasahan tidak masalah, tapi kalo dagangan yang basah bisa amsong semua harapannya untuk memperoleh keuntungan. 

Jangankan untung kembali modalnya saja mungkin agak susah. Mana mungkin mau orang membeli baju yang kebasahan hujan walau baju itu bagus sekalipun, andaikan mau tentu harganya sudah jatuh ambruk ke jurang kerugian. 

Ia kepit baju dagangannya ke lipatan tangannya, ia ingin mencari tempat meneduh, tapi tidak ada rumah yang ada di situ,hanya terlihat jalan raya dan pohon pohon gede. 

Mpok Saeni, bingung, sepertinya kendaraan motor dan mobil, juga ikut tak ingin kehujanan mereka melaju sangat cepat. Ingin batinnya minta tolong. Untuk menumpang sampai di tikungan, lidahnya kelu dan tangannya berat menggapai. 

Kendaraan umum penuh semua, saat menggapai angkot, mereka terus melaju karena isi muatan sudah melebihi kapasitasnya. 

" Ya, Allah... Tolonglah hamba, beras hamba habis, uang hamba sudah terpakai untuk modal membeli baju ini" rintih Mpok Saeni. 

Mungkin orang menganggap Mpok Saeni, kurang waras, uang yang cuma sedikit, ia nekatkan untuk membeli baju semua, ia ingin uang tinggal sedikit itu akan bertambah jika ia putar untuk modal berdagang, ia tak melihat ternyata pendaringan berasnya sudah habis. 

"Ya Allah, ampunilah hamba jika hamba berbuat khilaf, mengharapkan hujan di langit air di tempayan, hamba buang" Ucapnya lirih lagi, menyadari akan kekeliruannya. 

Karna ia habiskan uangnya, untuk modal dagang sementara untuk biaya makan kini sudah tak tersisa. 

Ada air mata, menetes di pipinya yang sudah tidak muda lagi. 

Mpok Saeni, tidak mau pasrah dengan keadaan, dimana suaminya tidak mencukupi kebutuhan dapurnya. 

Jika ia tidak nekat seperti itu, tentu dapurnya mengebul hanya sampai tengah bulan saja, selebihnya tentu akan puasa menahan lapar. 

Itulah sebab nya Mpok Saeni, selalu berusaha untuk memutar otak, agar uang yang di titipkan suaminya dapat tercukupi untuk kebutuhan hidup keluarganya. 

Rintik hujan mulai menetes, Mpok Saeni semakin panik, terlihat bibirnya terus berzikir mengucapkan asmaul Husna. Ia yakin pertolongan Allah akan datang pada waktunya. 

Disaat hujan mulai, mengguyur mau tidak mau Mpok Saeni, meneduh di bawah warung yang ia lihat setelah ia berlari agar tiba tepat hujan turun membasahi bumi. 

Ternyata satu demi satu, orang banyak yang berteduh, bukan hanya dirinya. 

Hujan begitu deras, ia teringat saat hujan ini, waktu yang sangat tepat doa yang di ijabah. Mpok Saeni, tidak menyia-nyiakan itu. Ia berdoa khusu sekali dalam hatinya. Agar masalah yang kini ia hadapi dapat teratasi. 

Setelah beberapa saat, hujanpun berhenti. Ia segera berjalan cepat agar segera sampai di rumah bu Haji Dimroh. 

Hatinya berbunga, rumah yang di tuju telah di depan mata, bajunya hampir separuh badan basah, karena terkena cipratan, untungnya baju dagangan, aman yang berada si kantong plastik merah. 

Ia segera mengucapkan salam, dan mengetuk pintu, pagar yang tertutup, ia panggil- panggil nama kawannya itu. Tapi tidak ada yang menjawabnya, ia mulai ragu, apakah kawannya ini ada atau tidak, "Jangan-jangan rumah ini kosong" pikir Mpok Saeni. 

Kebetulan ada tetangga sebelah rumah kawannya, keluar ingin pergi ke mesjid, untuk sholat maghrib. 

Ketika ditanyakan keberadaan pemilik rumah kawannya, di dapat kalo, dari sebulan lalu, keluarga bu Haji Dimroh, ke kampung sebelah rumah satunya, karena daerah yang ada di rumahnya, ini banyak yang terkena covid. 

Jleg.. Rasa jantungnya Mpok Saeni, berhenti seketika. Bayangan untuk mendapatkan uang hasil menjual bajunya, hilang terbang bersama Jawa hujan yang berhenti. 

"Inalilahi Waina ilahi rojiun, lahaula wala quwata ilabilahi" Ucapnya lirih, menahan rasa perih dan gelap di kepalanya, ia tidak tahu akan menjawab apa saat anaknya bertanya uang untuk membeli beras. 

Waktu solat maghrib, sudah tiba, ia menuju mesjid untuk menjalankan ibadah sholat nya. Ia yakin pasti Allah akan menolong dengan caranya. 

Setelah sholat ia hempaskan kepala nya bersandar ke dinding mesjid. Ia pasrah dan tak tau harus berbuat apa. 

Setelah beberapa saat ia terdiam dalam bingungnya, tapi bibirnya selalu mengucapkan kata ya Rahman ya Rahim ya Rojaq itu yang membuat ia kuat untuk berjalan pulang.. 

Ia sengaja kali ini, naik angkot agar cepat sampai ke rumahnya, ia sudah pasrah entah apa yang akan terjadi. 

Saat ia masuk ke dalam angkot, terlihat seorang ibu muda dan lelaki setengah bayar. seperti nya ia suaminya. Mpok Saeni memberi senyum, seakan mengatakan maaf ia mengganggu degan bawaan barangnya. 

Mpok Saeni, setelah posisi duduknya enak tak mengganggu orang, ia coba melihat dagangannya. Apakah ada yang basah terkena hujan atau tidak, begitu asyik ia membersihkan percik air yang menempel di pembungkus baju itu. Tanpa ia sadari pasangan suami istri itu, memperhatikan barang dagangan Mpok Saeni. 

"Maaf Mpok baju-baju ini dagangan atau Mpok habis belanja buat kebutuhan si rumah? " Tanya wanita itu dengan lembut dan sopan. 

"Oh eh.. Dagangan Bu," Jawab Mpok Saeni, tadi aye kehujanan jadi takut kena bajunya nanti bisa rugi kalo ada yang basah"sambung nya lagi menjelaskan. 

Setelah berbincang-bincang, ternyata ibu sangat tertarik dengan beberapa baju yang di bawa karena tadi dia ke Tanah Abang, gagal sebab melihat kerumunan yang sangat padat, ia kuatir akan terpapar covid di sana. Penjelasan ibu itu. Dan suaminyapun mengiyakan. 

"Subhanallah, alhamdulillah, Allahu Akbar" Pekik batinnya Mpok Saeni menghadapi keadaan itu. 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi dibeli Bun bajunya? Keren

17 Mar
Balas

Benar... Akhirnya dapurnya ngebul lagi

18 Mar



search

New Post