Di Ambang Dermaga
Dalam rasa terbalut emosi, Winda masih saja bingung ambil keputusan, antara bertahan dalam kota kecilnya atau harus meninggalkannya. Ada percampuran rasa takut yang berlebihan.
Sejak tadi pagi Winda meninggalkan rumah neneknya tempat ia dipelihara seperti anak-anak lainnya, rasa kesal yang sulit di negosiasikan hingga nekad dengan sikap langkah seperti ini. berada diambang dermaga. Kondisi perut sudah seperti tidak bisa akur , tidak bisa lagi kompromi meminta untuk terus di isi, namun ia sadar uang yang dia punya hanya sedikit untuk dipakai bertahan hidup entah berapa hari ia mampu.
Dengan tidak merasa malu-malu Ia menwarkan jasa untuk Cuci piting di sebuah kedai mie siramdi pojok jalan masuk ke bagian pintu utama dermaga. Walaupun kedai itu terlihat sederhana, namun hampir tidak aada waktu istirahat melayani pelanggannya.Tentu di sambut dengan sukacita si pemilik warung . Hal yang mengganjal perasaan bagi pemilik warung, kenapa gadis remaja ini bisa bertahansampai jelang magrib tanpa pernah ia mau pamit.
Takut menyinggung perasaannya, si mbok pemilik warung mencoba acuh saja,pura-pura tidak ada rasa prihatin apalagi di anggap punya selidik. Winda, bercerita pada si mbok jika ia lari dari rumahnya bermaksud untuk menyeberang ke pulau sebelah, tapi rasa takut masih di hantui, takut meninggalkan neneknya tempat Ia dipelihara sejak awal. Tapi lebih takut lagi melihat kenyataan nantinya .
Mbok, bolehkah aku menginap hari ini disini? Tanya Winda kepada si pemilik warung itu. Saya siap kerja apa saja mbok, asal di iznkan aku tinggal sementara disini. Si mbok penuh rasa kwatir dan empati , langsung meng iyakan tanpa harus banyak tau, kenapa winda bertahan di sini tanpa mau pulang kerumahnya.
Merogoh isi dompet yang tak seberapa, Winda sedih dan jadi mikir bagaimana caranya bisa bertahan hidup seperti ini, maw balik ke rumah neneknya, namun hati hancur saat diperhadapkan kenyataan yang pahit. Ada pergulatan rasa yang berkecamuk dalam hati winda. Ingin balik ke rumah neneknya , kasihan merasa sangat berdosa padanya, namun ia juga tak sanggup menerima kenyataan yang telah menghancurkan perasannya.
Winda tak bisa tidur sepanjang malam, mulai memikirkan alangkah selanjutnya esok hari, apakah ia benar-benar meningalkan dermaga ini menuju ke sebuah pulau kecil yang tak lain tempat neneknya dari pihal bapak. Lalu bagimana caranya, apakah ia harus lewat kapal perahu yang khusus penumpang, atau pura-pura berakting pilu untuk bisa numpang gratis di perahu nelayan yang menuju ke sana, tanpa ia memikirkan bagaimana seandainya di tengah perjalanan di hempas ombak kencang, atau yang lainnya, Taka da lagi gunanya memikirkan itu, yang harus di ambil keputusan malam ini adalah apakah winda bertahan di kotanya atau menjalankan misi kedua yaitu acting yang cerdas untuk sebuah perjalanan grartis….(kita tunggu esok lagi cerita Winda)..bagaimana cara berfikir gadis remaja saat menghadapi masalah, apakah memperturutkan napsu, emosi sesaat atau menggunakan akal sehat???
# MarikiMenulis
# SatuHariSatuTulisan
#Tantangan Hari Ke-10
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar