Guru, Bijaklah gunakan aplikasi

Pembelajaran online atau akrab dengan istilah Daring, selalu menyisakan cerita yang menarik atau memilukan. Dari berita yang tersiar di berbagai media social besar kemungkinan belajar daring hingga akhir semester ditahun ajaran baru ini. Guru bersama siswa sebagai actor utama yang paling banyak ambil peran tentu beragam pengalaman dan cerita masing-masing dalam pembelajaran daring.

Hampir tiap hari menerima respon yang beragam, baik dari siswa maupun dari orang tua siswa. Bagaimana tidak ? masih banyak kalangan ekonomi lemah dengan kehidupan pas pasan,penghasilan tidak menentu harus menanggung biaya pembelian kuota yang tidak murah. Terlebih jika dalam proses pembelajaran itu, guru menggunakan aplikasi yang banyak menyedot kuota atau paket data.

Belajar dari pengalaman semester kemarin. Kebanyakan metode belajar mengajar yang kami lakukan adalah bentuk interaksi pasif antara siswa dan guru, dimana guru mengirim materi dlam suatu aplikasi kemudian meminta siswa literasi, lalu berdiskusii di forum google classroom, edmodo, atau telegram.

Belajar dari pengalaman itu, sebagian orang tua siswa yang tergabung dalam grup paguyuban menilai kurang memadai dengan cara itu karena interaksi aktif secara langsung antara guru dan siswa tidak ada, dan di akhir pembelajaran selalu berujung tugas yang akan melibatkan orang tua siswa juga. Sebagian menginginkan model pembelajaran online hendaknya dilakukan seperti layaknya belajar di kelas, siswa di jelaskan materi dengan tatap muka.

Maka muncullah kebijakan sekolah untuk memfasilitasi guru menggunakan zoom meeting dengan aqun sekolah dalam proses belajar mengajar.

Meskipun sebagian siswa mendukung, namun beberapa diantara mereka yang mengeluh karena ketidakmampuannya memenuhi jumlah kuota yang di butuhkan.

Logikanya begini, jika dalam satu hari, ada 4 mata pelajaran di sekolah, dan semua gurunya menggunakan aqun zoom meeting , berapa perkiraan kuota atau paket data yang terpakai sehari? Rata rata satu kali gunakan zoom meeting, paket data terpakai 1 GB, berarti dalam sehari siswa harus siapkan 4GB, dan satu minggu pemakaian mereka bisa mencapai 20 GB. Sungguh ironi pembelajaran online yang begitu banyak biaya yang di perlukan.

Wali kelas sebagai pemeran orang tua di sekolah, sering mendengar keluhan, curhat siswa ketidak mampuannya. Bahkan lebiih menyedihkan lagi ketika ada siswa yang minta izin untuk tidak ikut dulu belajar online, karena tidak ada kuotanya. Apa yang harus kami lakukan? Guru harus empati, bukan hanya melayani siswa yang mampu, tapi harus peduli dengan ketidak mamuan sebagian siswa.

Saya sebagai wali kelas, tentu harus lebih bijak menanggapi permasalahan siswa, bijak menggunakan aplikasi yang banyak menguras paket data, sedapat mungkin asinkronisasi untuk menghemat data. Kalau materi yang memang membutuhkan interaksi aktif untuk menjelaskan, mislkan bentuk perhitungan, penjelasan dengan gambar, saya menawarkan solusi ke siswa untuk tidak memaksakan ikut dalam video conference, tapi harus menunggu, saya akan memvideokan diriku sendiri untuk ku share kan, ke google classroom, namun harus menunggu. Setelah mampu memenuhi paket datanya, baru sisa mengakses/ menontonnya. Jadi lebih fleksibel waktunya.

# MarikiMenulis

# SatuHariSatuTulisan

#Tantangan Hari Ke-2