Sofia Marhenis

Mengajar di SMP NEGERI 2 Bukittinggi,SUMATRA BARAT, mari kita berliterasi dan belajar cerdas dari kehidupan ....

Selengkapnya
Navigasi Web
Langit Rindu di Bumi Prahara (Bagian 2 )

Langit Rindu di Bumi Prahara (Bagian 2 )

Dika, kenangan bersamamu meraut perih rasa rinduku, aku rindu berjalan bersamamu, aku rindu ketika kita melewati lorong menuju pinggiran sawah yang penuh semak, aku rindu akan rasa getir yang kau berikan ketika dengan mudah dan beraninya dirimu memegang seekor ulat, lalu kau sodorkan padaku, atau kau dengan berani memegang ular mati yang tergeletak ditepi pematang lalu kau acungkan padaku sambil tertawa-tawa, sementara aku menjerit-jerit getir karena geli, bahkan aku sampai berguling-guling di sawah karena ketakutan, tapi itulah dirimu, kau tidak akan pernah menyakitiku, tapi kau hanya menakuti-nakuti aku, kemudian kita akan berlarian lagi sambil tertawa riang.

Indahnya masa itu Dika, kita harus makan dengan piring yang warna sama, piring berwarna putih, tapi piring bagianku pinggirnya agak mengecil,, persoalan sepele itu sudah dapat menimbulkan saling ejek diantara kita, bahkan ketika gorengan yang dalam piringmu yang tidak kunjung habis, maka dirimu akan merasa bersalah karena aku mengejekmu sebagai orang yang pelit, lalu kau akan memberikan sedikit gorenganmu padaku sampai gorengan itu habis.

Tapi apa yang terjadi di subuh yang sunyi ini, aku baru merebahkan badanku diantara deretan bantal karena lelah dalam perjalanan, deringan telepon yang aku rasakan sangat aneh, tidak akan pernah ada orang yang mau menelpon di subuh yang pekat ini, aku merasakan detak jantung yang tidak seperti biasanya, aku tidak melihat panggilan dari siapa, aku mengangkatnya dengan mata setengah terpejam.

Dari seberang sana aku mendengar suara tangisan yang sangat memilukan dan ia berkata" Bunda, bunda..dia telah pergi bun, dia telah pergi". Hanya anakmu Dika yang memanggilku bunda, aku seperti bermimpi, tanpa kusadari aku turut meratap bersama anakmu, dibalik telepon, tak mungkin terjangkau olehku, jarak yang teramat jauh, aku tidak tau apa yang harus diperbuat, sementara sekeliling masih gelap gulita.

Lutut tidak mampu bergerak, baru dua hari yang lalu aku mendengar tawamu, aku tidak percaya kau telah meninggalkan kami semua, sementara banyak rencana yang akan dilaksanakan, perayaan pernikahan anak pertamamu, semua persiapan telah selesai, hanya menunggu waktu pelaksanaannya, tapi kenapa kau pergi dalam diam, tanpa pesan tanpa rintihan.

Dika sedihku, sedih anak-anakmu menyatu dalam ketidak percayaan, bahwa ini adalah nyata, Dika adikku tersayang telah pergi untuk selama-lamanya, sementara aku masih memerlukan canda tawamu.

Dika, benarkah kau telah pergi? aku menyesali perjalanan ini, aku menyesali kenapa aku tidak menemuimu di hari kemaren, aku menangis tanpa air mata, aku hanya memikirkan bahwa aku harus segera memeluk jasadmu, tapi Jogjakarta dan Padang bukanlah jarak yang mudah di jangkau dalam sekejap.

Jogjakarta masih tidur lelap, antara percaya dan tidak aku menggulung semua pakaianku masuk kedalam koper yang baru beberapa jam yang lalu aku keluarkan, aku berjalan tertatih-tatih menuruni tangga hotel, tidak terfikir olehku untuk menggunakan lift, semua yang ikut bersamaku memandang dan bisu, aku tinggalkan mereka sementara aku tidak tentu arah.

Suasana di luar hotel masih gelap, aku meminta resepsionis memesan taxi, syukur dalam waktu sepuluh menit taxi datang dan segera membawaku ke bandara, sampai di bandara, oh Tuhan gerbang bandara saja masih tertutup palang, sehingga taxi yang aku tumpangi tidak bisa masuk langsung ke dalam bandara, supir taxi yang baik dia mengantarku membawa koperku sampai dalam lingkungan bandara, "ibu tunggu saja di dalam, Jogjakarta aman kok bu, di dalam mungkin juga ada orang yang mau berangkat".

Supir taxi berusaha menenangkan hatiku, meskipun ia tidak tahu seperti apa remuknya hatiku saat ini, counter penjualan ticket saja tidak ada terbuka, aku tidak mau duduk diam, karena duduk dan diam akan menyebabkan hatiku semakin gundah, sehingga aku berjalan bolak balik di sepanjang bandara, dengan harapan mudah-mudahan ada counter penjualan tiket.

Dalam kesedihan dan kesendirian di negeri yang jauh dari sanak keluarga, tak tertahankan perihnya hati, aku mencoba menghubungi beberapa nomor telepon untuk mengabarkan berita duka ini, tapi tidak ada yang menjawab, wajar saja pasti mereka sedang terlelap dalam tidur.

Ketika salah satu-satunya counter penjualan tiket yang terbuka, aku langsung menyerbunya, tapi penerbangan langsung Jogja Padang tidak ada, harus transit di Jakarta, jam 11 baru berangkat dari Jakarta, dalam keadaan sepeti itu aku memutuskan untuk mengambil tiket Jogja ke Jakarta saja dahulu, kemudian aku mencari lagi tiket Jakarta ke Padang, akhirnya aku dapat tiket dan pesawatnya lima belas menit lagi akan berangkat, aku diantar oleh petugas sebagai penumpang yang terlambat, tapi aku masih bersyukur setidaknya satu langkah perjalanan telah aku lalui.

Tapi meskipun aku telah sampai di Jakarta pukul 7.00, bukan berarti aku dapat tiket Jakarta Padang dengan mudah, hari libur, semua penerbangan penuh, sehingga pupus sudah harapan aku dapat memeluk jasadmu, dengan berat hati aku merelakan mereka untuk segera menyelenggarakan penguburanmu, dan aku tengah terkatung-katung di bandara Jakarta.

Aku duduk tafakur, menyadari bahwa kehidupan ini adalah milik Yang Maha Kuasa, tanpa disadari Dia telah merencanakan semua, dengan ikhlas aku menerima kepergianmu Dika, kau pergi membawa rinduku yang aku tengadahkan kelangit biru, dengan buliran air mata yang menetes ke bumi dan tak mampu menghapus prahara duka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Yang sabar ya bu, semoga amal ibadah dika diterima di sisi Allah swt

09 Jul
Balas

Cerita haru biru. Turut berduka ya bu. Semoga Sang Pencipta menerima di sisiNya. Aamiin

08 Jul
Balas

Amiin, Ya Rabbal Alamin.

08 Jul
Balas

Amiin ya Rabbal Alamin..

09 Jul
Balas

Innalillah wa inna ilaihi rojiuun. Proses seseorang memahami takdir adalah ujian akan ketabahan dan keikhlasan. Moga kita senantiasa lapang dlm menerimanya.

08 Jul
Balas

Hiks ...aamiin, kita harus menerima smua takdir dgn iklhas ya bu...

09 Jul
Balas

Trims bu. Ingatkanb diri untuk Kita ikuti dan terima sepenuh hati. Segala ketentuanNya.

08 Jul
Balas



search

New Post