Sofia Marhenis

Mengajar di SMP NEGERI 2 Bukittinggi,SUMATRA BARAT, mari kita berliterasi dan belajar cerdas dari kehidupan ....

Selengkapnya
Navigasi Web
Bulan Ramadhan di kampungku dahulu dan sekarang.

Bulan Ramadhan di kampungku dahulu dan sekarang.

Bila Ramadhan tiba, suasana kampung menjadi ceria, gema kalam illahi terdengar bergema indah dan membawa suasana suka cita, semarak kampung karena para perantau banyak yang kembali ke kampung, pemuda kampung juga banyak yang menjalankan ibadah puasa di kampung halaman, kenapa tidak karena sekolah memang sengaja diliburkan selama bulan puasa.

Suasana Ramadhan begitu nikmat dan khusuk, dimalam hari semua orang dengan penuh semangat mengikuti shalat tarawih, tidak ada rasa lelah terasa karena pada siang hari mereka dapat beristirahat dengan tenang, bahkan selesai tarawih pemuda pemudi masih mengikuti kegiatan tadarus di mesjid, sangat rugi rasanya jika tidak dapat ikut tarawih dan tadarus di Mesjid dalam bulan Puasa.

Mengaji bergiliran di mesjid menggunakan mikrofon mesjid, menjadi sensasi tersendiri, karena dari rumah orang tua akan menyimak dan mendengar suara anak-anak mereka mengaji, mereka merasa bangga, karena bacaan Alqur,an anaknya dapat didengar oleh seluruh warga kampung, jika ada bacaan Alqur,annya yang sangat bagus maka esok hari akan menjadi perbincangan, sehingga pemuda-pemudi lainnya juga akan berusaha untuk mengaji sebaik mungkin, berlatih sendiri, mendengar irama mengaji sendiri melalui radio, bahkan televisipun belum seberapa di kampung saat itu , tapi mereka dapat belajar mengaji dengan baik.

Kehidupan masa itu begitu indah dan damai, bulan suci Ramadhan benar-benar menjadi bulan yang indah dan dirindukan. Waktu terus bergulir, tahun berganti dan zamanpun berubah, Ramadhan tetap dirindukan tapi rasa yang berbeda dirasakan, terutama bagi generasi sekarang.

Bulan Ramadhan anak-anak harus masuk sekolah, meskipun porsi pelajarannya tidak sama dengan hari biasa, mereka tetap melaksanakan tadarus di sekolah ataupun di mesjid tempat diadakannya kegiatan pesantren, tapi ada yang hilang dari kehidupan mereka, keinginan untuk melaksanakan tadarus tidak lagi berasal dari sendiri, tapi karena diharuskan oleh aturan, sehingga banyak anak-anak sekolah yang mengikutinya seperti terpaksa, bahkan ada yang menganggap kegiatan ini tidak berarti apa-apa, sehingga ada siswa yang tidak hadir selama bulan Ramadhan di sekolah, sanksi tetap ada bagi mereka yang tidak mengikuti kegiatan di mesjid atau di sekolah.

Tapi kenapa mereka tidak merasakan betapa nikmatnya mengikuti kegiatan Ramadhan, semua sudah hilang, dan Ramadhan tahun silam telah berganti gairahnya, kemana akan kita cari agar anak-anak generasi muda merasakan keindahan bulan Ramadhan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bundo.....!TOP bgt tulisannya. Sayangnya,budaya ramadhan seperti itu, di kota besar mulai jarang ditemui. Biasanya yg diperdengarkan rekaman membaca Al Qur an atau menggaji orang yang pandai membaca Qur'an untuk bertadarus selama ramadhan.

26 Jun
Balas

Terima kasih bu Bandriyati, benar bu kita tidak menemui budaya seperti itu di kota besar, bahkan di desa saja sudah mulai berkurang.

27 Jun

"Kenapa mereka tidak merasakan betapa nikmatnya mengikuti kegiatan Ramadhan?" Saya rasa suasana yang dibangun memang berbeda. Budaya menetap di surau sudah pudar. Di mana anak-anak lajang laki-laki mengaji dan tidur di surau sudah semakin tidak populer. Peran orang tua juga kurang optimal menggugah anak lelakinya untuk berlama-lama di surau.

13 Jun
Balas

Hari ini orang tua sibuk, masyarakat sibuk, sehingga perhatian pada generasi muda berkurang.Apalagi budaya pendidikan surau berangsur hilang.

14 Jun
Balas

Luar biasa tulisannya bu..

19 Feb
Balas



search

New Post