Sitti Rahma

Lahir di Bone, 19 Nopember 1974, Tamat SMA thun 1993 di iSMA Neg 2 Watampone, kemudian melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, UNHA...

Selengkapnya
Navigasi Web
Menu yang Tertukar

Menu yang Tertukar

Menu yang Tertukar

Bocah kecilku berlari masuk ke dalam rumah dengan keringat mengucur deeras disertai napas yang tak beraturan dan berat kedengaran, sambil berkata…ibu, aku haus sekali. Yah minum jawabku singkat. Dari mana mainnya? Keringat begitu? Aku mulai nyidik mukanya yang mulai kemerahan terpapar cahaya matahari. Dari main sepeda keliling-keling, jawabnya singkat.

Titik pandangku masih ke layar laptop sembari mengecek tugas siswa yang masuk di google classroom, tetap kulanjutkan tanya, mau minum susu? Atau mau makan? Tidak jawabnya singkat. Yah udah istirahat dulu kecapaian berlebih entar sakit, jika kering keringat , mandi dulu baru biar segar kembali, akupun menyela dengan suara yang datar saja.

Bu, berapa lama kita tidak pernah lagi ke mall makan? Sekarang new normal, sudah bisa jalan yang penting tetap pakai masker. Aku langsung menoleh ke arahnya dengan memperhatikan wajah lugu nan lusuh keringatan. Kaget rasanya pertanyaan itu, rupanya kangen situasui yang yang baru mungkin.Yah, nanti kalau sudah bagus situasi. Jawabku dengan penuh keraguan, dalam hatiku Ia tahu bahwa sudah berkeliaran orang- orang di mall luar sana hanya sekedar nikmati lunch ataupun dinner bersama keluarga. Dugaanku benar, ternyata temannya di kompleks yang diajak jalan sepeda bercerita kalau kemarin malam dia main ke mall sambil cari makan vavorit mereka.

Aku mengerti keinginannya, “ Didan, sana mandi bersih-bersih pakai shampoo, entar kita jalan ke luar”. Horeee…yesss,,yess..teriaknya kegirangan, sambil balik lagi bertanya, jam berapaan sekarang atau habis magrib. Yah sekarang jawabku singkat. Dengan llincah meraih handuk yang tergantung di atas pintu kamar namun sedikit terkait di ujung pintu bagian atas. Aku hanya memandangi tanpa bergerak untuk membantu. Didan, Ambil sapu nak, baru di tusuk , di jolokkan keatas ujung handuk itu. Aku mengajari mengatasi masalahnya sendiri bukan langsung membantu, dengan penuh harap cara berfikirnya berfungsi sejak dini untuk mengatasi sesuatu tiap masalahnya.

Tiba di Mall, dan milih tempat nyantai makan di Abe café Resto, kami bertiga masing-masing memesan sesuai selera. Yang paling anaeh rasanya, kali ini aku yang memesan mie kering saja, namun habis, akupun milih nasi goreng ayam wijen juga habis.. lalu apa dong yang tersedia? Nasi goring cabe hijau? Yaahh.. habis juga, maaf mbak ternyata tadi siang banyak sekali tamu, diluar perkiraan kami, kami siapkan sebenarnyaya dianggap sudah cukup banyak, tapi ternyata orderan lebiha banyak hari ini. Yah sudah.. nasi putih saja dengan segala pernak pernik nya , apa saja yang ad asana. Dalam hati kecewa aku, tapi bocah nikmati karena pilihannya sesuai selera, aku tidaakk.

Tidak lama kemudian pelayan datang mengantarkan pesanan ,kuliat disajikan di depanku nasi goreng sesuai pesananku. Aku ragu karena tidak sesuai pesanku yang terakhir, tapi lapar juga, kucoba sendok sekali. ketika saya balik, kedengar sesorang memamarahi pramusajinya, karena menu itu harusnya untuk meja di pojok sana di sampingku. Seketika aku berhenti makan, kurapikan kembali sendok dan garpunya. Tak lama kemudian pramusaji datang mengambil makanan yang sdh kuaduk sedikit, dan menukarkan kembali. Maaf mbak.. aku salah, yah gak apa-apa jawabku singkat. Namun arah pandangku mengikutinya, ternyata makanan yang tadi hanya di rapikan sedikit saja modelnya kemudian dibawakan kembali ke tamu yang ada di pojok dari tadi menunggu. Dalam hati saya beristigfar, bukan salahku ya Allah. Satu sendok sudah kumakan di antarkan kembali ke tamu sana, tanpa Ia mengetahuinya.

Usai dinner bersama, kami pun rencana balik ke rumah, namun sebelumnya mampir lagi di carefor sekedar cari buah atau kebutuhan dapur . aku milih beberapa jenis buah bahan salad, kali ini ada anggur yang belum terkemas, hingga harus di timbang dulu, beratnya 1,7 kg . Karena berdiri di belakang karyawan yang bagian menimbang sehingga anggur yang seharusnya bagianku di berikan ke orang lain, sambil menunggu2 , kemudian orang yang ambil anggur bagianku tadi mengembalikan nya, karena ia fikir bukan pesananya , hanyas sedikit tadi sekitar 1 kg. aku yang masih berdiri di belakang… langsung menyela, sepertinya anggurku itu , karena saya pilih yang besar-besar memang bahnya dan warna merah. Aku pun segera mengambilnya untuk di bawa ke kasir. Yeehhh… baru sekali jalan, menu pilihan dua kali tertukar.

# MarikiMenulis

# SatuHariSatuTulisan

#Tantangan Hari Ke-9

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post