Siti Suhelni

Kelahiran Medan generasi tahun 80'an merupakan sulung dari tiga bersaudara. Menjadi guru merupakan cita-cita sejak SMP. Dan Alhamdulillah dengan segala pu...

Selengkapnya
Navigasi Web

Hijrah Ke Pinggiran Kota Kecil

Tantangan Menulis Hari ke-7

Lanjutan Memoar

1. Hijrah Ke Pinggiran Kota Kecil

Kehidupan kami di kampung Bapak dengan segala keterbatasan yang ada dan penghasilan yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari membuat Bapak ingin mengubah nasib keluarganya. Suatu sore yang indah kala mentari bersiap menuju peraduannya. Bapak kedatangan tamu dari kota ternyata tamu itu adalah saudara jauh bapak. Aku memanggilnya Pak lek Tejo. Setelah bercerita panjang lebar dengan Bapak, Pak lek mengutarakan niatnya bahwa mertuanya membutuhkan karyawan untuk bekerja di pertambakan udang windu di Mata Pao. Dengan senang hati Bapak menerima tawaran Pak lek Tejo untuk bekerja di sana.

Keesokkan harinya Ibu berkemas-kemas membawa pakaian dan peralatan dapur seadanya yang bisa dibawa untuk pindah ke kota kecil. Sedangkan Bapak pergi ke sekolah ku untuk meminta surat keterangan pindah. Hatiku bercampur rasa antara sedih dan sedikit gembira. Sedih karena baru delapan bulan bersekolah akan berpisah dengan guru dan teman-teman sepermainanku. Aku berpamitan dan bersalaman dengan guru dan juga teman-temanku ada Si Sri, Lia dan Tumirin sang ketua kelas kami saling menitikkan air mata karena tidak dapat pergi dan pulang sekolah bersama lagi Sedikit gembira karena aku akan tinggal dan bersekolah di tempat yang baru. Setelah Bapak meminta izin kepada Mbah untuk hijrah mengadu nasib ke kota maka Bapak segera bersiap diri. Sesuai dengan perjanjian kemarin mobil jemputan yang dikendarai oleh Pak Lek dan rekannya akan datang menjemput kami sekeluarga sore nanti.

Setelah melewati perjalanan yang memakan waktu lebih kurang empat jam. Akhirnya kami sampai ke kompleks tambak udang yang sangat luas dengan berpagar keliling dengan anyaman bambu dan kawat berduri. Di sana ada sepuluh tambak udang windu dan ada dua perumahan yang satu adalah rumah yang akan kami tempati.

Berada di lingkungan yang baru membuat ku sangat sulit memejamkan mata di malam hari. Ada perbedaan yang cukup mendasar kalau di kampung mbah, kami hanya memakai lampu minyak tanah dan ditemani dengan suara jangkrik. Tapi kalau di tempat yang baru ini penerangannya mengunakan mesin diesel yang mengeluarkan suara cukup memekakkan gendang telingaku dan membuat ku susah memajamkan mata. Ibu berkata, “Segera tidur Eni besok kamu akan bersekolah di tempat yang baru, nanti terlambat bangun” .”Ya ,bu” sahutku.

Dengan mengambil wudhu untuk melaksanakan salat Isya terlebih dahulu sebelum tidur. Ibu selalu mengajarkan ku bacaan salat dan aku sudah mulai hafal sehingga Ibu selalu mengajak ku salat bersama di waktu-waktu tertentu misalnya, Magrib dan Isya dan ibu selalu berpesan jangan pernah meninggalkan salat sedari kecil . Pesan ini selalu ku ingat hingga aku dewasa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post