Slamet Yuliono

Belajar menuju jati diri yang dewasa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gerakan Literasi Momen Indah Menjadi Pembelajar Bersama

Gerakan Literasi Momen Indah Menjadi Pembelajar Bersama

Salah seorang siswa binaan Mading pernah mengatakan kepada penulis: ‘Saya tidak pandai menulis karena tidak memiliki bakat menulis’. Ungkapan jujur karena menulis adalah pekerjaan yang paling sulit dan membosankan dibandingkan dengan kegiatan lain. Ungkapan itu dilanjutkan dengan: ‘Saya sudah mengerahkan seluruh kemampuan yang ada dalam diri ini, tetapi belum berhasil lanjutnya’.

Penulis sebagai guru yang sudah bertahun-tahun mengarahkan dan melakukan pembimbingan kepada siswa di bidang tulis menulis memaklumi. Untuk menjadi penulis handal ada banyak kendala dan jalan berliku yang harus dilewati termasuk beragam ‘keluhan’ tentang pelajaran menulis. Jangankan siswa yang dipastikan dalam berbagai literasi masih minim referensi bacaan. Hal yang sama juga dialami oleh sebagian besar guru dari jenjang tingkat dasar hingga menengah.

Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran penting dalam upaya meningkatkan peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun luar dirinya, dan mampu memperkaya pengalamannya. Melalui kegiatan menulis pula orang dapat mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya untuk menjadi lebih baik dan dewasa.

Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang bersifat mekanistis. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori, tetapi dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan tulisan yang tersusun dengan baik. Kejelasan organisasi tulisan bergantung pada cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik (Hasani, 2005: 2)

Argumen menarik Hasani ini setidaknya menjadi pemantik kita yang berkecimpung di dunia pendidikan. Mengingat banyaknya kendala dan masalah yang dihadapi siswa maupun guru tentang dunia menulis. Karena itu tidak keliru bila keterampilan menulis merupakan urutan yang terakhir dalam proses belajar kebahasaan setelah keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.

Di antara ke empat keterampilan berbahasa tersebut, keterampilan menulis yang paling sulit dikuasai. Hal itu disebabkan keterampilan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Keterampilan menulis biasanya dikaitkan dengan pembelajaran mengarang. Latihan menulis dan mengarang dalam pengajaran bahasa Indonesia dapat membiasakan siswa untuk menerapkan pengetahuan kebahasaan, seperti tata bahasa, kosa kata, gaya bahasa, ejaan, dan sebagainya.

Memandang pentingnya meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya untuk bekal mereka nanti ke jenjang selanjutnya, maka saya pun menangkap momen penting yang dapat digunakan untuk “memaksa” siswa agar tidak malas menulis. “Memaksa” di sini perlu saya jelaskan dalam hal penentuan tema dan lingkupnya. Sedangkan untuk Rencana Pembelajaran dan Silabusnya memang sudah sesuai.

“Menangkap” momen ini bukan hanya dapat dilakukan untuk guru yang mengajar Bahasa Indonesia, namun semua guru dapat memanfaatkan momen-momen tertentu yang akan terjadi, atau bahkan sedang terjadi di sekolah. Hal ini penting mengingat momen merupakan sesuatu kejadian yang sifatnya singkat dan berarti. Dengan memanfaatkan momen tersebut, diharapkan guru dan siswa mampu meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran di sekolah.

Sebagai contoh, momen sekolah yang sedang mengikuti serangkaian kegiatan bulan bahasa bisa menjadi dasar untuk mengerahkan kemampuan siswa dalam hal menulis. Tema dan isu kebahasaan terutama di sekolah menjadi bahan utama dalam penulisan paragraf.

Paragraf yang dikembangkan adalah jenis paragraf argumentatif. Paragraf ini mengutamakan kemampuan siswa dalam hal berargumen dan memberikan alasan-alasan serta fakta-fakta dalam mendukung argumen yang mereka tulis. Semakin kuat fakta-fakta dan alasan-alasan mereka, maka semakin meyakinkan pula argumen yang mereka sampaikan ke dalam paragraf argumentasi.

Ide yang bermunculan dari siswa sangat beranekaragam. Hal ini tentu sangat terkait dengan pengetahuan, pengalaman, dan kepekaan mereka terhadap kuatnya mereka meramu kemampuan kebahasaan mereka di sekolah. Ada yang mengambil masalah mengenai puisi, sajak, cerpen, biograi, bahkan ada yang mengangkat mengenai resensi buku yang melimpah di perpustakaan sekolah.

Bagi siswa yang banyak pengetahuan dan memiliki kemampuan menulis di atas siswa lain, kemungkinan besar sangatlah mudah untuk mengembangkan ide pokok menjadi sebuah paragraf yang lebih kompleks. Namun, bagi siswa yang kemampuan menulisnya masih rendah tentunya akan mengalami banyak kesulitan. Dari mulai pemilihan ide, penentuan topik, tema, sampai pada pengembangan kerangka karangan menjadi sebuah paragraf.

Peran guru sangatlah besar pada fase-fase menulis paragraf tersebut. Guru dituntut untuk membimbing sepenuhnya kepada setiap siswa yang memerlukan bimbingan. Sedangkan bagi mereka yang sudah mampu, guru cukup menjadi teman bertukar pikiran dan membiarkan siswa tersebut berkembang sesuai kemampuan menulisnya.

Tidak perlu waktu lama untuk siswa menulis segala ide mereka ke dalam bentuk paragraf argumentatif. Siswa hanya memerlukan teori struktur paragraf argumentatif, beberapa contoh paragraf argumentatif baik secara umum maupun secara khusus. Misalnya membuat tema tentang optimalisasi dan peran penting diadakan bulan bahasa.

Hasilnya, paragraf argumentasi yang ditulis siswa tidaklah mengecewakan. Walaupun masih ada kesalahan EYD (ejaan yang disempurnakan), namun hal tersebut tidak mengurangi makna tulisan mereka. Dengan motivasi dan latihan terus-menerus kesalahan tersebut dapat diminimalisasi. Dari hasilnya sudah dapat dipastikan kemampuan mereka dalam menulis sudah meningkat. Hal ini tentu tidak terlepas dari kegiatan “menangkap” momen tersebut. Kondisi siswa yang euforia merupakan kesempatan guru untuk memanfaatkannya ke arah positif.

Cara tersebut hanya sebagian kecil dari kita sebagai guru untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran. Banyak hal baru lainnya yang dapat dilakukan guna meningkatkan kemampuan anak. Apalagi jika pembelajaran yang dimaksud berkaitan dengan skill. Guru harus mampu membaca celah atau kesempatan yang paling baik agar siswa merasa tidak terbebani.

Sebagai imbal balik sekaligus penghargaan atas jerih payah mereka merangkai kata tersebut ada banyak cara yang bisa dilakukan sekolah. Diantaranya adalah beri penghargaan dengan beragam hadiah. Atau setidaknya, acungi jempol untuk mereka yang telah mau dan mau menulis dan berkarya, lalu jadikan buah karya mereka sebagai dokumen sekolah. Pajang dan pamerkan karya tersebut di saat adanya pertemuan dengan wali siswa. Betapa bangganya mereka. Semoga

Turen, 20 Pebruari 2019

Slamet Yuliono - Guru SMP Negeri 1 Turen Kab. Malang -

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Inspiratif dan sarat ilmu Pak.terimakasi

20 Feb
Balas

Terima kasih Bunda, salam kenal juga

20 Feb

Informatif dan inspiratif Pak. Salam kenal salam literasi

20 Feb
Balas

Salam kenal Bun...

20 Feb



search

New Post