BELAJAR MOTOR

Oleh : Siti Setyo Rini

Waktu itu usiaku belumlah genap 15 tahun. Seperti para remaja yang ingin bergaya naik sepeda motor, akupun punya keinginan yang sama. Tapi bapak tidak memfasilitasi anak-anaknya untuk membawa motor sendiri. Mungkin karena usia kami belum cukup untuk bermotor.

Setiap bapak pulang kantor, motor masih diparkir di pekarangan rumah. Begitu bapak istirahat siang, aku diam-diam mengambil kunci motor dan mulai belajar rmengendarai. Motor aku bawa dari ujung ke ujung pekarangan rumah. Tapi baru saja aku jalankan malah mati. Begitu terus. Kadang motor bisa melaju pelan-pelan sampai ujung batas rumah. Motor aku mundurkan lagi dan mulai menstarter lagi. Sampai akhirnya aku bisa lancar menaiki motor dan berani membawanya ke jalan raya.

Hingga di suatu sore, ibu menyuruhku belanja ke warung. Dengan memboncengkan adik, aku melajukan motor dengan bangga. Karena tidak setiap gadis pada masa itu bisa mengendarai motor laki seperti aku. Tapi baru beberapa menit berjalan, tiba-tiba motor klepek-klepek. Jalannya tersendat-sendat dan tidak lama motor macet tepat di depan kantor Polsek. Motor aku dorong di pinggir jalan dibantu adikku. Aku coba menstarter lagi tapi tidak bisa. Begitu berulang-ulang. Sampai akhirnya ada bapak Polisi yang menghampiriku dan membantu. Tidak tahu apa yang dilakukannya tapi begitu motor distarter langsung saja bisa nyala. Dan bapak polisi itu berkata, “ tutup bensinnya belum dibuka mbak, makanya macet nggak mau jalan” Aku pun melongo sambil berlalu menahan malu.