Satu Lagu (pentigraf)

Oleh: Soendari

Selama tiga hari berturut-turut Si Bonang, peking, demung, saron, kenong, kendang, dan gong selalu dipukuli. Namun mereka merasa sangat senang jika dipukuli seperti itu. Semakin eksis menunjukkan jati dirinya masih ada yang mencintainya. Mereka akan bersedih jika tak ada lagi yang akan memukulinya.

Penantian masih diujung mata menjelang penyambutan tamu kehormatan. Mereka jelas tidak mau mengecewakan para pemirsanya, maka kesungguhan dalam berlatih pun diusahakan dengan maksimal. Tanpa mengenal waktu dan tenaga yang diberikan mereka terus saja menahan diri merasa kesakitan yang tak berarti, maka diputuskan memainkan satu lagu untuk penyambutan tersebut.

Saat Sang tamu kehormatan mulai memasuki ruangan yang telah disediakan. Si Kendang mulai dipukul untuk memimpin alunan nada lambat hingga berada di tempat duduk. Senyum Sang tamu kehormatan menandakan kehadiran Si Kendang dan teman-temannya telah diterima dengan baik. Nampaknya, beliau masih ingin mendenagrkan lagi alunan nada itu. "Satu lagu lagi ya," pinta Sang tamu. Si Kendang dan kawan-kawannya saling melirik dan memutuskan memainkan alunan nada yang telah dipelajari selama tiga hari kemarin. Padahal yng dipersiapkan hanya satu alunan nada itu, bagaimana nanti kalau minta lagu lagi? Alhasil pukulan Si Bonang menjadi terlambat dan salah pukul.

Blitar, 27 Februari 2021 Salam Literasi