Tutup Kepala Adat Banjar

Para pria suku Banjar ketika memakai baju taluk balanga atau salawar batik, mereka mengenakan penutup kepala berupa kopiah atau peci beludru. Kopiah yang paling banyak dipakai adalah kopiah beludru hitam, kopiah satin dari Padang, dan kopiah akar janggang khas Banjar. Kopiah beludru hitam bentuknya agak rendah dibandingkan dengan kopiah pada umumnya. Ketika kopiah tidak dipakai, maka kopiah tersebut dilipat, dan disimpan di dalam saku baju.

Ketika memakai baju jas tutup, pria suku Banjar memakai atribut penutup kepala laung tajak siak yang terbuat dari kain segitiga. Tinggi bagian segitiga disesuaikan dengan tinggi laung yang dinginkan. Laung tajak siak ini bentuknya mirip dengan laung Melayu, namun agak rendah dan agak tumpul lancipnya. Cara mengikatnya berbeda dengan laung Melayu, yaitu mengikuti pola lam alif dalam huruf Alquran, yang berfungsi menolak balak. Lapisan luar ditarik ke depan sehingga membentuk sebuah lekukan, seperti sebuah kelopak. Sedangkan bagian depan tetap tegak saat dipakai. Bahan kain laung tajak siak umumnya kain tenun pegatan, kain beludru dan beberapa jenis kain yang berbahan keras. Warna laung tajak siak harus sama dengan warna sabuk tenun yang dikenakan.

Teringat pujangga Arab berkata tentang mensyukuri karunia Tuhan dalam hikmahnya:

نَفَعَكَ مَا مَالِكِ خَيْرُ

sebaik-baik hartamu ialah yang paling bermanfaat bagimu.

Wabillahi Taufiq Wal Hidayah