Sofia Marhenis

Mengajar di SMP NEGERI 2 Bukittinggi,SUMATRA BARAT, mari kita berliterasi dan belajar cerdas dari kehidupan ....

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengejar Jejak Cinta Sang Profesor(2)

Mengejar Jejak Cinta Sang Profesor(2)

Hari ini Jelita untuk ke sekian kalinya harus melangkah pulang dari kegiatan pekerjaanya memburu rezeki, berbagai wilayah Indonesia bahkan luar negeri sudah ia jelajahi.

Sebagai agen pemasaran sebuah produk kecantikan, karena kegigihannya Jelita banyak memperoleh kesempatan dan dibiayai oleh perusahaan, sukses dalam berkarier mungkin cocok diberikan pada Jelita, sebab Jelita masih ingin mengejar mimpi-mimpinya, tidak sepeti suaminya yang selalu pasrah dari tahun ke tahun dan hanya puas jika sudah memperoleh cukup makan.

Saat Jelita kasak-kusuk mau pergi bekerja dipagi hari, suaminya masih enak-enak tidur, lalu bangun siang, tanpa mandi langsung makan, kemudian duduk di depan televisi, dan menuka-nukar chanel televisi, jika bertemu berita tentang korupsi maka ia akan mengoceh-ngoceh dan mengutuk sendiri.

Jelita terpaksa harus menahan diri, jika ia ikut menanggapi maka akan terjadi pertengkaran karena persoalan kecil dan berita televisi, maka Jelita memilih diam dan tidak berkata apa-apa.

Jelita sudah jengah dengan segala sikap suaminya, sepertinya tidak ada lagi jalan untuk memperbaiki hubungan mereka, setiap perkataan, setiap musyawarah akan menyulut pertengkaran.

Jelita sangat berharap semoga suaminya kembali seperti harapannya saat mula-mula bertemu, punya suami yang dapat bertanggung jawab terhadap kehidupannya, punya suami yang kreatif dan dapat menghadapi tantangan hidup, tapi semua hanya mimpi yang tidak pernah terwujud.

Punya suami yang tidak peduli dengan masa depan, menyebabkan jelita berubah dari wanita ayu yang penurut menjadi wanita tomboy dan tegar.Kehidupan yang memaksanya berubah. Kini ia adalah marketing hebat di perusahaannya dan sukses mempromosikan produk ke seantero negeri.

Ini adàlah perjalanan yang tidak terhitung jumlahnya ia sepertinya sudah akrab dengan setiap bandara, tidur di bandara, delay pesawat, atau turbulensi dalam pesawat menjadi sahabat perjalanan yang sangat dinikmati oleh Jelita, karena ia merasakan semua itu belum se pahit kehidupannya.

Operator di ruang tunggu tersebut memanggil penumpang yang akan membawanya kembali pulang.

Jelita beranjak dengan gontai, sementara penumpang lain telah berbaris di pintu ruang tunggu, sehingga pintu itu penuh sesak, ada juga yang tidak sabar dan berusaha mendahului, pemandangan ini sering terlihat di bandara-bandara di Indonesia, mereka seperti tidak malu memasuki barisan orang di depannya tanpa antri terlebih dahulu.

Jelita melihat semua kejadian itu dengan rasa sedikit kesal lalu ia berfikir kenapa kejadian seperti itu sering terjadi di negara kita?. Ia teringat perjalanannya ke Malaysia, sewaktu menyaksikan ratusan anak sekolah yang akan naik bus di objek wisata, tanpa komando dari gurunya siswa tersebut telah berbaris dengan rapi.

Jelita menuju kursi 24B yang akan ia tempati, sebelumnya ia menyusun bagasi di atas lalu dia menghempaskan tubuhnya sambil menarik nafas panjang.

Belum lepas lelah tubuhnya, duduk disisinya pada kursi 24 C seorang perempuan muda yang cantik, senyumnya ramah mengambang menyejukkan hati.

Tidak berapa lama berdiri seorang laki-laki yang berperawakan tampan, meski usianya sudah melewati kepala 7 tapi ia terlihat tegar dan energik, "permisi ibu tempat saya di seat 24 A,," katanya dengan sopan, Jelita dan perempuan cantik yang di sebelahnya berdiri dan memberi jalan pada bapak tersebut.

Terdengar pramugari memberi pengumuman, Semuanya diinstruksikan untuk memasang sabuk pengaman, lelaki yang duduk di sebelah Jelita langsung menyapa" ibu mau ke Padang Juga?" di Padang tujuannya ke mana?," ia memulai percakapan dengan jelita dan juga perempuan yang disebelah Jelita.

Laki-laki tersebut mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan memiliki kepedulian pada orang-orang di sekitarnya, sering Jelita menemukan orang-orang yang berdekatan duduk dengannya tidak bertegur sapa dan diam membisu di sepanjang perjalanan, laki-laki ini memang memiliki kepribadian yang menarik.

Sepanjang perjalanan ia mengenalkan dirinya, ia adalah seorang profesor di sebuah perguruan tinggi di Padang, pergi ke Jakarta untuk melihat cucunya, tanpa rasa sungkan sang profesor memperlihatkan foto-foto cucu yang ia kunjungi, ia juga bercerita bahwa ia masih bisa bertugas sebagai dosen jika orang belum bosan melihatnya.

Awan berarak dan memerah di ujung senja itu, sang profesor seakan mengingat kembali cerita dongeng yang pernah ia baca dimasa kecil" dongeng tentang negeri di atas awan".

Tidak terasa Jelita telah bercerita tentang banyak hal dengan profesor, mulai dari karakter anak muda saat ini yang tidak bertanggung jawab dengan tugasnya, tidak menghargai orang lain dan beberapa pengalaman dalam bertugas.

Diam-diam Jelita mengagumi sang profesor, meskipun telah berusia diatas 70 tahun tapi sang profesor terlihat begitu bersemangat dan masih mau bekerja meskipun ia sudah memiliki segalanya.

Tanpa terasa pesawat mendarat di bandara Minangkabau, perkenalan Jelita dengan sang profesor segera akan berakhir, tanpa berkenalan nama, tidak ada pertukaran nomor WA, merekapun saling mengucapkan kata perpisahan di gerbang bandara Minangkabau.(bersambung)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

thank you bu Ermawati, your comment adalah support terbaik untuk belajar menulis.

29 Nov
Balas

Bagus sekali. I like this...

29 Nov
Balas



search

New Post