Slamet Yuliono

SLAMET YULIONO, Si Pembelajar yang ingin dan ingin terus belajar kepada siapa saja. Dan berharap dengan bimbingan dan petunjuk-Nya, bisa bermanfaat bag...

Selengkapnya
Navigasi Web
-(M)- PLS Model MOS Baru yang Elegan
http://says.com/id/news/selamat-datang-transformasi-mos-baru-sekolah-indonesia-haripertamasekolah

-(M)- PLS Model MOS Baru yang Elegan

Episode: Menuju Guru Profesional (2)

-----------------

DITERBITKANNYA Permendikbud Nomor 18 tahun 2016 tentang -Masa- Pengenalan Lingkungan Sekolah (-M-PLS) bagi siswa baru sebagai pengganti MOS memberikan angin segar dan bisa dijadikan sarana pembelajaran dasar menuju konsep bersekolah yang egaliter. Mengingat sejak dulu MOS lebih identik dengan perpeloncoan dan sarat muatan bullying, kekerasan fisik, ancaman, hukuman (punishment), serta hal tak nyaman lainnya. Kabar baik ini memberikan kelegaan bagi siswa, guru, dan para orangtua. Sebab, orientasi siswa yang mengeliminasi rasa takut siswa akan memberikan rasa aman. Bahkan, kebijakan ini dapat menutup buku catatan merah atas sederetan siswa baru yang menjadi korban dari `keganasan' MOS yang dilakukan senior atau orang lain di sekolah.

Harus diakui bahwa banyak siswa merasa keberatan dengan MOS konvensional yang padat dengan sejumlah tugas berat, yang semestinya beradaptasi dengan lingkungan belajar baru sebagai sarana menemukan motivasi untuk melejitkan prestasi justru mendapat kesibukan yang pelik. Di antara penugasan klasik MOS yang (sejak dulu) penting untuk dihapus, misalnya, berpakaian ‘nyeleneh’ atau mencari bahan-bahan yang `langka'. Jika siswa tidak berhasil menemukannya, hukuman pun siap menanti. Di sisi lain, para senior juga seolah menjadi sosok eksekutor nan otoriter.

Sayangnya, kultur negatif saat MOS dijalankan seolah ada kesan kesengajaan dan unsur 'pembiaran’. Dan dampaknya MOS dijadikan sarana yang `menyiksa'. Konsekuensi logisnya, suburlah budaya MOS yang sarat dengan kekerasan, baik verbal, fisik, ataupun mental. Padahal, dampak MOS yang penuh nuansa kecemasan sangat signifikan. Dalam jangka pendek, siswa baru akan mendapat hambatan penyesuaian diri dan mengalami perasaan bersalah.

Hal ini wajar sebab filosofi MOS yang banyak dianut sekolah ialah `menempa mental'. Sayangnya, penempaan mental dimaknai dengan sangat sempit, yakni dengan tindakan memarahi, menghukum, dan menyalahkan.

Dalam perspektif psikologi, sikap over senior yang memarahi, menghukum, dan menyalahkan dapat menjadi sumber petaka bagi orang lain. Seseorang yang dihukum, dimarahi, dan disalahkan akan rentan memiliki perasaan bersalah yang luar biasa. Bahkan, kemarahan yang secara repetitif dapat menurunkan kepercayaan diri dan motivasi. Kemarahan akan menimbulkan luka. Kenyataan ini semakin menegaskan bahwa energi negatif pada MOS yang konvensional harus diubah menjadi energi positif.

Poin penting yang seharusnya semua siswa masuk ke sekolah baru dalam keadaan baik-baik saja. Berdampak buruk bagi anak yang lahir dari keluarga bermasalah dan tak memiliki gairah menuntut ilmu, kecuali demi formalitas belaka. Jika guru dan pengambil kebijakan di sekolah dan abai terhadap kondisi awal siswa baru, jangan heran jika di kemudian hari mereka menjadi sumber masalah di sekolah. Sebab, anak-anak dengan permasalahan intrapersonal yang tak selesai cenderung melahirkan hubungan interpersonal yang buruk dengan orang lain. Pada titik inilah, MOS semestinya diselenggarakan dalam kerangka pengenalan dalam arti yang sebenarnya.

Dalam kegiatan orientasi siswa, pendekatan dari hati ke hati sangat diperlukan. Guru diharapkan memiliki kepekaan dan mampu menjalin kedekatan dengan siswa baru sehingga ketika dalam masa orientasi siswa ada beberapa anak didik yang belum bisa mengikuti peraturan dan ritme kegiatan, guru mesti lebih awas.

Di masa orientasi, guru perlu memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk melakukan pendekatan terhadap siswa, memperkenalkan kultur belajar, dan yang paling penting menyuntikkan semangat baru. Sekolah baru semestinya dapat menghadirkan iklim belajar yang lebih positif. MOS harus diubah, dari gaya konvensional menuju profesional. Sejak awal, guru perlu membangun nuansa kenyamanan. Dengan demikian, hambatan psikologis siswa dalam beradaptasi dengan orang-orang baru, lingkungan baru, dan budaya belajar dapat berjalan dengan optimal.

Ibarat membuka lembaran baru, para guru mesti mempersiapkan diri untuk menyambut siswa. Terlebih dahulu, guru perlu membangun kesiapan mental. Mereka harus meyakini akan kemampuan dalam mengajar dan mendidik siswa dengan baik. Di sisi lain, siswa juga perlu membuka diri terhadap pengalaman-pengalaman baru tanpa dihantui rasa takut.

Tantangan selanjutnya ialah mampukah guru bersikap apresiatif atas prestasi siswa? Di sisi lain, bukan hal yang mudah mendeteksi potensi siswa dengan prestasi yang belum tampak. Upaya ini membutuhkan waktu yang panjang. Sepanjang rentang waktu belajar, guru perlu cermat memperhatikan siswa. Meski demikian, satu hal yang harus diingat ialah setiap anak memiliki perbedaan individual yang unik sehingga guru tidak perlu membandingkan siswa satu dengan siswa lainnya. Kepercayaan dari pendidik bahwa semua siswa memiliki potensi dan dapat berprestasi dengan cara masing-masing merupakan starting point yang ideal untuk memulai tahun ajaran baru.

Tidak hanya kepada siswa, alangkah baiknya jika masa orientasi juga diikuti dengan pengenalan orangtua terhadap sekolah, guru, dan kultur belajar. Hal ini penting, sebab hubungan yang harmonis antara guru dan orangtua akan berdampak pada pengajaran pengasuhan yang seirama. Keberhasilan guru dalam menjalin kedekatan dengan siswa (sekaligus orangtua) di masa-masa awal tahun ajaran sangatlah penting. Sebab, suatu ketika jika anak mengalami permasalahan perilaku, keluarga menjadi partner bagi sekolah untuk mendukung penyelesaian masalah.

Betapa banyak kasus kenakalan siswa yang tak terpecahkan karena kegagalan komunikasi. Alhasil, siswa yang dinilai nakal pun semakin tidak menyadari kesalahannya, bahkan semakin berada dalam taraf memprihatinkan. Padahal, penanganan terhadap anak-anak bermasalah hanya akan efektif jika sekolah akrab menjalin kerja sama dengan orangtua.

Sekolah sangat perlu membangun kedekatan dengan siswa, sebagaimana orangtua menjalin kedekatan dengan anak kandungnya. Sebab, transformasi nilai-nilai kebajikan hanya akan efektif apabila dilakukan figur otoritas. Nah, dalam masa orientasi siswa, sekolah harus berhasil membangun diri sebagai figur otoritas bagi para siswa.

Kegagalan sekolah dalam mengenali siswa akan berdampak buruk pada proses belajar dan mengajar. Tidak sedikit guru yang ingin menyampaikan maksud baik justru ditanggapi negatif oleh siswa, demikian pula sebaliknya. Dalam jangka panjang, situasi itu dapat menyuburkan benih kebencian sehingga menyakitkan hubungan guru dengan siswa. Dunia pendidikan tidak hanya memerlukan guru yang cerdas saja, tapi juga yang mau dan mampu memahami karakter siswa. Pemahaman yang baik terhadap karakter siswa dapat membimbing guru untuk dapat mengajar dan membimbing setiap siswa dengan metode yang paling tepat.

Akhirnya MOS yang kini berganti baju yang bernama PLS harus menjadi momentum awal untuk memulai hubungan yang harmonis antara siswa baru, kakak kelas, guru, dan lingkungan sekolah. Sebab, tugas kependidikan yang di emban guru dan siswa tidaklah mudah. Tugas kependidikan untuk mencerdaskan siswa dan membentuk karakter positif hanya akan berhasil jika guru dan siswa mampu mengenal dan menjalin hubungan yang produktif.

--------------------------------------

Turen - Malang, 16 Juli 2018

Si Pembelajar - Slamet Yuliono -

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah... Terimakasih nutrisi paginya Bpk SY. Bisa sebagai modal nanti suport anak-anak di HP sekolah. Barakallah bapak

16 Jul
Balas

Berbagi Bunda, semoga bermanfaat ....

16 Jul



search

New Post