Menelusuri Hati Lewat Puisi
Beberapa waktu lalu, anakku cemberut sepulang dari sekolah. Selepas memberi salam ia bergegas cepat ke kamarnya dengan wajah tak ramah. Jangan harap ada senyum di sana. Pintu kamar setengah dibanting, seakan jadi pelampiasan hati yang sedang "genting".
Kubiarkan ia meredakan sendiri segala rasa yang mengganjal di dada. Pastilah ada sesuatu yang telah terjadi, sesuatu yang membuatnya kehilangan senyum sumringah. Kupikir beberapa jenak ia pasti keluar jika telah merasa lapar.
Setengah jam berlalu, tanpa ada tanda-tanda akan terbuka pintu. Ini pasti perkara serius. Sebelumnya jika sedang kesal, begitu pulang ke rumah ia akan memburu lemari es, mengambil botol air dingin. Sesaat kemudian meminum segelas penuh air dingin itu, lalu berucap "Hauuuussss!" dengan ekspresi wajah teramat gemas. Atau, mungkinkah gundah gulananya kali ini terbawa pulas? Jika begitu semoga tidur siangnya jadi obat, dan nanti senyum manisnya bisa kembali terlihat.
Lebih dari satu jam terlewati. Dalam rentang waktu itu sayup kudengar bunyi "tring" berkali-kali. Pasti ia sedang asyik dengan HP-nya. Segera kuintip wall FB dan postingan IG. Benar, ada status baru. Ternyata ia bukan tertidur, tapi menenggelamkan diri di dunia maya, berpuisi. Sederetan kata menyuarakan kekesalan jiwa, tapi bahasanya sebagian menggunakan simbol-simbol rahasia. Hingga tak sembarang orang bisa memahaminya. Kutengok WA, sama. Status terbarunya menyiratkan kecewa yang dalam atas sesuatu. Tapi syukurlah, tak kutemukan sumpah serapah. Ia hanya meluapkan resah dalam bahasa puisinya. Hmmm.. sampai lupa makan.
Sebenarnya ingin menerobos pintu, menghampiri, mengajaknya berbagi rasa sedih di hati. Tapi khawatir tak menjadi solusi. Lagipula ia telah memilih berpuisi sebagai curahan hati. Biarlah, nanti ada masanya ia berceloteh lagi. Maka kutulislah sederet kalimat untuk mengimbangi puisinya. Sebab anakku sedang asyik di dunia maya, kuhampiri ia di sana, dengan bahasa bermakna. Mirip-mirip puisi lah!
Nak, belajar yuuk.. menemukan indah dalam masalah. Benar, hadirnya membuat resah. Bahkan mungkin lelah. Pun akhirnya memancing keluh kesah. Tapi bukankah kita telah dibekali penglihatan dan hati? Bahkan diberi pembeda, agar setiap masalah dan persoalan tampak dan terasa seperti tangga, sebuah titian untuk meninggikan, mengangkat jiwa menuju tingkatan taqwa.
Ada masalah atau tak bermasalah sama-sama ujian. Uji kesabaran, uji kesyukuran. Betapa kita sedang dididik menjadi pribadi yang lebih baik. Karenanya, saat kau bertemu masa sulit, tetaplah jadi dirimu yang cantik! Ketika kau bertemu waktu penuh kerumitan dan hal tak mengenakkan, selalu tunjukkan dirimu dengan wajah menawan.
Ayo Nak, kita berlatih menjaga rasa terbaik, sikap terbaik, terpelihara lisan, terkendali lintasan hati dan fikiran, di hadapan Rabb semesta alam. Masalahmu adalah ladang amal salihmu. Tetaplah berlaku ihsan. Ssssttt... jangan ajak-ajak syaitan!
Lalu.. "tring!". Tulisanku jadi postingan. Tak lupa aku "tag" nama anakku dan beberapa sahabat terbaiknya, juga beberapa ponakan, agar di kemudian hari kami bisa saling mengingatkan.
Anakku bersusah hati, menyendiri. Ketika tak ada jalan masuk untuk berbagi solusi, dengan basmallah kutelusuri lorong hatinya lewat puisi.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Subhanallah, seorang Bunda yang amat bijak, menyikapi persoalan yang membelunggu diri putrinya dengan ciptakan sesuatu sesuai dengan cara putrinya curahkan rasa gundah yaitu puisi. Sungguh cara bijak dalam memahami kegalauan hati sang buah hati, tanpa membuat sang buah hati merasa makin tertekan. Tulisan luar biasa tentang sesuaatu yang luar biasa dengan untaian kalimat dibingkai diksi melangit hingga nikmat, gurih dan kriuk tuk disantap. Sukses selalu dan barakallah
Alhamdulillah tabarokalloh.. terimakasih banyak Bunda untuk apresiasinya yang juga luar biasa. Indah, renyah, menyegarkan dan menyemangati. Saya masih terus belajar menjadi ibu. Tak mudah menjadi orangtua bijak di tengah gempuran teknologi. Sukses juga buat Ibu dan salam literasi.
Luar biasa...Ibunda yang sangat memahami gundah gulana sang putra. Mendampingi dengan cara yang berbeda. Terima kasih inspirasinya Bunda Sofyanti..Barakallah..
Aamiin.. alhamdulillah jika memberi manfaat. Terimakasih kembali atas apresiasinya. Jazakillah khair.