Siti Sanusi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
22. Dagelan yang Kebablasan

22. Dagelan yang Kebablasan

Miris. Sangat miris, terhadap fenomena yang sedang marak akhir-akhir ini. Fenomena yang bagi mereka mungkin keren, tapi bagi saya.. Sampah! Bagi mereka mungkin kekinian, tapi bagi saya.. Pelecehan!

"Bu, bu, mundur dikit dong!"

"Kenapa?" (Sembari mundur beberapa langkah)

"Ibu cantiknya kelewatan.

(Semua siswa di kelas tertawa)

"Bu, bu, ini jari apa?" (Sembari mengunjukan jari manisnya)

"Jari manis."

"Bukan, bu. Ini jari doang."

"Loh, kok jari doang?" (Bernada heran)

Karena manisnya udah sama ibu semua."

(Semua siswa di kelas tertawa)

"Bu, bu, nanti pulangnya ke Selatan ya.."

"Kenapa? Ibu pulang ke arah timur kok!" (Bernada heran)

"Karena sayangnya saya ke ibu sangat susah saya utarain!"

(Semua siswa di kelas tertawa)

Apa saya berhak marah? Apa saya berhak kecewa?

Ya, saya sempat marah! Saya sempat ungkapkan rasa ketersinggungan saya. Lalu seperti apa respon mereka?

Tertawa! Mereka semua tertawa kembali. "Becanda, bu. Kami cuma bercanda. Gitu aja marah.."

"Gitu aja?"

Apakah guru di zaman sekarang hanya sebatas objek becandaan? Apakah guru di mata mereka, hanya sebatas wadah 'tuk menampung dagelan-dagelan mereka? Di manakah rasa hormat tinggal? Di mana tata krama mereka berada? Sudah lunturkah semua etiket dan sopan santun?

Saya memang tidak sempurna, tapi pengalaman akhirnya menghantarkan saya pada satu titik.

"Lebih baik kehilangan penggemar (read: siswa), ketimbang mengajar dengan makan hati. Lebih baik dipanggil ibu guru judes, ketimbang harus menggadaikan harga diri demi sebuah dagelan."

Saya yakin, masih ada siswa yang duduk di dalam kelas dengan satu niat, "menuntut ilmu". Saya yakin masih ada! Hanya saja, saya kesulitan melihatnya dengan jelas, karena dia terhalang di antara tawa-tawa yang terlalu terbahak.

***

(Tulisan sudah sempat diterbitkan di akun facebook penulis pada 19 September 2019)

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=934572356909992&id=100010717090587

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Itulah gaya candanya anak2 milenial. Kadang, memang mereka tidak bisa menempatkan dagelan itu. Perlu diarahkan, Bumda

20 Sep
Balas

Itulah gaya anak sekarang Bu, kadang mereka susah bedakan antara becanda atau sedang serius lagi ngomong dengan gurunya. Salam literasi

20 Sep
Balas

Pentingnya pendidikan karakter ke siswa Bu. Lanjutkan semoga berhasil

20 Sep
Balas

ditingkat kampus saya sering dibecandain.. tp menurut saya, itu tdk menurunkan kewibawaan kita bu. Kita tetap menjadi kita. salam santun bu

20 Sep
Balas



search

New Post