Slamet Yuliono

Belajar menuju jati diri yang dewasa...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kita Tertinggal karena Malas Membaca dan Menulis

Malas adalah suatu perasaan di mana seseorang enggan melakukan sesuatu karena dalam pikirannya sudah memiliki penilaian negatif. Penilaian negatif karena tidak adanya keinginan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Diibaratkan seorang yang sedang malas bekerja, motivasinya terhadap pekerjaan tersebut sangat rendah. Ini lantaran sistem saraf penggerak yang ada dalam dirinya belum terpacu dan cenderung berperilaku malas untuk melakukan aktifitas kerja. Perilaku yang disebabkan persepsi dalam dirinya negatif. Intinya, perilaku malas merupakan hasil dari suatu bentukan naluri yang salah dan terstruktur.

Analisis Dollard & Miller (pakar psikologi AS dua sosok terkenal dengan teori stimulusnya), mengungkap bahwa perilaku manusia terbentuk karena faktor habit atau ‘kebiasaan’. Jika seseorang terbiasa bersikap rajin dan bersemangat maka ia akan selalu rajin dan bersemangat, begitu juga sebaliknya.

Bagi sosok pembelajar sejati (siswa - guru - masyarakat) kewajiban untuk terus mencari ilmu identik dengan belajar. Belajar untuk membaca dan menuangkan kembali dalam bentuk tulisan yang berlaku sepanjang hayat. Hidup tanpa belajar (membaca dan menulis) serta menuangkan kembali gagasan bagaikan raga tanpa jiwa. Dalam istilah millenia disebut manusia robot. Mereka-mereka itu dalam benaknya hanya menjalankan rutinitas kerja demi kehidupan tanpa ada kemauan dan keinginan untuk lebih baik dan berprestasi.

Pembelajar sejati itu dalam langkah dan kerjanya pantang jiwanya berperilaku ‘maaf’ malas. Mereka akan terus berusaha dan akan singkirkan kata malas dalam kamus kehidupannya. Yang ada dalam benak mereka terus maju berbekal ilmu yang telah ‘dibaca’ dan menuliskan kembali dalam langkah yang lebih kongkrit. Entah ilmu itu didapat dengan cara mendengar, melihat, maupun pengalaman langsung dari lingkungan.

Belajar (membaca) dan kemudian menuliskan kembali khususnya bagi guru hukumnya adalah wajib dan harus. Karena dalam kehidupan kesehariannya sosok guru (professional) dituntut untuk terus membaca, menulis dan berkarya demi keberlangsungan profesionalisme kinerjanya dan itu tidak boleh ditinggalkan.

Namun fakta yang ada, kegiatan yang berhubungan dengan dunia membaca dan tulis menulis khususnya di Indonesia jauh panggang dari api. Artinya, menjadikan diri ini gemar untuk membaca dan menulis atau dalam istilah lebih popular literat masih rendah.

Contoh nyata bagi sosok guru yang dalam kesehariannya masuk dalam komunitas membaca, menulis, dan berdiskusi berdasar keilmuan yang dimiliki. Ternyata hasil kajian mendalam yang dilakukan melalui program peningkatan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru rendah. Masih banyak guru yang ‘tidak mau’ mengembangkan diri untuk menambah pengetahuan dan kompetensinya dalam mengajar. Guru kurang membaca, tidak mau dan enggan menulis, tidak membuat publikasi ilmiah, atau tidak inovatif dalam kegiatan belajar. Guru merasa hanya cukup mengajar.

Berikut beberapa alasan mengapa kita malas belajar (membaca dan menulis):

1. Merasa nyaman dengan kondisi yang ada

Permasalahan satu ini sering dijadikan alasan pembenar untuk malas membaca dan menulis karena kalau sudah sulit dan tidak ada unsur paksaan selesailah masalah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut kita bisa belajar bersama-sama dengan teman atau kita sering sebut belajar kelompok, dengan belajar kelompok kita bisa sharing berbagai pemasalahan yang sulit dengan teman kita.

2. Lingkungan sekitar

Lingkungan pembelajar sangatlah berpengaruh dalam proses belajar. Apabila Lingkungan kita tidak nyaman maka secara otomatis kita akan malas belajar membaca dan menulis. Untuk mengatasi permasalahan tersebut hendaknya kita menciptakan lingkungan se-nyaman mungkin. Bergabung dan membentuk komunitas yang gemar belajar (membaca dan menulis) setidaknya bisa menjadi solusi tepat.

3. Mengatur rutinitas

Apabila kita keseringan menunda dan mengulur waktu maka kita secara otomatis akan malas belajar (membaca dan menulis) karena kita tidak dituntut dan sudah nyaman dengan kondisi yang ada. Untuk mengatasi permasahan tersebut hendaknya kita atur waktu ulang kapan harus membaca, kemudian menulis dan berdiskusi dengan komunitas pembelajar.

4. Mood

Mood adalah sesuatu yang sangat berpengaruh dalam proses belajar (membaca dan menulis) kita. Apabila kita sedang tidak mood kita akan sangat sangat malas belajar (membaca dan menulis), untuk mengatasi permasalahan tersebut hendaknya kita ciptakan mood yang enak untuk belajar (membaca dan menulis).

5. Sarana yang tidak mendukung

Sarana yang tidak mendukung merupakan salah satu faktor penyebab kemalasan dalam belajar. jika sarana tidak atau kurang mendukung untuk belajar kita akan malas belajar. Untuk mengatasi permasalahan tersebut hendaknya kita mempunyai sarana yang cukup mendukung untuk belajar misalnya buku ,ballpoint, pensil, meja belajar, kursi, buku pendukung sebagai sarana untuk dibaca dan literatur utama bahan tulisan.

6. Keadaan fisik yang kurang sehat

Apabila kita sakit jangankan belajar mau makan pun kita malas, maka dari itu kita syukuri anugerah sehat yang telah diberi Allah dengan cara kita menjaga kesehatan. dengan keadaan fisik yang sehat kita akan semangat belajar.

Terus bersemangat buang rasa malas karena bila sifat ini terus dibiarkan, maka lambat laun akan semakin “kronis” dan berkarat. Akibatnya kita menjadi insan yang tidak produktif bahkan stagnan. Terlebih di era persaingan bebas 4.0 yang sangat ketat menuntut kita untuk lebih kreatif dan inovatif.

Jika kita masih terbelenggu dengan sifat malas, maka siap-siap tertinggal bahkan dilindas oleh zaman. Tengoklah para ilmuwan (muslim) terdahulu, mereka itu bukan hanya kuat dari sisi keimanan dan ketaqwaan akan tetapi juga berprestasi dan menghasilkan segudang karya yang bermanfaat untuk ummat.

Manusia pembelajar sejati adalah sosok pengisi kemerdekaan bangsa, pemimpin dan sekaligus pengukir masa depan bangsa agar lebih baik. Bukan pemalas dan hanya mampu bermimpi. Mereka adalah sosok yang cerdas, cermat, cerdik, berakal sehat, kreatif, inovatif, sekaligus memiliki motivasi positif dalam menyongsong masa depan yang lebih brilian. Semoga

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betul sekali, Pak Slamet. Bahkan tak sedikit orang yang malas membaca dan menulis itu dari kalangan guru. Semoga hal tersebut tak berlanjut.

03 May
Balas

Sekaligus mengingatkan saya yang rupanya juga terhinggapi penyakit ini. hehehe ...

03 May

Setuju pak Slamet sebagai apapun, hendaknya membaca dan menulis dijadikan sarana untuk meningkatkan diri. Salam kenal.

03 May
Balas

Salam kenal juga Pak Agus. Ayo lita meriahkan gerakan menulis disini

03 May

Terima kasih Pak Selamat sudah berbagi ilmu yang bermanfaat. Barakallah sehat sehat selalu

03 May
Balas

Sama-sama Pak, belajar dari njenengan yang semakin top

03 May



search

New Post