Slamet Yuliono

Belajar menuju jati diri yang dewasa...

Selengkapnya
Navigasi Web
SPIRIT TO CHANGE MY LIFE
https://www.google.com/search?q=gambar+menarik+sktm&tbm=...

SPIRIT TO CHANGE MY LIFE

- Chapter: 02 -

REVOLUSI MENTAL SEBUAH HARAPAN

---------------------------

Oleh: Slamet Yuliono

- Pembelajar di SMP Negeri 1 Turen –

----------------------------

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM

ADA catatan menarik sekaligus menjadi evaluasi kita di lingkungan pendidikan yang ada di Indonesia, tentang Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang hingga kini masih menjadi topik paling banyak diperbincangkan di sekolah. Betapa tidak, banyak yang menilai surat sakti ini begitu ampuh bahkan bisa mengalahkan prestasi anak pandai dan hancurkan harapan para juara menembus sekolah para idola.

Meskipun ini datangnya di awal tahun ajaran baru, tidak berarti setelah enam bulan berlalu masalah dan persoalan ini sudah tuntas. Tidak, sekali lagi tidak dan ternyata persoalan belum selesai. Banyak masalah menjadi polemik berkelanjutan hingga saat ini. banyak orang yang mendadak ingin diakui sebagai orang miskin. Dengan berbagai cara, mereka mengurus surat miskin agar anak-anaknya bila harapan semula bisa diterima di sekolah yang diinginkan. Kini berlanjut agar anaknya tetap eksis berada di sekolah impian ‘bapak/ibu dan anak’ untuk bias bertahan di sekolah tersebut.

Padahal, SKTM ini patutnya dimiliki mereka yang betul-betul kurang beruntung karena banyak faktor. Mulai dari orang tuanya tak punya pekerjaan, susah memenuhi kebutuhan makan, tidak memiliki hunian layak, hingga tak bisa menyekolahkan anak-anaknya.

SKTM memang boleh digunakan oleh mereka yang ingin pintar, tapi tak punya uang. Atau juga oleh mereka yang butuh pendidikan, tapi jauh tak terjangkau. Intinya, SKTM ini diperuntukkan bagi mereka yang hidup penuh kekurangan.

Merasa dikalahkan oleh secarik surat sakti itu, lantas banyak yang protes “kenapa yang miskin bisa langsung diterima, padahal nilainya rendah?” Mereka mungkin sedang lupa berempati pada calon-calon murid yang hidupnya memang terhimpit. Mereka-mereka yang ruang geraknya sempit, dan pilihan hidupnya sangat terbatas.

Jalur masuk dengan surat miskin, di mana murid-murid yang betulan miskin bisa langsung diterima tanpa peduli seperti apa capaian akademik dan tingkat kecerdasannya ini, diharapkan bisa menjadi satu jalan keluar bagi anak-anak yang memang kurang pintar dan kurang mampu. Sasaran penerapan aturan ini, sebetulnya memang untuk anak-anak yang sebelumnya boro-boro memikirkan sekolah karena berbagai alasan tadi.

Tentu saja, ini memang tidak akan bisa langsung menjadi solusi bagi anak-anak yang masalah hidupnya sangat kompleks itu. Tapi setidaknya kebijakan penggunaan SKTM ini, menjadi setitik harapan yang muncul dalam kegelapan hidup mereka.

Jika dilihat dari sudut pandang berbeda, permasalahannya bukan pada penerapan kebijakan penggunaan SKTM-nya. Tetapi lebih pada penerbitan dan penyalahgunaan SKTM oleh mereka yang mentalnya kekurangan alias bermental miskin. Karena tidak hanya bisa disebut curang, tapi sebetulnya jahat.

Menguji Mental ‘Kewarasan’

Kelakuan mengurus surat miskin itu, sama saja mengambil hak anak-anak yang memang membutuhkan. Untungnya sudah banyak daerah dan sekolah yang mulai tegas dengan memberikan sanksi. Jika ada yang ketahuan menggunakan surat miskin palsu tegor langsung.

Tetapi tidak berarti dengan memberikan saksi bagi si ‘mental miskin’ ini berakhir pula masalah. Masih banyak mereka-mereka yang gentayangan untuk tetap eksis dan bermuka tebal menghadapi banyak kritik seperti ini. Prinsip biar anjing menggonggong kafilah tetap berlalu mesti kita perhatikan. Terus sosialisasikan dan ingatkan mereka melalu beragam media agar mereka sadar diri.

Ingat, SKTM bisa menjadi pahlawan bagi mereka yang memang membutuhkan, tapi juga menjadi noda bagi dunia pendidikan bila tak objektif. Jadi kalau tidak miskin, jangan mengaku miskin. Jangan rebut kuota 20 persen untuk warga miskin yang juga ingin mencicipi pendidikan di sekolah negeri.

Pihak-pihak yang berwenang mengeluarkan surat miskin, sebaiknya juga melakukan verifikasi dan tidak diobral murah. Proses yang lebih terbuka, harapannya juga ikut menumbuhkan mentalitas malu miskin.

Lucu dan Anehnya Negeri-ku, satu sisi pemerintah ingin membelajarkan anak agar bermental jempolan sisi lainnya cara dan model mental mengambil jalan untung tetap dipelihara.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Memang suatu kebijakab selalu diikuti persoalan baru yang muncul. Namun setidaknya pemerintah sudah berusaha memberikan jalan untuk rakyat kecil. Sukses selalu dan barakallah

03 Jan
Balas

Terima kasih atensinya. Itulah yang terjadi di lapangan ...

03 Jan



search

New Post