Siti Sriyatun

Lahir dan menetap di Rembang, 14 September 1973. Alumni S1 IKIP Negeri Semarang Jurusan Pendidikan Matematika tahun 1997dan S2 Universitas Negeri Semarang (UNNE...

Selengkapnya
Navigasi Web

Berkompetisi dalam Kehidupan

#TantanganGurusiana (Hari ke 49)

Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kompetisi atau persaingan. Kompetisi sering digunakan dalam istilah perlombaan. Untuk mencapai juara maka semua peserta berkompetisi. Juara yang merupakan tujuan dari kompetisi adalah terbatas jumlahnya. Jadi kompetisi terjadi karena ada beberapa pihak yang menginginkan sesuatu dengan jumlah terbatas.

Munculnya kompetisi bisa saja tanpa kita sadari. Kita hidup dalam komunitas. Kita berada dimanapun pasti dalam komunitas, misalnya komunitas kerja, komunitas hobi, komunitas kelas, komunitas pengajian, komunitas domisili dan lain-lain. Dalam komunitas itu sering terjadi kompetisi dengan tanpa kita sadari. Dalam komunitas tersebut semua orang pasti mempunyai tujuan. Tujuan antar individu berbeda-beda. Yang tahu tujuannya apa hanyalah diri sendiri. Dengan adanya tujuan yang berbeda-beda tersebut maka kiprah dari tiap individu juga berbeda-beda. Kiprah individu itulah yang menunjukkan tujuannya. Untuk mencapai tujuan dari setiap individu tersebut banyak jalan yang mereka tempuh, bisa saja jalan yang ditempuh sampai menuju ke persaingan yang tidak sehat. Dikatakan persaingan tidak sehat jika jalan yang ditempuh menyakiti atau merugikan anggota yang lain. Jika terjadi demikian maka sudah tidak kompetisi atau persaingan lagi, tetapi lebih menuju ke persengketaan atau permusuhan. Apapun hasil sebuah persaingan sebaiknya bisa diterima dengan lapang dada, tanpa ada rasa dendam. Untuk itu, setiap pihak yang bersaing harus menyadari tentang adanya kekalahan dan kemenangan.

Dalam komunitas kelas dengan beranggotakan siswa, sering terjadi kompetisi. Kompetisi yang terjadi dengan tujuan bermacam-macam. Misalnya kompetisi untuk menuju juara kelas, kompetisi merebutkan seseorang, kompetisi dalam kepemimpinan kelas, kompetisi kecantikan, kompetisi ketampanan, kompetisi kekayaan, dan lain-lain. Jenis kompetisi yang terjadi berdasarkan pemikiran individu masing-masing. Setiap siswa mempnyai kompetisi yang berbeda-beda dan siswa yang lain tidak mengetahui kompetisi temannya. Kompetisi yang muncul berasal dari kepribadian masing-masing.

Kompetisi kehidupan ini sudah menjadi perilaku yang muncul dalam berkehidupan sosial. Untuk itu setiap pribadi harus menyadari hal ini. Perilaku ini bisa saja berubah menjadi perilaku yang negatif, jika sampai menyakiti atau merugikan orang lain. Dengan adanya perilaku seperti ini maka harus dimunculkan perilaku positif sehingga kompetisi yang negatif bisa dibendung. Perilaku positif yang bisa dimunculkan dalam hal ini adalah rendah hati dan tenang. Berikut cuplikan cerita yang menggambarkan perilaku rendah hati dan tenang,

Kisah ketika Mahatma Gandhi sedang belajar hukum di University College London. Ada seorang professor yang bernama Peter yang tidak menyukai Gandhi. Suatu hari ketika Prof. Peter sedang makan siang di kantin kampus, Gandhi datang dan duduk disampingnya sambil membawa makan siangnya. Prof. Peter berkata "Gandhi...apakah anda tidak mengerti bahwa seekor babi dengan seekor burung tidak duduk berdampingan untuk makan?" Gandhi bagai orang tua yang menatap anak nakal menjawab "Jangan khawatir Prof.... Saya akan segera terbang" dan Gandi segera ngeloyor ke meja lainnya. (siapa babi siapa burung menjadi jelas). Muka Prof. Peters memerah penuh kemarahan dan memutuskan untuk balas dendam. Hari berikutnya di dalam kelas dia sengaja mengajukan pertanyaan ke Gandhi di depan mahasiswa yg lain : "Gandhi andai kamu sedang berjalan tiba-tiba menemukan paket berisi 1 tas penuh uang dan 1 tas penuh dengan kebijaksanaan, mana yang kamu ambil?" Tanpa ragu Gandhi menjawab "Ya uang lah". Prof. Peters tersenyum sinis ha....ha...ha dan berkata dengan bangga : "Jika itu aku, maka aku akan mengambil kebijaksanaan". Dengan santai Gandhi menjawab : "Seseorang itu biasanya mengambil apa yang tidak dia punya." ( Prof. Peters hilang akal, tidak bisa berkata apa-apa). Dengan penuh kemarahan dia menulis kata "IDIOT" pada lembar jawaban ujian Gandhi dan memberikan ke Gandhi. Gandhi mengambil dan duduk sambil berusaha keras tetap tenang. Beberapa menit kemudian Gandhi berdiri dan menghampiri sang Professor seraya berkata dengan sangat sopan "Prof... anda baru saja menanda tangani lembar jawaban ini tapi belum memberi nilai".

Itulah sekelumit cerita yang bisa diambil hikmahnya bahwa kita harus bersikap tenang dan bijak apabila ada orang yang membenci kita. Sebab semakin dia membenci kita, semakin banyak kebodohan yang akan dibuatnya. Rasa benci itu timbul karena berasal dari kompetisi.

Di dalam dunia yang penuh dengan kompetisi, menjaga untuk tetap rendah hati dan tenang adalah utama. Sikap emosi harus disingkirkan jauh-jauh. Jika tidak akan timbul tindakan bodoh juga. Jika hati baik dan pikiran baik maka apa yang terucap juga hal yang baik dan bijaksana.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul.. kompetisi secara sehat

28 Aug
Balas

Terima kasih ibu. telah berkunjung

28 Aug

Pelajaran hidup buk.trimakasih.lama tidak membuka ini buk.kangen menulis.krn sering remidi jadi niaat itu lama lama rapuh

29 Aug
Balas

Semangaattt

29 Aug



search

New Post