Slamet Widodo

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Mendidik Anak Ibarat Merawat Tumbuhan (128)
Sumber gambar : google

Mendidik Anak Ibarat Merawat Tumbuhan (128)

Dalam tulisan-tulisan saya (maaf, lebih spesifiknya, khutbah jumat yang saya tulis dan saya sampaikan setiap kali saya mendapat kesempatan), tema yang sering saya angkat adalah anak, pemuda dan pendidikan.

Menurut saya, anak dan pemuda sangat perlu kita perhatikan pendidikan dan perkembangannya. Sebab, mereka merupakan generasi yang disiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan. Di pundak merekalah nasib bangsa ini sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan.

Jika ingin melihat nasib bagaimana bangsa ini kedepan, cukup lihatlah bagaimana kondisi pemuda saat ini. Jika pemuda saat ini baik, maka bisa dipastikan bangsa ini akan baik. Namun sebaliknya, jika pemudanya (maaf) mentalnya rusak, maka entah bagaimana nasib bangsa ini nantinya. Wallahu a'lam.

Dalam sejarah mencatat bahwa perkembangan Islam pada zaman Rasulullah saw. hingga mampu menaklukkan benua Eropa, itu dipelopori oleh pemuda.

Bahkan, Umar Ibnu Khatab ra. sewaktu menjabat sebagai Amirul Mu'minin, ketika ada masalah selalu mengumpulkan para pemuda untuk diajak bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Bukan hanya itu. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan pun, tak lepas dari campur tangan dan pemikiran brilian dari para pemuda. Salah satunya adalah ikrar para pemuda untuk bersatu yang digelorakan pada tanggal 28 Oktober, 89 tahun silam.

Dan banyak lagi sejarah yang mencatat betapa berartinya peran pemuda dalam membangun peradaban.

Namun begitu. Anak dan pemuda harus kita persiapkan sejak dini. Agar mereka menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Untuk kita siapkan menjadi pemimpin masa mendatang. "Pemuda saat ini adalah pemimpin masa depan."

Dalam mendidik anak tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Atau cukup dengan dengan mantra "bin sala bim". Bukan. Orang tua dalam mendidik anak dibutuhkan ilmu khusus dan kesabaran yang ekstra. Hal itu menjadi wajib bagi orang tua. Sebab, di tangan merekalah pendidikan dan perkembangan anak dimulai. Orang tua harus terus mengawal dan mengarahkan anak-anaknya dalam sikap kesehariannya. Supaya mereka tidak salah dalam pergaulan.

Sifat dasar seorang anak adalah mereka cenderung suka bermain dan bermain. Asal membuat hatinya senang. Mereka belum paham apakah yang dilakukan itu baik atau buruk, benar atau salah. Sebab itu, dibutuhkan peran orang tua yang sabar untuk selalu mendidik dan membimbing dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

Membentuk karakter anak itu ibarat menanam tumbuhan. Saya teringat dengan sebuah kisah yang ada di dalam kitab "Akhlakul Lil Banin" jilid satu yang ditulis oleh Umar bin Ahmad Baraja.

Di dalam kitab tersebut dikisahkan ada seorang ayah sedang mengajak anaknya jalan-jalan di sebuah taman. Pada saat mereka sedang jalan-jalan. Tiba-tiba anak yang cerdas tersebut melihat bunga mawar yang sedang mekar indah. Namun, sayang, pohonnya bengkok. Kemudian si anak bertanya kepada ayahnya.

"Ayah, bunga mawar itu sangat indah. Namun sayang, pohonnya bengkok." (ini saya kisahkan dengan bahasa saya sendiri. Namun tidak mengurangi makna yang terkandung di dalam kitab tersebut).

Kemudian si ayah menjawab. "Iya, nak. Itu disebabkan karena tukang kebun tidak memperhatikan pertumbuhan bunga tersebut. Dari kecil bunga tersebut dibiarkan tumbuh bengkok. Tidak diluruskan ke atas dan diberi lanjaran (kayu yang berfungsi untuk mambantu pohon tetap tegak)."

"Baiklah ayah. Mari kita luruskan sekarang," kata si anak tadi.

"Anak ku. Kita tidak akan bisa meluruskan batang bunga mawar ini. Karena sudah tua. Kayunya keras. Jika dipaksa untuk diluruskan, kayunya akan patah."

Ada pelajaran penting yang bisa kita ambil dari kisah di atas. Apabila seorang anak dibiarkan tumbuh dan berkembang tanpa diarahkan dan dibimbing dalam kebaikan oleh orang tuanya. Maka ia nanti akan menjadi pribadi yang kurang baik. Pribadi yang jauh dari ajaran agama. Dan apabila seorang anak sudah tumbuh dewasa, maka anak tersebut sulit untuk diarahkan. Dan dia pasti akan membantah kepada siapapun yang memberinya nasehat.

Akhirnya, kita sebagai orang tua, mempunyai tanggung jawab besar untuk mendidik anak-anak kita.

Kita harus menyadari bahwa anak adalah amanah dari Allah Swt. Yang di akhirat nanti kita akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah Swt.

Wallahu a'lam... -----

Kepohbaru, 03 Nopember 2017

Penulis adalah : Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post