Rasa yang Salah (part 3)
#tantanganhari54
"surprise..." Teriak Irvan memeluk Rasti.
"Makasih, Van"
"Lo emang sahabat terbaik" Rasti berkaca kaca
"Iya dong" Irvan tersenyum bahagia melihat Rasti.
Hari itu mereka menghabiskan waktu bersama menikmati arena permainan. Mereka bak anak kecil yang masih senang bermain.
(Dua bulan berlalu)
"Van"
"Iya Pa?"
"Papa mau bicara sesuatu sama kamu"
"Iya Pa, ada apa"
"Papa dan Om Aris sudah sepakat, kamu akan segera menikah dengan Rasti"
"Papa?"
"Apa apaan"
"Aku sama Rasti hanya berteman pa"
"Ga lebih"
"Kamu ga bisa bantah Van"
"Papa dan Om Aris ingin yang terbaik buat kalian"
"Yang terbaik gimana pa"
"Irvan sudah punya pilihan"
"Papa ga bisa ngatur ngatur Irvan soal pasangan"
"Papa ga mau debat sama kamu" Pak Indra berlalu pergi.
Irvan meremas rambutnya. Dia bingung harus berbuat apa.
Pikirannya melayang membayangkan Dania gadis pujaannya.
"Aku harus segera ketemu Rasti" gumam Irvan.
"Rasti, gue tunggu di taman kota"
(Send)
"Ga bisa, aku di Palembang"
(Read)
Irvan semakin gusar. Dia membanting gelas didepannya.
(Pintu dibuka)
"Selamat pagi Pak, ditunggu klien di ruang meeting" Dania muncul dibalik pintu.
"Ya..saya segera kesana" Irvan memandang Dania lekat lekat.
Dania tersenyum menganggukkan kepala lalu pergi.
Pagi ini Rasti buru buru menuju mobil, dia hampir tertinggal pesawat menuju Makasar.Tiba tiba Irvan berada didepannya.
"Aduh,..ih kaget"
"Ngapain sih Lo ah"
"Jauhan cepet, buru buru"
Irvan melempar undangan ke arah Rasti.
Rasti mengambil undangan yang terjatuh.
Rasti membelalakkan mata tak percaya.
"Hah.... Irvan"
"Apa apaan ini"
"Lo yang apa apaan"
"Kenapa lo ga nolak perjodohan kita" bentak Irvan.
Rasti semakin tak mengerti. "Apa ini maksudnya" "Gue ga ngerti". "Kenapa ga ada yang bicara dulu sama gue" Rasti terduduk.
"Gue ga mau tahu"
" Lo harus nolak perjodohan ini"
"Gue ga mau hubungan gue dan dania kandas"
"Gue cinta sama Dania".
Teriak Irvan marah.
Rasti menangis mendengar Irvan membentaknya. Baru kali ini Irvan membentaknya keras. Selama ini dia selalu bersikap manis pada sahabatnya.
Rasti menghempas badannya di ranjang. Kepalanya terasa pusing setelah kejadian hari ini.
Pertemuannya dengan klien di Makasar batal.
Dua hari berlalu Rasti masih malas bergerak. Dia tak mau berbicara dengan siapapun.
(dikantor Irvan)
Irvan memasuki lobi kantor. Karyawan menudukkan kepala saat berpapasan dengannya. Saat melewati meja sekertarisnya. Dania membuang muka saat melihat Irvan. Irvan melihat ada undangan diatas meja Dania.
"Mampus gue" gumam Irvan dalam hati.
Dia berlalu cepat memasuki ruangannya.
"Dania, ke ruangan sebentar" suara diujung telfon kantor.
"Iya Pak" Dania segera menuju ruangan Irvan.
"Ada yang bisa saya bantu Pak?"
"Kamu kenapa? Sikapmu cuek banget" Irvan mengenggam tangan Dania. Dania segera menarik tangannya.
"Maaf Pak, sebaiknya Bapak bersikap profesional sebagai atasan saya"
"Dania, tolonglah jangan seperti ini"
"Aku sangat stres dengan sikapmu ini"
"Maaf Pan Irvan anggap saja kita tidak pernah berucap janji"
"Hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan"
"Kalau tidak ada lagi, saya permisi"
Dania menundukkan kepala dan berlalu pergi dari ruangan Irvan. Irvan mengejar Dania.
"Dania, aku tidak bisa menentang perjodohan ini"
"Ini bukan kemauanku"
"Papa memintaku menikahi Rasti"
"Dania menghentikan langkahnya, menari tangan Irvan berdiri di depan lift.
"Pak Irvan, saya tidak butuh penjelasan apa apa"
"Tenang saja, Pak"
"Saya akan baik baik saja"
"Dan tidak perlu dibahas lagi"
"Ga enak diliat karyawan lain"
Dania berlalu dari hadapan lift.
Irvan benar benar gelisah. Setelah Dania memutuskan pergi darinya. Dia sangat terpukul. Berkali kali dia menghubungi Rasti tak kunjung diangkat.
(Hari pernikahan)
Persiapan pernikahan Rasti dan Irvan telah siap. Alunan musik romantis dan suasana pernikahan yang mewah di gedung utama hotel milik keluarga Irvan. Tamu undangan telah memenuhi gedung. Rasti hanya terdiam pasrah ketika dirias. Rasti terlihat begitu cantik dengan balutan kebay modern berwarna putih. Begitupun dengan Irvan, Dia sangat tampan dengan balutan baju pengantin warna senada dengan kebaya Rasti.
Irvan mengucap ijab qobul dalam satu tarikan nafas.
"SAH" ayah Irvan dan saksi berucap lantang.
MC meminta Rasti untuk memasuki gedung dan mendekat ke arah Irvan diiringi keluarganya. Irvan memandang Rasti dengan tajam. Hari ini Irvan merasa sangat membenci Rasti. Dia merasa Rasti telah merusak hubungannya dengan Dania. Sedangkan Rasti berjalan ke arah Irvan dengan tatapan datar.
"Hari ini aku menikah dengannya, tatapannya begitu membenciku, kenapa harus persahabatan ini berakhir dengan kebencian Irvan" Rasti berbicara dengan hatinya.
"Aku akan terima semua perlakuannya, aku akan berusaha menerimanya. Setelah aku tahu perjodohan ini. Ternyata ada perasaan lain yang aku rasakan padanya. Bukan perasaan sebagai sahabat" Rasti menguatkan hatinya.
(Acara selesai)
"Irvan mendekati Dania yang sedang membersihkan wajahnya"
"Jangan mengharap lebih dari ini"
"Silahkan kamu tempati kamar ini"
"Aku akan pindah ke kamar belakang"
Irvan berlalu tanpa menunggu jawaban dari Rasti.
Rasti menghela nafas panjang. Diam membiarkan Irvan pergi dari kamar.
#bersambung
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar