Siti Sanusi

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
1. Bajumu Aku Pinjam

1. Bajumu Aku Pinjam

Siang yang benderang. Datanglah seorang teman, yang tanpa permisi dia langsung memburuku yang sedang mencuci piring di dapur. Dipeluknya aku dari belakang dengan suara isakan yang membuatku mengerutkan dahi, "Apa lagi?" Gunamku dalam hati.

Kucuci dahulu tanganku yang penuh dengan busa sabun, kukeringkan dengan lap yang menggantung di dekat jendela tak jauh dari wastapel tempatku sedang mencuci piring. Saat kubalikkan badan dan meraih pundaknya, suara tangisan itu makin menjadi, buatku makin bertanya.

Nampak air mata turun dengan deras menutupi matanya yang sipit kian tak kentara. Bahunya berguncang, dadanya tampak naik turun. Aku diamkan sejenak. Kusempatkan mengusap air matanya, lalu kuajak -dengan isyarat tanganku- dia untuk menuju ruang tamu dan duduk di sana.

Kuhela napas lalu membuangnya perlahan, memikirkan kata apa yang tepat kuutarakan pertama.

"Sudah?" Ternyata, malah kata itu yang keluar dari mulutku sembari kutatap matanya dengan lembut.

"Mas Dwi marah-marah lagi, dikatakannya aku wanita bodoh yang tidak tahu diri gara-gara salah mengambilkan baju pesanannya.." Jelasnya di antara tangisan yang masih tersisa.

Ah, masih cerita yang sama. Tentang lelaki yang dipacari Ain, temanku ini, selama 6 bulan terakhir. Dia terus saja berbuat ulah dengan berlaku kasar dan bicara yang tak pantas.

"Sudah kamu lakukan saranku kemarin?" Tanyaku pelan.

"Mana mungkin aku cerita pada Ibu! Ibu tak mungkin percaya!" Jawabnya dengan nada setengah meninggi.

Kusandarkan tubuh ke sofa sembari menyilangkan kedua lenganku. "Bagaimana mungkin kita tahu sikap ibu, jika tidak dahulu dicoba! Lagian ibu mana yang akan senang, jika anak gadisnya dihina terus menerus seperti ini. Apa memang kamu sendiri yang mau hidup seperti ini terus dengan Mas mu yang ganteng itu?" Cerocosku akhirnya menaham kesal, dengan penekanan nada suara di kata 'ganteng'.

Eh, Ain malah menimpal.. "Mas Dwi memang ganteng kan?"

Hah! Itu yang selalu membuatku muak. Setinggi langit Ain selalu memuji sang pacar yang katanya ganteng. Padahal buatku.. Dengan tinggi yang cuma 160an, kulit sedikit gelap, mata belo, dan dagu yang dibiarkan tumbuh jenggot. Hemmmpp, biasa aja. Toh, kalaupun memang ganteng, jika sikapnya tak bermoral seperti itu, apa yang pantas dibanggakan?

"Ain! Buka mata. Kamu mau hidup kaya ini terus? Hubungan itu bukan kominikasi satu arah. Hubungan itu adalah komitmen bersama untuk saling memahami, saling menghargai, dan saling tenggang rasa. Kamu mau hubungan yang seperti ini terus? Atau paling engga, kamu bicara deh sama Mas mu, jika kalimat-kalimatnya itu menyinggung!"

"Mas Dwi ga akan suka kalau bicaranya aku debat.. "

"Ah.. Aku angkat tangan, Ain. Aku sudah tak tahu lagi harus berkata apa tentang masalah ini."

"Bantu aku, Ka.. Aku cape.." Dan tangisannya pun pecah kembali.

Kutundukkan sejenak kepala, kutarik napas kembali dan kubuang dengan sedikit dihembuskan. Kuraih bahu Ain, dan akupun mulai berkata-kata.

"Aku ga akan kemana-mana, Ain. Aku pasti akan selalu menemani kamu, suka maupun duka. Tapi jika sikapmu seperti ini, aku malah merasa tak ada arti apa-apa di matamu. Jadi jika kamu ingin aku bantu, cobalah sekali ini. Sekali saja. Kamu dengarkan saranku. Kamu temui Ibu. Kamu ceritakan semua. Aku yakin, Ibu pasti mengerti dan akan membantumu lepas dari masalah ini."

Ain mendongkakkan kepalanya, "Eka yakin Ibu akan mengerti?"

"Yakin!" Jawabku pasti dengan cepat.

"Ibu ga akan marah dan kecewa?" Tanya Ain kembali dengan tatapan sendu.

"Engga, Ain. Ibu pasti mengerti dan Ibu tak akan kecewa. Oke?" Kataku dengan sedikit senyuman menggoda.

"Baiklah, akan aku coba. Besok aku akan temui Ibu."

"Jangan besok" Timpalku langsung. "Sore ini juga, kamu pulang temui Ibu!"

"Iya iya. Tapi.." Kalimat Ain menggantung.

"Tapi apa?" Tanyaku.

"Tapi aku ga bawa baju ganti, pinjam punyamu ya. Baju merah marun yang kamu beli kemarin.." Ucapnya dengan sedikit genit. Akupun dibuatnya terpingkal.

"Tentu saja boleh, Ainku sayang.."

Dan kitapun berpelukan.

Cianjur, 24 Januari 2018

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post