Siti Romlah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tagur 42. TNGP 2020 'Pak Sutrisno guru idolaku'

Mendengar ada guru baru, aku dan teman-temanku merasa penasaran, siapakah yang akan menjadi guru kami di kelas lima. Mendengar kabar pelajaran kelas lima adalah pelajaran yang sangat sulit. semua pelajaran untuk bahan kami saat ujian kelas enam. Kami belum bisa membayangkan apa itu ujian, dan bagaimana bentuk rupanya. Yang kami tahu ujian itu seperti hantu yang sangat menakutkan. Jika kami tak mampu mengadapi ujian itu. Kami akan merasa malu seumur hidup. Itu yang selalu kami dengar dari kakak kelas.Untuk yang mengajar di kelas lima dan enam merupakan guru-guru pilihan. Kamipun tak tahu pilihan yang bagaimana terpilihnya. Apakah karena galaknya, agar siswa merasa takut, agar belajar dengan sungguh-sunggu? Atau guru yang terpilih pintar mengajarkan pelajaran yang kami anggap sulit dan menakutkan itu? Atau guru yang bisa mengerti keadaan kami, teman-temanku sudah banyak mengenal arti cowok ganteng dan keren. Atau temanku yang laki-laki mulai senang mengganggu kami kala kami sedang belajar dan bermain.

Bagiku semua guru adalah pilihan danterbaik untuk kami. Mana bisa, aku ada di kelas lima tanpa di bimbing dengan guru kelas satu dan dua, juga kelas tiga dan empat.

Hari itu, minggu ke dua saat kami duduk di kelas lima. Kami telah menunggu selama seminggu untuk menantikan guru yang di janjikan oleh kepala sekolah saat upacara dan masuk kelas mengajar, karena guru yang tahun lalu mengajar di kelas lima kini tengah cuti melahirkan, jadi selama seminggu ini , kami hanya di berikan tugas menulis di buku saja,dari buku cetak di salin ke buku tulis catatan kami, tanpa kami mendapatkan penjelasan. Berkali-kali kepala sekolah menjanjikan nanti yang akan menjelaskan guru baru yang akan menjadi guru kelas kami.

Akhirnya waktu yang kami tunggu datang juga. Aku dan teman-teman sangat tegang dan cemas. Kami saling memandang kira-kira model apa yang akan menjadi guru kami. Saat kami sedang berbincang-bincang di tiap bangku, tiba-tiba datang ketua kelas sambil teriak dengan nafas yang tersenggal-senggal.

“huss..diam..diam bapak guru baru sedang menuju kemari, masuk ke kelas kita!” seru Jarwo, ketua kelas yang sejak kelas tiga tidak berubah, tetap dia yang menjabat.

Kami yang awalnya seperti kumbang yang berdengung, sekejap kumbang masuk dalam sarang, dan kamipun spontan terdiam dengan wajah yang tegang, di hati kami mengira-ira seperti apakah? tokoh actor artis yang akan membimbing kami dalam menimba ilmu. Aku melihat kawanku Hari yang dalam keseharian seperti cacing kepanasan. Kini kulihat ia diam dengan posisi tangan berlipat di atas meja. Seperti yang selalu di ajarkan oleh guru kami sejak kelas satu.

Kami menunggu di keheningan kelas, terdengar jelas detak tapak kaki berjalan, Semakin ciut hati ini, Bila di bayangkan dari bunyi langkahnya, sepertinya pemilik langkah itu, orangnya gagah dan berwibawa.

Tak lama kemudian pintu kelas di buka, terrlihat Bapak kepala sekolah memberikan salam, dari belakangnya hadir sosok laki-laki sangat gagah sekali, dengan gaya rambut dan penampilannya juga seperti artis legenda Indonesia, Ebiet G, Ade. Juga kacamatanya. Sangat mirip.

Kepala sekolah menjelaskan sesuai dengan janjinya, ada seorang guru hebat yang akan membimbing kami. Setelah memperkenalkan pada kami, beliaupun kembali ke kantornya. Kini tinggal kami bersama bapak guru kami yang baru.

Menurut kami penampilannya sangat keren. Dari sepatu hingga sampai ujung rambutnya sangat berbeda dengan guru-guru kami di kelas bawah. Dari awal pertemuan aku dan kawan-kawan merasa terkagum, seakan benar-benar di hadapan kami bukan seorang guru, tapi seorang artis yang sangat kami kagumi dengan segala penampilannya.

Beberapa saat kemudian bapak guru tersebut memperkenalkan diri, ternyata namanya buka Ebied. G. ade, tapi Bapak Sutrisno. Walau bukan namanya Ebied, G. ade. kami tak perdulikan, yang pasti saat itu kami tengah melihat di depan kelas kami telah hadir seorang artis yang terkenal. Suaranya sangat ngebass dan berwibawa.

“anak-anak, Bapak sebelum memulai mengadakan pembelajaran pada kalian, Bapak ingin kalian teken kontrak dengan Bapak.” Ucap pak Sutrisno memulai percakapan, sambil berjalan melangkah menuju kawanku Iwan yang sangat senang duduk di belakang bersama Kosasih. Terlihat wajah mereka berdua tampak tegang sekali.

“ada yang tahu apa itu, teken kontrak?”tanya pak Sutrisno kepada kami, sementara itu aku awalnya ingin bertanya, apa yang tadi Pak guru ucapkan, tapi karena merasa takut, aku hanya diam tak berani memulai bertanya.

“tidak Pak,”jawab kami serentak, sambil kami saling memandang apa yang dimaksud dengan teken kontrak tersebut.

“kenapa kalian tak bertanya?”tanya pak guru, kembali. Aku kini mulai dapat menangkap sedikit, ternyata pak guru ini senang jika kami bertanya. Itu yang awal kami peroleh dari Pak guru baru ini.

“jika kalian tidak paham, silahkan kalian bertanya, itu teken kontrak pertama,” kata pak Guru, yang kembali mengucapkan kalimat yang baru kami kenal. selama ini kami hanya mengetahui kalimat kontrak masalah rumah yang di kontrakkan tapi kami tak mengerti apa maksudnya, kami hanya sering membaca tapi tak paham maksudnya. Aku dan kawan-kawan semakin penasaran apa yang di maksud dengan penjelasan pak guru.

“kontrak kedua, jika ada dalam pembelajaran juga berada di lingkungan sekolah, di larang keras untuk mengucapkan kata-kata sampah, apalagi menyebut nama binatang, sebagai ucapan yang tidak semestinya, jika ini di langgar berarti melanggar kontrak, maka ia akan mendapat nilai kurang dalam hasil belajarnya, walau dia mendapat ulangan seratus terus tapi kata-katanya mengeluarkan kata-kata sampah dan kotor nilainya bisa berkurang jadi nol,”kata pak guru menjelaskan secara rinci. Kini aku baru menyadari makna dari teken kontrak itu, yang berarti sebuah perjanjian yang telah di sepakati.

“bagaimana?kalian paham yang di maksud dengan teken kontrak belajar kita,” tanya pak guru, serentak kami menjawab, paham yang dimaksudkan. Terbersit di hati kami rasa kekaguman yang kesekian kalinya. Ternyata bukan hanya penampilannya saja yang menarik, tutur katanya yang menjelaskan penuh dengan keterangan yang masuk dalam logika kami.

“Bapak tak ingin buku catatan kalian, campur adukkan, setiap mata pelajaran ada dua buku, satu untuk latihan dan satu untuk catatan, itu wajib kalian miliki, tidak harus bagus yang penting kalian beri nama dari setiap bukunya,”ucap bapak guru lagi,

Kali ini beliau berjalan ke arah baris yang ada di sebelah pojok hingga ke belakang, dan diam sejenak, lalu kembali berjalan ke depan lagi. Semua kami satu persatu di hampiri, walau hanya beberapa saat saja. Jadi kami bisa melihat dengan jelas penampilan Bapak guru, walau kami duduk di belakang atau di pojokkan.

“Bagaimana?bisakah kalian memenuhi kontrak bapak pada kalian?”tanya bapak kembali kepada kami. “Jika ada yang merasa keberatan silahkan tunjuk tangan dan berikan alasannya, bapak sangat senang dengan anak yang berani berkata jujur dalam mengungkapkan pendapatnya, kalian akan mendapat nilai tambah jika berani mengungkapkan pendapat pada nilai kalian,”kata bapak memberikan kami motivasi.

Saat itu aku merasa tergelitik sekali, untuk mencoba bicara,bukan karena ingin menjajal tapi karena memang aku merasa ingin mewakili,seperti halnya yang aku rasakan.

“bagaimana pak jika kami, tak memiliki uang untuk membeli buku tulis yang banyak,khan pelajaran kita ada banyak, jika dikalikan dua akan berjumlah banyak?”tanyaku sambil menunjuk tangan.

“wah, hebat yah, ternyata anak kelas lima ini luar biasa, bapak sudah menduga, pasti kalian bisa menjadi anak-anak yang hebat, ini terbukti kalian sudah berani bertanya dan berkata jujur,”ucap bapak guru. Lalu beliau menjelaskan bagaimana solusi untuk mendapatkan buku tanpa harus membeli, yakni dengan cara membuat buku sendiri.yakni buku-buku sisa yang lalu, di sotir(dipilih) yang masih utuh dan di jahit atau di steples dan di berikan sampul dan kardus bekas yang di beri hiasan. Mendengar itu kami kembali pada kekaguman yang kesekian kalinya. Akhirnya kami mengerti dan memahami apa yang harus kami lakukan.

“oh iya, anak-anak kalian harus ingat! Bapak dalam mengajar menggunakan tehnik atau gaya 3S, kalian tahu apa itu 3S?”tanya pak guru, sesaat kami mulai berdengung karena membicarakan rencana tentang pembuatan buku dari kertas bekas.

Kami kembali saling pandang, bingung, salah satu dari kawanku yang bernama Jamilah, kini berani menjawab ia tidak paham apa yang di maksud dengan 3S.

Pak guru menjelaskan yang di maksud dengan 3S adalah; Santai, Serius dan Sampai.

“Santai “yang di maksud jika sedang mengajar pak guru akan bersikap santai dan menyenangkan, kami diijinkan berisik bila memang kami tengah berdiskusi atau memang tengah belajar, bapak tak ingin suasana belajar penuh dengan ketegangan.

“Serius” yang dimaksud disini saat dalam suasan belajar yang santai perlu adanya keseriusan dalam belajar, tugas yang diberikan tepat waktunya dengan hasil yang sangat baik.

“Sampai”artinya jika pembelajaran telah selesai Pak guru ingin mengetahui sampai dimana siswanya paham dengan pembelajaran yang telah dilakukan, itu sebabnya, di harapkan siswa bertanya jika ada materi yang tidak di pahami, jika mereka tak bertanya maka Pak guru yang akan bertanya pada mereka.juga mempresentasikan hasil belajar kami.

Aku dan kawan-kawanku semakin tak berkutik untuk tidak patuh dengan apa yang di berikan teken kontrak pak guru baru di kelas lima ini. Nyatanya memang selama aku dan kawan-kawanku di kelas lima ini. Terjadi perubahan yang luar biasa, kami saling bersaing dalam belajar juga bekerja sama.

Saat lalu aku tak pernah memperoleh juara sepuluh besar, kini aku memperoleh juara dua, juga kawan-kawanku semakin aktif baik dari seninya, karena pak guru sangat pandai mengajarkan kami lagu-lagu daerah dan lagu pahlawan, hingga kami memperoleh juara terus saat kami berlomba antar sekolah, dalam bidang olah ragapun Iwan,Jarwo dan Mustajab selalu menjuarai bulutangkis.

Kini aku menjadi guru, di salah satu SMA negeri, saat aku mengajar aku benar-benar terinspirasi dengan guruku Pak Sutrisno, saat masih di SD. Aku pernah bertekad dalam hatiku, jika aku telah dewasa ingin menjadi guru seperti apa yang di ajarkan Pak Sutrisno kepada kami.Kini beliau telah pensiun.

Setiap awal dalam tahun ajaran aku selalu mengadakan teken kontrak belajar, yang kini telah di modifikasikan dengan kegiatan sesuai dengan jamanku. Ternyata kontrak belajar, pernah aku dapatkan kalimat itu, 40 tahun yang lalu. Dan gaya belajar 3S aku terapkan yang kini di berikan nama istilah macam-macam model pembelajaran yang kini seperti CL(Cooperatif learning), CTL(Contextual Teaching learning),PBL(problem based learning),PAIKEM, dan lain sebagainya, ternyata intinya ada di3S tadi.

Tulisan ini saya haturkan untuk Pak Guruku Tercinta Pak Sutrisno, semoga ilmu yang beliau berikan menjadi syafaatnya di akhir nanti. Aamin ya Robbal allaamiin.

,

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita menarik. Berkah ilmunya, Bu. Salam sukses selalu

08 Dec
Balas

Aamiinyarabbal'alamiin guru hebat siswa bermartabat. Mantap salam sehat buat guru hebat Nusantara.

26 Nov
Balas

Terimakasih Bun

26 Nov

Aamiin. Salam sukses ibu

26 Nov
Balas

Terimakasih Bun

26 Nov

Aaamin Allahumma aamiin.

26 Nov
Balas

Terimakasih Bunda

26 Nov

Aamiin. Tulisan yg inspiratif. Sukses Bun...

26 Nov
Balas

Mantap bun

26 Nov
Balas

Mantap bun

26 Nov
Balas

Mantap bun

26 Nov
Balas

Mantap bun

26 Nov
Balas

Aamiin,

26 Nov
Balas



search

New Post