Siti Sriyatun

Lahir dan menetap di Rembang, 14 September 1973. Alumni S1 IKIP Negeri Semarang Jurusan Pendidikan Matematika tahun 1997dan S2 Universitas Negeri Semarang (UNNE...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tantangan Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring dengan Google Meet

Tantangan Pembelajaran Daring

#TantanganGurusiana (Hari ke 226)

Di masa pandemi Covid-19 ini, diharapkan semua orang untuk membatasi mobilitas. Kegiatan keluar rumah menjadi terganggu. Diharapkan kegiatan bisa dilakukan di rumah. Akhirnya kegiatan dilakukan dengan berbantuan internet atau dilakukan dengan online (daring). Salah satunya adalah kegiatan belajar mengajar. Untuk memberikan layanan pada siswa maka proses pembelajaran dilaksanakan dengan daring.

Pada pembelajaran daring, baik guru maupun siswa harus memersiapkan sarana yang diperlukan. Siswa harus menyediakan handphone android sekaligus dengan kuota sehingga bisa terakses internet. Demikian juga dengan guru, harus menyediakan laptop dengan kuota sehingga dapat melayani siswa dengan tayangan untuk memberikan penjelasan pada siswa.

Sampai saat ini, meskipun pembelajaran daring sudah mendekati satu tahun, masih banyak ditemui tantangan dalam pembelajaran daring. Berikut ini tantangan yang ditemui dalam pembelajaran daring dengan perangkat yang sudah tersedia:

1. Jaringan internet lambat

Salah satu masalah utama yang banyak dihadapi oleh siswa adalah jaringan internet yang lambat. Padahal pembelajaran daring membutuhkan jaringan internet yang cukup kuat mengingat media yang digunakan berupa Zoom, Google Meet, atau aplikasi lainnya untuk mengikuti video conference. Jika jaringan tidak kuat, proses pembelajaran menjadi terkendala. Video tidak muncul dan suara yang putus-putus. Kadang kala baru mau log in sudah tidak bisa karena jaringan terganggu. Permasalahan teknis seperti suara yang putus-putus dan video yang berhenti menyebabkan pembelajaran tidak efektif dan siswa tidak dapat menyerap informasi yang disampaikan guru secara utuh.

2. Banyaknya gangguan di rumah

Perbedaan utama dari belajar di sekolah dengan belajar di rumah adalah tingkat distraksi yang dialami oleh para siswa. Ketika siswa belajar di ruang kelas, maka lingkungan ruangan tersebut sudah diatur sedemikian rupa untuk mendukung proses pembelajaran agar berjalan lancar. Hal ini berbeda dengan proses belajar mengajar dari rumah. Tidak semua siswa memiliki kondisi rumah yang sama untuk mendukung proses belajar. Banyak dari siswa tidak memiliki ruang belajar yang sunyi, senyap, mendapat sinar yang mencukupi dan nyaman. Ditambah lagi seringkali aktivitas di lingkungan rumah menyebabkan distraksi yang cukup banyak bagi siswa. Distraksi tersebut sangat beragam, mulai dari distraksi suara, distraksi pandangan dan banyak lainnya yang menyebabkan siswa tidak dapat fokus belajar.

3. Guru belum mahir menggunakan teknologi digital

Sebelum pandemi ini, pada umumnya guru hanya mengandalkan pembelajaran tatap muka. Hanya segelintir guru yang sudah mengenal pembelajaran dengan online. Guru yang sudah mengenal pembelajaran online karena ingin berinovasi dalam pembelajaran. Begitu terjadi pandemi seperti saat ini, guru baru belajar teknologi digital. Tidak mudah untuk membelajarkan teknologi pada guru. Hal ini memerlukan waktu. Untuk itu pelaksanaan pembelajaran daring hanya bermodalkan aplikasi WhatsApp. Untuk aplikasi yang video conference diperlukan belajar terlebih dahulu. Apalagi aplikasi yang LMS (learning management system). Guru sudah familiar dengan WhatsApp. Sudah biasa guru menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi. Dengan WhatsApp, pembelajaran daring bisa berjalan dengan segala kekurangannya. Yang penting antara guru dan siswa bisa terjadi interaksi dalam pembelajaran. Namun dengan berjalannya waktu, guru pasti akan beralih ke teknologi digital yang lain.

4. Mengalami kesulitan dalam berinteraksi

Meski hal ini tidak selalu terjadi, namun umumnya proses belajar mengajar yang dilakukan secara online menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung secara interaktif. Banyak siswa yang merasa bingung dengan suatu materi namun kesulitan untuk bertanya kepada guru. Hal ini terkadang juga disebabkan oleh guru yang menyampaikan materi secara satu arah saja dan tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Apalagi jika pembelajaran hanya memberikan materi tertulis dan video penjelasan saja kepada siswa. Hal ini tentu menyulitkan para siswa untuk memahami dan bertanya terkait materi tertentu kepada guru.

5. Siswa bermain-main

Banyak siswa yang bermain-main ketika belajar online karena merasa tidak diawasi oleh guru secara langsung. Para guru pun kesulitan untuk memantau perkembangan siswa. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang baik antara guru dan wali siswa. Kadang ada siswa yang tertidur. Sering siswa masuk kelas online terlambat. Alasan yang diajukan biasanya mengatakan karena jaringan sulit. Namun belum tentu benar pernyataan tersebut. Bisa juga itu hanya alasan.

6. Kesadaran orang tua siswa

Masih banyak orang tua menyuruh anaknya untuk mengerjakan pekerjaan lain pada saat pembelajaran daring. Orang tua hanya memahami bahwa anaknya di rumah. Untuk itu orang tua akan menyuruh anaknya untuk melakukan pekerjaan rumah. Berbeda dengan di sekolah, siswa sudah terkondisi untuk belajar.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post