Ketika era tahun tujuh puluhan di kampung saya kenderaan yang paling top itu adalah bendi(dokar) yang ditarik oleh kuda yang gagah perkasa, bunyi derap langkahnya menghasilkan bunyi yang khas ditambah dengan dering genta yang digunakan sebagai asesoris yang terpasang di sekeliling dokar,sangat menyenangkan, jika dokar berjalan dimalam hari,maka warga kampung sudah tahu bahwa ada perantau yang pulang mudik. Dokar dihiasi dengan berbagai asesoris yang menarik dan penuh warna, isi penumpangnya hanya lima orang, layanan kusirnya yang sangat baik dan ramah, sehingga banyak gadis-gadis kepincut dan berlanjut ke pelaminan, itulah kenderaan nostalgia, lalu beralih ke transportasi lain seperti mobil.

Diantara masyarakat desa yang tergolong mampu, membeli mobil lalu dijadikan sebagai angkutan umum yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk desa untuk menjual hasil tanamannya ke kota, satu persatu keberadaan bendi tergusur dengan indah, lalu mereka beralih menjadi kenderaan yang digunakan untuk wisata, tidak ada demo-demoan, tidak ada saling menyalahkan, mereka hanya adem ayem mengikuti irama zaman, sehingga saat ini mereka tetap berdiri manis di depan jam gadang menunggu para pelancong yang akan menyewa mereka berjalan-jalan keliling kota Bukittinggi.

Angkutan kota berkembang sesuai zamannya, di tahun delapan puluhan sampai tahun dua ribuan angkutan mobil sebagai angkutan kota merajai jalanan, mereka tampil mula-mula sederhana, bersahaja dan nyaman, lalu berkembang menjadi angkutan kota yang penuh variasi dimana-mana, diiring musik keras memekakkan telinga, banyak tanggapan protes dari ibu-ibu setengah baya, jantung rasa akan copot saat berada di atas angkot dengan bunyi musik menghentak bak gempa, namun apa daya mereka hanyalah rakyat kecil yang mampu membayar angkot dengan biaya tiga ribu rupiah saja, jika mereka protes sang sopir terkadang balik meledek," kalau mau nyaman naik mobil pribadi saja bu," suka atau tidak suka penumpang harus menerima keadaan, di tengah gerahnya udara siang mereka naik angkot dengan musik menghentak memekakkan telinga, duduk berdesak-desakkan, apalagi anak sekolah harus rela duduk berdesakkan dengan tumpukan sayuran, ayam atau bebek dan segala bau bercampur jadi satu.

Ternyata keluhan mereka akhirnya berakhir, hari ini adalah hari untuk zaman mereka untuk meninggalkan segala ketidak nyamanan selama ini, mereka dilecehkan oleh para pembawa angkot, bahkan ada juga yang kena copet di atas angkot, sejak munculnya transportasi online, "oh online,online, you are my best dream,". Anak-anak sekolah tersenyum ceria, ibu-ibu yang pergi berbelanja, nenek-nenek tua yang jalannya terseok-seok, dapat menikmati nyamannya transportasi online, tinggal klik mereka dapat tahu siapa sopir yang akan mengantar mereka, tahu berapa biaya yang harus dibayar, lalu diantar sampai ke alamat, layanan? jangan ditanya lagi, mereka memperlakukan penumpang bak raja, karena pengemudi ojek ataupun mobil butuh juga bintang lima dari pengguna jasa mereka, harga tidak menguras kantong, rakyat kecil juga dapat naik mobil mewah tanpa perlu merasa was-was, serta perjalanan mereka terpantau di mana saja.

Saatnya kita merubah diri, mereka yang tidak mau berubah akan tergilas kemajuan, baik dari segi layanan dan lainnya, mungkin suatu saat ada waktunya pola pembelajaran juga akan berubah sesuai kemajuan zaman, saatnya kita berubah!