SINAR KEHIDUPAN YANG TERTUTUP AWAN

#TANTANGANGURUSIANA

#TANTANGANHARIKE2

Jika malam minggu tiba, semua terasa enak, apapun enak, makan, tidur dan semua kegiatan dapat dilaksanakan dengan enjoi. Malam minggu adalah waktu yang selalu di dambakan kedatangannya oleh Marsini. Bukan karenan keesokan harinya mau piknik di suatu tempat wisata yang terkenal, tapi karena mulai malam minggu itulah si Marsini akan memiliki banyak waktu yang bisa membuat dia terlepas dari beban tugas rutin yang sangat melelahkan tenaga dan pikiranya. Dia akan mempunyai banyak waktu untuk bermain dengan adik-adiknya, walaupun dengan permainan-permainan yang sangat sederhana tapi dia merasa bahagia. Maklum, karena kehidupan Marsini yang belum tersentuh oleh hiruk pikuknya tekhnologi.

Biasanya keadaan itu akan hilang dengan sendirinya, terusir oleh datangnya waktu dimana Marsini setiap mulai hari Senin jam 4 pagi harus sudah bangun untuk menjalankan tugas rutinnya. Mulai dari membantu Ibu, mengasuh 3 adiknya, dan sekolah. Kalau dihitung sih jumlah pekerjaannya sebenarnya tidak ada yang istimewa dibanding anak-anak lainnya yang sudah seusia SMP, semua biasa saja. Akan tetapi yang membedakan Marsini dengan anak-anak seusianya adalah dia harus pandai membagi waktu antara sekolah dengan membantu Ibunya untuk menyelesaikan tugas-tugas di rumah.

Anak dari Marsono ini hidup berempat dengan Ibunya dan tiga adiknya yang masing-masing masih kelas dua sekolah dasar, adiknya lagi masih di usia 5 tahun dan yang terkecil masih harus banyak digendong karena masih usia 5 bulan. Ayahnya yang seorang nelayan tradisional menghilang tanpa berita sejak adiknya yang terkecil masih di dalam kandungan Ibunya. Entah hilang tertelan ganasnya ombak pantai selatan atau sengaja menghilang untuk menghindar dari beban hidup yang dia rasakan.

Sejak kelahiran adiknya yang terkecil, sekolah Marsini terganggu, dia harus bisa mengatur waktu antara menjaga adiknya yang masih kecil dengan sekolah yang harus ditempuh dengan sepedah onthel sejauh 10 km. Dapat dipastikan, dua kali dalam seminggu dia tidak masuk sekolah, dia harus menjaga adiknya karena Ibunya bekerja mencari kerang ditepian pantai selatan ketika air laut sedang pasang surut, yang hasilnya hanya cukup untuk makan satu hari. Kalau Marsini harus sekolah, Ibunya tidak bisa bekerja, dan itu berarti tidak ada yang dimakan. Sedangkan bantuan dari Pemerintah digunakan untuk kebutuhan yang lain yang tidak kalah pentingnya. Untung saja rumah yang ditempati lengkap dengan lampu penerangan seadanya didapat dari belas kasihan tokoh Masyarakat setempat.

Seperti biasa, hari itu Marsini mengambil sepedah peninggalan ayahnya, yang karena pengaruh air laut banyak bagian-bagian yang berkarat. Tepat jam enam dia berangkat sekolah sejauh 10 Km, yang sekitar jam setengah tujuh Marsini harus sudah sampai di sekolah, karena kegiatan pembiasaan di sekolahnya dimulai jam 06.40 WIB. Melewati jalan berbatu sejauh 1,5 km dia baru bertemu kakak kelasnya, yang setiap hari menemani perjalanannya. Kakak kelasnya inilah yang sering membantu Marsini ketika sepedahnya rusak, dan hal-hal lain yang Marsini sering ketinggalan informasi karena tidak masuk sekolah.

Sekolahan marsini tergolong sekolah yang sangat disiplin dalam penerapan tata tertib sekolah. Satu kali saja siswa tidak masuk sekolah, maka dia akan dipanggil oleh guru BP untuk dimintai keterangan dan diberikan bimbingan. Marsini pun tidak luput dari aturan itu. Kesekian kalinya Marsini dipanggil oleh guru BP nya, karena sering tidak masuk sekolah. Langkahnya terasa berat, pikiranya kacau, bingung, alasan apa lagi yang harus disampaikan. Selama ini Marsini tidak berterusterang kepada guru BP nya

Bersambung ......