Episode Dukanya Literasi Indonesia

Sejarah adalah rangkaian peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Namun, apa yang terjadi pada masa lampau bisa menjadi pelajaran (ibrah) untuk sekarang dan masa depan. Dan salah satu dari pelajaran hidup pada masa lalu yang perlu diteladani itu ada pada sosok guru kehidupan almarhum Bapak Hernowo Hasim, yang baru meninggalkan kita untuk selamanya. Ya, sekitar pukul 20.30 tadi malam Pak Hernowo meninggal di Bandung. Kepergian beliau tentu menjadi kehilangan besar bagi dunia literasi dan menulis di tanah air. Ini mengingat kiprah beliau yang getol mengkampanyekan budaya membaca dan menulis di berbagai daerah seluruh Nusantara.

Lelaki bernama lengkap Hernowo Hasim adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Tayib-Daimah yang lahir di kota Magelang, Jawa Tengah, 12 Juli 1957 silam ini merupakan figur guru yang istimewa. Lebih dari 24 karya tulisan yang renyah dari Pak Hernowo Hasim bisa dinikmati. Dengan mengandalkan konsep literasi (membaca-menulis) terbarukan dan berani tampil beda, ternyata mampu tetap eksis. Beliau bisa menjadi inspirasi bagi murid dan mahasiswanya, serta siapa saja yang ingin menimba ilmunya untuk terus bersemangat hingga menjelang wafatnya.

Tidak banyak referensi yang penulis miliki dari sosok Hernowo Hasim ini kecuali dari buku-buku karya beliau yang insyaallah lebih dari 80 % sudah saya miliki. Semua karyanya menarik untuk dikaji. Dan dari buku-buku karya beliaulah saya tahu bahwa menjadi sosok teladan itu ternyata salah satu kuncinya adalah punya karya dengan konsep beda.

Belajar dari sosok Hernowo yang mencoba membuat terobosan, dengan cara tak banyak berbicara (berteori) tetapi memberikan arahan dan langsung praktik. Ia memberikan resep-resep generik dan bermanfaat buat siapa saja. Kiat-kiatnya yang dikemas dengan bahasa yang cukup provokatif berhasil menggugah kesadaran manusia akan arti pentingnya dunia membaca dan menulis. Hernowo tak berhenti sampai di situ. Suami Siti Rochana dan ayah empat anak ini bersemboyan akan terus berkarya dan berkarya. Resepnya hanya satu, sebagaimana yang tertulis dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW, "... Hari ini harus lebih baik ketimbang kemarin, dan besok harus lebih baik dari hari ini ...." Bagi Hernowo, hadits itu memberikan motivasi tersendiri untuk terus memompa dan membangkitkan motivasi diri: saya akan terus berkarya!

Ada beberapa hikmah kehidupan yang bisa dijadikan teladan bagi kita dari kehidupan sosok dan penebar literasi ala Pak Hernowo berdasar sejumlah sumber.

Pertama, beliau sangat getol menularkan ilmu literasi "Ala Hernowo". Sesuatu yang sangat langka di era awal menggerakkan khasanah keilmuannya. Sikap berani melawan arus dan selalu konsisten menjalankan prinsipnya ini serta ikhlas. Membuat beliau bisa tetap bertahan untuk menjalani kehidupannya dengan suka cita. Tak ada pancaran rasa kecewa dengan banyaknya tantangan yang menimpa dirinya. Pak Hernowo mengembalikan segala sesuatunya kepada keputusan Allah, hatinya tenang dan rasa kecewanya hilang.

Kedua, keuletan seorang hamba Allah. Pak Hernowo pernah berujar, "Iman kepada Allah yang membuat saya bisa bertahan". Cara berpikir dan keyakinan diri untuk menggantungkan hidup semata kepada Allah membuat Pak Hernowo tetap mampu dan teguh pendirian meski dalam kondisi tertekan. Kita bisa belajar dari Pak Hernowo tentang misi hidup menjadi guru. Karena merasa dirinya adalah bagian dari masyarakat, Pak Hernowo terus berusaha menularkan ilmu yang dimilikinya kepada masyarakat. Mengajar dan mendidik menjadi pilihan jalan hidupnya, meskipun tidak berlatar belakang kependidikan. Perilaku hidupnya mencerminkan sikap orang bertakwa (QS al-Baqarah: 177).

Ketiga, sadar posisinya yang lemah itu beliau membuat terobosan baru dalam dunia literasi di Indonesia. Untuk merealisasikan konsep yang revolusioner itu beliau bekerja sama dengan Mizan sebuah penerbitan bermutu sebagai jembatan meraih obsesinya dan hikmahnya, semua yang terasa sulit bisa mudah.

Angin segar terus bernaung pada beliau sesuai rencana, sehingga program literasi berbuah pencerahan atas kerja samanya dengan penerbit Mizan. Karier Pak Hernowo melejit dan tidak perlu diragukan lagi, bahkan semua konsep yang itawarkan menjadi rujukan guru -guru di seluruh Indonesia. Terobosan yang brilian dari sosok guru literasi yang patut di acungi jempol.

Pak Hernowo telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya, tak ada ambisi pribadi. Yang ada, semua hal terbaik yang dimiliki diberikan sebagai jalan keberhasilan bagi murid-murid dan mahasiswanya. Karena sejatinya, puncak kesadaran tertinggi seorang guru adalah kerelaan berkorban untuk kepentingan murid, masyarakat, dan bangsa.

Kenangan dan inspirasi keteladanannya akan terus hidup di pikiran dan hati para guru inspiratif Indonesia. Semoga segala amal baik dan pengorbanan beliau dalam menginspirasi kita menjadi investasi terbaik bagi beliau untuk kehidupan akhiratnya kelak. Firman Allah SWT: ".... Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang Mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka....". (QS at-Taubah: 111).

Selamat jalan Bapak, meski Bapak telah tiada, namun karya nyata dan kisah-kisah yang menginspirasi dan pastinya keteladanan beliau patut dijadikan rujukan pecinta literasi Indonesia.

Do'a kami menyertaimu dan semoga meninggalnya beliau dalam keadaan khusnul khotimah. Aamiin .....

-Si Pembelajar- Slamet Yuliono