Siti Sriyatun

Lahir dan menetap di Rembang, 14 September 1973. Alumni S1 IKIP Negeri Semarang Jurusan Pendidikan Matematika tahun 1997dan S2 Universitas Negeri Semarang (UNNE...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru untuk Generasi Milenial

Guru untuk Generasi Milenial

#TantanganGurusiana (Hari ke 138)

#HGN2020

Perkembangan teknologi masa kini membawa banyak perubahan. Dalam bidang pendidikan, perubahan yang muncul adanya sistem pembelajaran yang dilakukan. Jika sebelum adanya kemajuan teknologi, pembelajaran dilakukan hanya dengan tatap muka atau luring. Setelah adanya kemajuan teknologi maka pembelajaran dapat dilakukan secara online atau daring.

Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, pembelajaran dilaksanakan secara daring. Kejadian ini bisa dikatakan sebagai ungkapan gayung bersambut. Sebelum pandemi Covid-19 ada himbauan untuk menggunakan perpaduan antara luring dan daring atau blended learning dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Namun saat ini, melaksanakan pembelajaran secara daring menjadi suatu keharusan.

Keharusan pembelajaran secara daring ini otomatis membuat guru untuk belajar teknologi. Pembelajaran sebelumnya menggunakan kapur atau spidol, saat ini menggunakan keyboard. Guru harus belajar bagaimana memegang mouse, menghafal abjad pada keyboard, setiap hari memegang laptop/handphone (HP).

Guru sedikit demi sedikit belajar sesuai kemampuannya untuk menggapai asa demi siswa-siswanya. Guru yang hidup di masa sebelum abad 21 harus menyesuaikan gerakan generasi Z. Bermula belajar membuka email untuk mengecek tugas siswa sampai bisa mengukur kemampuan siswa. Guru harus menyediakan waktu untuk belajar ini. Beda dengan generasi Z yang dapat belajar teknologi dengan cepat, karena generasi Z sudah hidup dengan teknologi. Sungguh senang guru menjalani proses ini. Sesuai dengan kompetensi ptofesional guru, guru harus melek teknologi. Sebenarnya sebelum pandemi, guru sudah melek teknologi untuk proses pembelajaran. Hanya pada pembelajaran daring ini, prosentasenya hampir 100% harus melek teknologi dalam pembelajaran.

Ibu Titik namanya. Orangnya tidak kecil seperti namanya. Guru mata pelajaran bahasa Indonesia dengan masa kerja tinggal 3 tahun. Pembelajaran daring tidak masalah bagi ibu Titik karena ibu Titik sudah memiliki Hp android yang berisi aplikasi WhatsApp (WA). Menulis chat-chat pada WA adalah biasa. Terpikir olehnya bagaimana dia bisa memraktikkan membaca puisi. Bagiamana nanti siswa bisa mengerjakan ulangan jika siswa di rumah dan guru di sekolah. Bagaimana guru bisa memberi nilai tugas sementara tugas siswa masih di rumah mereka. Banyak yang dipikirkan ibu Titik berkenaan dengan kelanjutan pembelajaran daring ini. Namun dengan semangat yang besar, ibu Titik akhirnya mengenal Google Meet dan LMS Schoology. Keinginan belajar teknologi untuk pembelajaran daring sangat luar biasa. Dia mau bertanya dan belajar langsung memraktikkan apa yang diajarkan teman. Dia tulis langkah-langkah apa saja yang dilakukan supaya dapat melaksanakan pembelajaran daring dengan aplikasi Google Meet dan membuat kelas di Schoology. Tanpa malu untuk bertanya dan bertanya akhirnya dia dapat mengikuti kemajuan teknologi untuk pembelajaran daring. Semua itu didasari semangat untuk berubah. Berubah sesuai tuntutan. Pasti awalnya kesulitan. Itu adalah wajar. Karena faktor usia, belajar untuk menjadi paham membutuhkan waktu yang lama. Itu tidak menjadi halangan. Yang penting mempunyai semangat belajar untuk mencapai perubahan.

Guru mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang suka belajar namun ada juga yang tidak. Jika sekarang ini guru tidak mau belajar tentang teknologi maka dengan sendirinya akan hilang dari peredaran. Semua kegiatan pasti menggunakan teknologi. Apa yang dilakukan ibu Titik perlu dicontoh. Perlu menjadi inspirasi untuk semua guru. Baik guru yang masa kerja tinggal beberapa tahun maupun guru yang usianya lebih muda. Guru yang tua atau senior jangan beranggapan tidak perlu belajar teknologi karena usianya. Selama masih bisa belajar maka guru harus bisa mengikuti siswa milenial. Siswa hidup dengan kemajuan teknologi. Guru harus mengikuti sesuai perkembangan siswanya. Berani mengajar maka harus siap belajar. Apalagi untuk guru yang lebih muda. Guru yang yang lebih tua saja semangat belajar, mengapa yang muda tidak mau mengikuti. Itu semua karena semangat dari internal personal. Mari saling belajar untuk perubahan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

25 Nov
Balas

Terima kasih ibu

25 Nov

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

25 Nov
Balas

Terima kasih pak. salam literasi

25 Nov

Belajar dan belajar tanpa henti .....begitu banyak IT yang kita bisa kita pelajari

26 Nov
Balas

Iya bu. Belajar tiada henti karena sudah berani mengajar. salam literasi

26 Nov

Keren ulasannya bu. Sangat menginspirasi. Salam sukses.

25 Nov
Balas

Terima kasih ibu. Salam sukses juga

25 Nov



search

New Post