Pakaian Tradisional Baamur Galung Pancaran Matahari Suku Banjar

Pakaian tradisional Baamur Galung pancaran matahari adalah Pakaian adat pengantin Banjar kedua yang masih tetap lestari hingga saat ini ditengah masyarakat Banjar. Baamur Galung adalah jenis pakaian adat suku Banjar yang sudah ada sejak abad ke 17. Bahkan pada masa kesultanan Banjar pakaian adat ini menjadi pakian yang sangat populer dikalangan masyarakat banjar.

Pakaian galung pancaran matahari ini adalah perpaduan antara budaya Jawa, Melayu dan Dayak. Unsur budaya Jawa pada pakaian adat ini terletak pada motif ronce bunga melati dan bunga mawar untuk mempercantik aura pengantin menjadi seperti matahari memancar.

Pakaian pengantin wanita, berupa baju poko warna kuning dengan lengan pendek berbahan beludru (velvet) dengan nuansa kemewahan. Bagian tengah sabuk berwarna emas lengkap dengan manik-manik. Bagian bawah berupa sarung bermotif halilipan, dan sisik naga. Aksesorisnya berupa kida sebagai penutup dada, dan ronce mawar merah dan melati. Aksesoris bagian atas terdiri atas mahkota serta kain dengan motif naga dan kelabang atau halilipan.

Sedangkan pada pria, umumnya menggunakan kemeja dengan model lengan yang panjang serta terdapat kereda pada bagian dada. Pakaian tradisonal pria juga biasa dipadukan dengan jas tanpa kancing dan celana panjang serta sarung sebatas lutut. Aksesorisnya berupa kain halilipan, tali wenang, dan ikat pinggang.

Teringat pujangga Arab berkata tentang syukur atas Anugerah Tuhan dalam hikmahnya:

جَزِيْلاِسْتَحَقَّإِ قَلِيْلاً شَكَرَ مَنْ

Siapa yang bersyukur atas nikmat yang sedikit, maka dia berhak atas nikmat yang banyak.

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah