Menumbuhkan Sekolah Inspiratif dengan K. 13
Episode: Menuju Guru Profesional (3)
--------------------
TAHUN dua ribu delapan belas boleh dikata sebagai era pembelajaran terbarukan bagi sistem pembelajaran di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kenapa penulis katakan era pembelajaran terbarukan, karena prosedur kegiatan pembelajaran di tahun pelajaran ini, Pendidikan Dasar dan Menengah di negara kita sudah menggunakan pendekatan Kurikulum 2013 (K. 13). Pemandangan awal dan cara pendekatan sistem ajar yang jauh berbeda dengan pendekatan konvensional di kurikulum sebelumnya. Guru tidak lagi menjadi penguasa tunggal di kelas, tetapi lebih mengedepankan peran guru adalah fasilitator dan sahabat siswa di kelas. Suasana kelas yang semula pasif dirubah dan diciptakan dalam situasi cair agar ada dialog antar siswa dan guru saat pelajaran berlangsung.
Sudahkah proses menghidupkan kelas dengan pendekatan sesuai harapan di kurikulum baru (K. 13) itu terjadi? Hasil evaluasi dari sekolah yang telah menerapkannya dua tahun lalu, ternyata belum maksimal 'alias' gagal. Gagal diterapkan sesuai harapan karena masih banyak guru mengajar dengan cara lama (tradisional). Guru hanya sekadar memberi dan 'menjejali' ilmu dari isi buku ke otak siswa tanpa ada proses komunikasi dua arah yaitu antara siswa dengan guru.
Terlepas dari ada atau tidaknya perubahan sistem dan kurikulum, sebenarnya PBM (proses belajar mengajar) di kelas harus dirubah. Sudah bukan jamannya lagi pendidik bersikap otoriter dan menjadi penguasa tunggal di kelas.
Siswa hanya diminta menurut pada guru tanpa ada proses dialog. Apalagi di era digital seperti saat ini, salah sedikit dalam proses penanganan terhadap anak didik bisa menjadi bumerang dan jadilah kita (guru) menjadi penghuni 'hotel prodeo'. Anak didik kita sudah 'mahir' menggunakan gatget yang suatu saat segala tingkah polah kita (guru) terekam dalam ponsel yang dipunya anak didik. Dirasa ada masalah dengan mereka (siswa) maka diunggahlah perilaku keseharian kita, dan bila yang diunggah di media sosial ini adalah sesuatu yang 'tabu' dan ini menjadi viral, tunggulah proses selanjutnya. Ini jaman 'now' Pak, gurauan dan kata yang sering kita dengan dari anak didik.
Sekali lagi, jika konsep pembelajaran 'jadul' itu masih saja diterapkan maka tidak akan ada perubahan produk dan kualitas pendidikan di negeri ini. Anak didik (siswa) hanya dituntut duduk manis mendapat nilai tinggi saat tes atau ujian. Sementara kemampuan siswa di bidang afektif dan psikomotorik cenderung terabaikan.
*****
Saat ini rasanya tidak cukup kelas didesain dinamis dan komunikatif saja. Namun .....
--------------------------------------
Turen - Malang, 17 Juli 2018
Si Pembelajar - Slamet Yuliono -
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar