POKOK'E IKUT DIKLAT *)
Episode : Mawas Diri (5)
----------------------------------------
SENIN, 9 Juli 2018 bertempat di Ruang Laboratorium IPA mulai dari pukul 08.20 WIB hingga pukul 12.30 WIB sesi 1. Jeda sebentar ishoma (Istirahat Sholat dan Makan) untuk shalat dhuhur sekitar satu jam, kegiatan dilanjutkan sesi 2 hingga pukul 15.00. Ya hari ini dan besok selama seharian penuh sekolah merealisasikan kegiatan diklat terbimbing. Diklat yang diikuti semua guru dan karyawan bersama anggota sub rayon sekolah yang dipandu pendampingan langsung oleh Dinas Pendidikan Kabupaten dan beberapa teman sejawat instruktur.
Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Sekolah (KS) awalnya berjalan sesuai skenario, lancar dan 'gayeng'. Namun berubah sedikit heboh setelah masuk pada sesi pembagian kelompok dan penataan awal kegiatan diskusi antar bagian. Semula penulis anggap kehebohan ini hanya berlangsung sementara karena ada perubahan tata dan aturan dari monolog menuju diskusi. Namun kehebohan masih terus berlangsung meskipun sudah berusaha diminimalisir.
Kegiatan yang mestinya dapat dijadikan tambahan referensi keilmuan bagi peserta diklat demi membangun jati diri yang lebih baik menjadi kering khasanah keilmuan. Ada banyak kendala teknis kenapa kegiatan menjadi 'berantakan'. Tulisan ini tidak bermaksud menarik benang kusut hingga menyalahkan siapa dan kenapa ini bisa terjadi, tetapi lebih pada upaya koreksi diri, mengedepankan rasa hormat, dan memelihara kesantunan diri.
Berbicara koreksi diri lebih pada hal teknis 'keakuan' dan kesombongan. Mereka-mereka yang sering membuat kegiatan berjalan kurang kondusif atau kegaduhan lebih pada kurang siapnya mental spiritualnya. Karena dalam hatinya ada rasa tidak suka (like and dislike) dan kurang mempercayai kualitas sosok-sosok pemateri.
Hilang dan lemahnya rasa hormat terhadap pemateri yang belum teruji. Mereka menganggap ilmu yang diberikan saat kegiatan semacam ini belum memadai. Apalagi dari sahabat sejawat ini ada yang memang sudah senior, telah berusia mendekati purna tugas, dan bahkan diantara mereka sudah sering menjalani kegiatan semacam ini.
Merasa sudah menjadi guru yang senior dan menganggap pemateri 'belum layak' atau dengan beragam alasan seperti mereka belum teruji benar. Sah-sah saja mereka berbicara seperti itu, tetapi guru bermental semacam ini lupa, bahwa sikap santun dan menghargai orang lain meskipun yuniornya semestinya tetap dijaga. Jangan hanya karena ada rasa suka dan tidak suka sikap salah kaprah dan meremehkan semacam ini dipertahankan. Ingat pesan Allah perilaku salah semacam ini dibenci oleh penguasa langit.
====
Berdasar Peraturan Pemerintah nomor 101 Tahun 2000 dinyatakan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Pegawai Negeri Sipil) selanjutnya disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan (PNS).Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan, baik yang bersifat umum (pemerintahan maupun pembangunan), yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pengembangan partisipasi masyarakat.
Tujuan yang baik seperti diklat ini, menjadi berantakan karena masalah sepele yaitu tidak bisa saling menerima. Mereka yang menolak berasumsi bahwa diklat seperti ini hanya ingin menggugurkan kewajiban. Bahkan yang dimunculkan di permukaan, dengan mengikuti diklat semacam ini ada jawaban yang 'semoga' hanya di kegiatan sekolah kami, berupa jawaban sedikit menggelikan namun menarik untuk kita renungkan:
1. Buat Refreshing
Mayoritas bagi sejawat guru yang sudah 'mati ilmu' menganggap kegiatan semacam ini adalah untuk refresing dan sarana silaturahmi karena lama tidak berkumpul di sekolah. Setelah libur panjang dijalani olehnya.
2. Menggugurkan Kewajiban
Ya….ini kebalikan dari yang pertama. Kadang ada diantara kita yang 'kurang' enak hati dengan KS tetap mengkuti kegiatan ini agar pertemanan dan persahabatan masih bisa disambung. Sosok semacam ini memang sudah tidak bisa diandalkan.
3. Tuntutan Pekerjaan
Ini juga penyakit Guru (PNS) pada umumnya….tidak bisa nolak perintah atasan. Padahal materi diklatnya sudah dikuasai. Karena materinya tidak jauh berbeda dengan diklat-diklat yang pernah diikuti. Sambil bergumam: "... saya sudah sering mengikuti kegiatan ini dan pernah mengalaminya…..beberapa kali malah….mau nolak ya ndak enak…..takut dikira sudah keminter…..
4. Menambah Pundi Keuangan
Meskipun jumlahnya tidak signifikan, ternyata diklat agar mendapat tambahan keuangan masih menjadi pilihan mereka. Sudah bukan rahasia lagi, mengikuti kegiatan semacam ini bagi kita yang lagi 'bokek' sangat bermanfaat. Bukan ilmu yang ingin di dapat tetapi kesenangan sesaat itulah tujuan utamanya.
5. Buat Prasyarat dan AK
Ini sering dijadikan motivasi bagi peserta diklat yang masih ingin bisa naik pangkat. Dengan selembar sertifikat mereka berharap menambah pundi-pundi penilaian di sisi Pengembangan Diri. Salah satu syarat penting untuk bisa maju dan naik pangkat setingkat lebih tinggi.
Mengakhiri pro kontra kegiatan diklat terbimbing, dilihat dari evaluasi penulis untuk kegiatan di hari pertama ini sebenarnya masih ada banyak masalah mendasar. Dari kegiatan diklat tidak berjalan lancar dan baik, namun lima poin di atas sudah bisa mewakili keresahan kita-kita yang serius mengikuti pelatihan. Sekali lagi ini privasi, mereka yang sudah merasa pinter dan jenuh akan adanya perubahan ulah 'aneh' selalu ditonjolkan. Mereka hanya ingin tetap stagnan dengan memilih jalan pikir dan hidupnya. Semoga mereka cepat menyadari bahwa di lingkungan pendidikan toleransi dan saling menghargai sekaligus menjadi sosok panutan hukumnya adalah fardu 'ain. Wallahu'alam ...
________________________
Turen - Malang, 10 Juli 2018
Si Pembelajar - Slamet Yuliono -
*) Tulisan ini pendapat pribadi, mohon maaf, dan koreksi, serta masukan bila ada yang kurang berkenan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Begitulah fenomena yang ada ketika mengikuti Diklat
Ya Bunda, sangat disesalkan ...
Banyak yang sering lupa bahwa kedudukan akhlak lebih tinggi daripada ilmu. Saya malah pernah malu mendengar pemateri bilang begini,"Paling payah memang kalau yang mau ditatar adalah para guru." Padahal seharusnya tidak demikian ...njih pak guru? Semoga ke depannya kita semakin menyadari siapa "guru" sebenarnya. Diklat...oh ...diklat. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah....pak guru.
Guru beriman dan santun itu yang sekarang dicari ya Bunda ...