UPANYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE QUICK ON THE DRAW DI SMPN 3 SINDANGKERTA
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini telah membawa dunia menjadi global. Arus globalisasi tersebut begitu deras dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Termasuk juga dalam dunia pendidikan yang kian berkembang. Organisasi-organisasi pendidikan dunia seperti Unesco, Seameo, dan Biotrop selalu memantau perkembangan pendidikan dari negara-negara di dunia. Organisasi-organisasi pendidikan dunia seperti Unesco, Seameo, dan Biotrop selalu memantau perkembangan pendidikan dari negara-negara di dunia. Keadaan ini memacu setiap negara untuk selalu berusaha meningkatkan kemajuan dalam pendidikan, agar peringkatnya tidak kalah dengan negara lain.
Pendidikan matematika telah berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran matematika telah mengalami inovasi dan reformasi yang diharapkan sesuai dengan tantangan sekarang dan mendatang. Berkenaan dengan hal ini perlu diupayakan agar pembelajaran matematika dapat lebih mudah diterima oleh siswa sehingga mencapai hasil yang lebih optimal.
Suyitno (2004: 2) menyatakan bahwa pembelajaran matematika adalah “suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika kepada para siswanya, yang di dalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut”. Ini artinya seorang guru harus dapat membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memudahkan siswa untuk menangkap materi pelajaran.
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti “berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional” (Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 8). Pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah selama ini umumnya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan, dimana pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan Siswa mengalami kejenuhan yang berakibat kurangnya motivasi dalam belajar. Belajar akan lebih menarik apabila kegiatan belajar mengajar dilaksanakan secara bervariasi, baik melalui variasi model maupun media pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran matematika di SMPN 3 Sindangkerta, umumnya guru setempat menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Saat pembelajaran materi garis dan sudut di bulan Nopember di semester I tahun pelajaran 2014/2015 terlihat siswa pasif dan kurang terlibat dalam pembelajaran, ketuntasan hasil belajar siswa pun masih di bawah standar (<65). Hal ini menunjukkan belum tercapainya kriteria hasil belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, akan tetapi belum memperlihatkan hasil yang baik. Oleh karena itu harus di upayakan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas adalah penggunaan strategi mengajar. Pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu dengan memilih model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dimana siswa diajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. untuk itu diperlukan model pembelajaran yang melibatkan peran Siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran Siswa secara aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw .
Quick On The Draw merupakan pembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas dan kerja sama siswa dalam mencari, menjawab dan melaporkan informasi dari berbagai sumber dalam sebuah suasana permainan yang mengarah pada pacuan kelompok melalui aktivitas, kerja tim dan kecepatannya. Quick On The Draw pertama kali dikenalkan Ginnis (2008: 163), “yang menginginkan agar siswa bekerja sama secara kooperatif pada kelompok-kelompok kecil”. Dalam tipe ini siswa dirancang untuk melakukan aktivitas berpikir, kemandirian, fun, saling ketergantungan, multisensasi, artikulasi dan kecerdasan emosional. Elemen yang ada dalam aktivitas ini adalah kerja kelompok, membaca, bergerak, berbicara, menulis, mendengarkan, melihat dan kerja individu.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Quick On The Draw di SMPN 3 Sindangkerta”. Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah menelaah peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif tipe Quick On The Draw, menelaah peningkatan aktivitas siswa setelah pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif tipe Quick On The Draw, dan menelaah respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.
METODE
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tampubolon (2014: 19), “Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis di dalam kelas untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran, meningkatkan hasil belajar, dan menemukan model pembelajaran inovatif untuk memecahkan masalah yang dialami oleh pendidik dan peserta didik”. Penelitian tindakan kelas (PTK) bertujuan untuk memecahkan masalah di dalam kelas baik itu datang dari guru atau peserta didik, untuk meningkatkan pendidikan, memperbaiki cara belajar siswa dan mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran, dengan menggunakan metode penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan terdiri dari tiga siklus. Siklus I dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu 4 jam pelajaran, siklus II juga 2 kali pertemuan yaitu 4 jam pelajaran dan siklus III juga 2 kali pertemuan yaitu 4 jam pelajaran. Jadi untuk menyelesaikan penelitian memerlukan waktu 12 jam pelajaran atau 6 kali pertemuan.
Dengan demikian peneliti dapat menerapkan prosedur penelitian tindakan kelas pada gambar 1 di bawah ini menurut Uno (2011: 88):
Gambar 1. Prosedur PTK
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen penelitian yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen pembelajaran terdiri dari Silabus, RPP, LKS, dan Kartu soal. Adapun Instrumen pengumpulan data terdiri dari tes formatif, lembar observasi, angket dan jurnal. “Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan” (Arikunto, 2009: 53). Tes Formatif digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari, yang dilaksanakan pada setiap siklus. Hasil tes digunakan untuk menganalisis peningkatan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mempelajari materi, serta merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan guna perbaikan untuk siklus selanjutnya. Tes Formatif I diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi yang diberikan pada siklus I, sedangkan tes Formatif II diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi yang diberikan pada siklus II, dan tes Formatif III diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mempelajari materi yang diberikan pada siklus III. Jumlah butir soal yang diberikan kepada siswa pada siklus I sebanyak 6 butir soal, pada siklus II sebanyak 5 butir soal, dan pada siklus III sebanyak 6 buitr soal, dimana semua butir soal tersebut sudah mencerminkan indikator hasil belajar yang hendak dicapai pada pokok bahasan tersebut.
Langkah-langkah analisis hasil tes formatif yaitu sebelumnya peneliti kembali memeriksa kelengkapan data dari berbagai sumber. Kemudian analisis data dilakukan pada semua data yang telah terkumpul, yaitu berupa hasil tes formatif siswa, hasil observasi, hasil jurnal harian siswa dan hasil angket. Semua data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Tahap menganalisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber, kemudian mengadakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dilakukan dalam bentuk interaktif dengan pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat dan aktivitas-aktivitas siswa diubah menjadi kalimat yang bermakna dan memiliki nilai ilmiah yang tinggi.
Pada tes formatif pemberian skor untuk setiap soal berbeda-beda karena tingkat kesukaran untuk setiap soal berbeda. Tes formatif pada siklus I berjumlah 6 soal, pada tes formatif siklus II berjumlah 5 soal, dan tes formatif pada siklus III berjumlah 6 soal. Penskoran hasil tes siswa mengacu pada pedoman penskoran yang telah ditentukan oleh peneliti (lampiran 1 dan lampiran 2). Menurut purwanto (Andani, 2014: 35) penskoran nilai setiap siswa dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan: S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dianggap benar
N = Skor maksimum dari tes tersebut
Data yang di peroleh dianalisis untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa dalam ketercapaian hasil belajar pada tes formatif terhadap materi yang sudah diajarkan. “Setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar siswa ≥ 65%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas belajarnya” menurut Depdikbud (Trianto, 2010: 241).
Untuk menganalisis lembar observasi siswa dan lembar observasi guru yaitu dengan cara jawaban-jawaban siswa terhadap berbagai tipe pertanyaan dianalisis dengan berpatokan pada sistem rubric. Skor aktivitas yang digunakan menurut Karyadi (Apriani, 2014: 33) adalah’ 0 (sangat jelek), 1 (jelek), 2 (sedang), 3 (baik), dan 4 (sangat baik)’. Adapun tentang skor yang digunakan adalah 0, 1, 2, 3 dan 4, dengan kriteria seperti yang dijelaskan dengan tabel 1 berikut:
Tabel 1: Pemberian Skor pada Lembar Observasi
Skor
Kriteria
4
Aktivitas lengkap dan jelas, tidak ragu-ragu, diagram lengkap, komunikasi efisien, sajian logis, serta dengan contoh.
3
Aktivitas hampir lengkap dan jelas, tidak ragu-ragu, diagram hampir lengkap, komunikasi efisien, sajian logis, ada gap kecil.
2
Aktivitas hampir lengkap/jelas, namun ragu-ragu, diagram kurang lengkap, komunikasi tidak efisien, sajian kurang logis, ada gap cukup serius.
1
Aktivitas kurang lengkap dan kurang jelas, diagram kurang lengkap, komunikasi kurang efisien, sajian kurang logis, ada gap cukup besar.
0
Tidak ada Aktivitas, komunikasi tidak efisien, misinterpretasi.
(Dikutip dari: Sumarmo, 2014: 193) ”telah diolah kembali”
Pengolahan data hasil observasi, dilakukan dengan menghitung persentase komponen yang diobservasi dengan rumus:
Data hasil observasi yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui tingkat aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Quick On The Draw.
Kemudian menganalisis jurnal harian siswa dengan mengelompokkan kesan atau komentar ke dalam kelompok komentar positif, negatif, biasa, dan tidak berkomentar. Penilaian dilakukan dengan menjumlahkan skor pernyataan-pernyataan yang disediakan kemudian dipersentasikan.
Keterangan:
RKS I : Rata-rata Komentar Siklus I
RKS II : Rata-rata Komentar Siklus II
RKS III : Rata-rata Komentar Siklus III
Setelah di analisis, tahap selanjutnya yaitu dilakukan interpretasi dengan menggunakan kategori berdasarkan pendapat Kuntjaraningrat (Nurhayati, 2013: 37), pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2: Klasifikasi Interpretasi Jurnal
Besar Presentase
Interpretasi
0 %
Tidak ada
1 % - 25 %
Sebagain kecil
26 % - 49 %
Hampir setengahnya
50 %
Setengahnya
51 % - 75 %
Sebagian besar
76 % - 99 %
Pada umumnya
100 %
Umumnya
Menurut Ahiri dan Hafid (Apriani, 2014: 35) ‘derajat penilaian siswa terhadap suatu pernyataan dalam angket dibagi ke dalam lima skala, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak tentu (TT), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS)’.Setiap pernyataan positif diberi bobot 5, 4, 3, 2, dan 1, sedangkan pernyataan negatif diberi bobot sebaliknya, yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5. Arah pernyataan dan nilai skala sikap terlihat dalam tabel 3 berikut:
Tabel 3: Arah Pernyataan dan Nilai Skala Sikap
Arah Pernyataan
SS
S
TT
TS
STS
Positif
5
4
3
2
1
Negatif
1
2
3
4
5
Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan dengan menghitung rerata skor subjek. Adapun kriteria penskoran angket merujuk kepada Ahiri dan Hafid (Apriani, 2014: 35 ) yang dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
Gambar 2. Kriteria Penskoran Angket
Jika rerata skor subjek semakin mendekati 5, maka respon siswa semakin positif. Sebaliknya jika semakin mendekati 1, maka respon siswa semakin negatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada tahap siklus I banyak temuan yang didapat oleh peneliti dari lembar observasi guru dan lembar observasi siswa kemudian ini akan di gunakan sebagai bahan yang harus diperbaiki pada pembelajaran berikutnya. Temuan yang didapat dapat dilihat dari tabel 4 berikut:
Tabel 4: Refleksi Pembelajaran Siklus I
Temuan Kendala
Dampak Yang Ditimbulkan
Saran Perbaikan
Siswa belum mengenal model pembelajaran Quick On The Draw
Siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan menjadi bingung
Menjelaskan kembali model pembelajaran Quick On the Draw
Siswa belum percaya diri saat tampil di depan kelas
Siswa menjadi ragu dalam mengungkapkan ide dan pendapatnya
Guru memotivasi siswa sehingga siswa bisa percaya diri dan mampu mengeluarkan ide ataupun pendapatnya
Guru diam ditempat pada saat pembelajaran
Siswa menjadi tidak terbimbing
Guru berkeliling dan tidak diam di depan kelas
Guru bersifat dominan dalam membimbing diskusi
Siswa terus bertanya kepada guru bukan pada teman kelompoknya
Lebih menekankan supaya siswa berdiskusi dengan kelompoknya
Terdapat siswa yang tidak tuntas tes formatif I
Siswa yang tidak tusntas berjumlah 12 orang
Peneliti tidak melakukan remedial terhadap siswa yang belum tuntas pada tes formatif 1 karena keterbatasan waktu untuk melaksanakan pembelajaran berikutnya (siklus II).
Temuan-temuan berdasarkan jurnal dan lembar observasi guru serta siswa pada pembelajaran siklus II sebagai bahan yang harus diperbaiki pada pembelajaran berikutnya dapat dilihat dari tabel 5 berikut:
Tabel 5: Refleksi Pembelajaran Siklus II
Temuan Kendala
Dampak yang ditimbulkan
Saran Perbaikan
Motivasi siswa masih rendah dalam pembelajarn
Siswa kurang berpartisipasi aktif pada proses pembelajaran
Guru memberikan motivasi kepada siswa dan guru memberikan sebuah reward kepada pemenang supaya siswa termotivasi
Siswa masih ragu mengungkapkan pendapat
Siswa menjadi pasif dalam pembelajaran
Siswa lebih di bimbing lagi supaya tidak ragu untuk mengeluarkan pendapatnya di kelas
Temuan Kendala
Dampak yang ditimbulkan
Saran Perbaikan
Siswa belum menghargai pendapat temanya
Siswa dalam diskusi tidak menghargai pendapat
Siswa di bimbing dan diarahkan supaya bisa mengahargai pendapat temannya
Pemanfaatan waktu diskusi
Diskusi tidak bisa berjalan semestinya
Guru mengatur lagi waktu supaya lebih efektif
Terdapat siswa yang tidak tuntas tes formatif II
Siswa yang tidak tuntas berjumlah 7 orang
Peneliti tidak melakukan remedial terhadap siswa yang belum tuntas pada tes formatif II karena keterbatasan waktu untuk melaksanakan pembelajaran berikutnya (siklus III).
Temuan-temuan berdasarkan jurnal dan lembar observasi guru serta siswa pada pembelajaran siklus III sebagai bahan yang harus diperbaiki pada pembelajaran berikutnya dapat dilihat dari tabel 6 berikut:
Tabel 6: Refleksi Pembelajaran Siklus III
Temuan Kendala
Dampak yang ditimbulkan
Saran Perbaikan
Terdapat siswa yang tidak tuntas tes formatif III
Siswa yang tidak tuntas berjumlah 3 orang
Peneliti tidak melakukan remedial terhadap siswa yang belum tuntas pada tes formatif III karena keterbatasan waktu.
Peneliti melanjutkan model pembelajaran Quick On The Draw pada materi yang lainnya.
Kemampuan hasil belajar siswa kelas VII-B pada pembelajaran materi Segiempat di SMPN 3 Sindangkerta dapat dilihat pada tabel rekap hasil tes formatif 1, 2, dan 3 sebagai berikut:
Tabel 7: Hasil Tes Formatif I
No.
Kategori
Nilai
1
Jumlah (maksimal 3200)
2119
2
Rata-rata
66,22
3
Nilai Maksimal
88
4
Nilai Minimal
42
5
Hasil Belajar
66,22
6
DSK (%)
62,50 %
Hasil tes formatif I ini diperoleh dari tes formatif yang dilaksanakan pada siklus I pada hari senin tanggal 26 januari 2015, rekap hasil tes formatif 1, dapat dilihat pada tabel 7. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh hasil belajar siswa (66,22%) dengan interpretasi cukup, sebanding dengan sebagian besar (62,50%) siswa tuntas dan lebih dari seperempat (37,50%) siswa belum tuntas. Namun analisis daya serap klasikal (DSK) yang dihasilkan 62,50%, sehingga ketuntasan belajar klasikal belum memenuhi ketuntasan klasikal yakni > 85%. Kemudian, berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa kegiatan-kegiatan visual, mendengarkan, mental dan liasan memperoleh persentase paling rendah. sehingga kesimpulan pada observasi awal bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa dilihat dari ketuntasan belajar siswa masih kurang dan perlu ditingkatkan pada siklus berikutnya.
Tabel 8: Hasil Tes Formatif II
No.
Kategori
Nilai
1
Jumlah (maksimal 3200)
2355
2
Rata-rata
73,59
3
Nilai Maksimal
100
4
Nilai Minimal
48
5
Hasil Belajar
73,59
6
DSK (%)
78,13 %
Hasil tes formatif II ini diperoleh dari tes formatif yang dilaksanakan pada siklus II pada hari kamis tanggal 05 Februari 2015, rekap hasil tes formatif II, dapat dilihat pada tabel 8. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh hasil belajar siswa (73,59%) dengan interpretasi baik, sebanding dengan sebagian besar (78,13%) siswa tuntas dan hampir seperempat (21,87%) siswa belum tuntas. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan tes formatif I. Namun, peningkatan hasil belajar belum signifikan, karena DSK yang dihasilkan 78,13% masih belum memenuhi ketuntasan klasikal yakni > 85%.
Tabel 9: Hasil Tes Formatif III
No.
Kategori
Nilai
1
Jumlah (maksimal 3200)
2570
2
Rata-rata
80,31
3
Nilai Maksimal
100
4
Nilai Minimal
44
5
Hasil Belajar
80,31
5
DSK (%)
90,63 %
Hasil tes formatif III ini diperoleh dari tes formatif yang dilaksanakan pada siklus III pada hari senin tanggal 23 Februari 2015, rekap hasil tes formatif III, dapat dilihat pada tabel 9. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh hasil belajar siswa (80,31%) dengan interpretasi baik sekali, sebanding dengan sebagian besar (90,63%) siswa tuntas dan sebagian kecil (9,37%) siswa belum tuntas. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan tes formatif II. Didukung dengan peningkatan DSK yang dihasilkan 90,63% yang memenuhi ketuntasan klasikal yakni > 85%.Dengan demikian peneliti mengakhiri penelitian sampai siklus III.
Tabel 10: Rekapitulasi Hasil Tes Formatif I sampai III
Tes Formatif
Jumlah Nilai
Rata-Rata Nilai
DSK (%)
1
2119
66,22
62,50 %
2
2355
73,59
78,13 %
3
2570
80,31
90,63 %
Berdasarkan hasil tersebut diperoleh rata-rata nilai tes formatif 1 (66,22), tes formatif II (73,59), dan tes formatif III (80,31), Sedangkan Daya Serap Klasikal (DSK) pada tes formatif I (62,50%), tes formatif II (78,13%), dan tes formatif III (90,63%).
Tabel 11: Indikator Hasil Belajar Persiklus
NO
INDIKATOR HASIL BELAJAR
SIKLUS
RATA-RATA
1
2
3
1
Pengetahuan (C1)
86,9
92,5
95,0
91,5
2
Pemahaman (C2)
62,5
93,8
84,4
80,2
3
Penerapan (C3)
73,4
84,4
92,3
83,4
4
Analisis (C4)
57,5
52,8
80,0
63,4
5
Sintesis (C5)
71,5
84,4
70,8
75,6
6
Evaluasi (C6)
60,6
40,3
70,4
57,1
Rata-rata
68,7
74,7
82,2
Dalam tes formatif tersebut terdapat 6 indikator hasil belajar, yaitu: (C1) Pengetahuan; (C2) Pemahaman; (C3) Penerapan; (C4) Analisis; (C5) Sintesis; (C6) Evaluasi. Indikator hasil belajar siswa berdasarkan tabel.11 diperoleh rata-rata pada siklus I dengan nilai 68,7, pada siklus II dengan nilai 74,7, dan pada siklus III dengan nilai 82,2. Indikator hasil belajar siswa persiklus dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini:
Gambar 3. Diagram Indikator Hasil Belajar Persiklus
Tabel 12. Analisis Data Hasil Observasi terhadap Aktivitas Siswa
NO
ASPEK PENGAMATAN
Siklus (%)
Rata-Rata (%)
I
II
III
1.
Kegitatan-kegiatan visual
56,25 %
68,75 %
93,75 %
72,92 %
2.
Kegiatan-kegiatan lisan
68,75 %
75 %
93,75 %
79,17 %
3.
Kegiatan-kegiatan mendengarkan
56,25 %
81,25 %
81,25 %
72,92 %
4.
Kegiatan-kegiatan menulis
70 %
85 %
95 %
83,33 %
5.
Kegiatan-kegiatan menggambar
75 %
75 %
87,5 %
79,17 %
6.
Kegiatan-kegiatan metrik
75 %
87,5 %
93,75 %
85,41 %
7.
Kegiatan-kegiatan mental
62,5 %
75 %
87,5 %
75,00 %
8.
Kegiatan-kegiatan emosional
75 %
81,25 %
93,75 %
83,33 %
PERSENTASE RATA-RATA/SIKLUS
67,18 %
78,12 %
90,63 %
Hasil Observasi terhadap lembar aktivitas siswa persiklus peneliti buat dalam bentuk diagram dari pengamatan siklus I sampai dengan pengamatan siklus III. Hasil pengamatan tersebut dapat terlihat pada diagram 4 berikut ini:
Gambar 4. Diagram Hasil Lembar Observasi Persentase
Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada tabel.12 dan gambar.64 diperoleh data sebagai berikut. Pada sikus I diperoleh persentase aktivitas siswa 67,18% artinya bahwa aktivitas siswa dikatakan cukup baik. Dalam siklus I ini kegiatan-kegiatan visual dan kegiatan-kegiatan mendengarkan mempunyai persentase rata-rata yang rendah, dikarenakan sebagian besar siswa kurang memperhatikan dan mendengarkan apa yang di jelaskan oleh guru. Hal tersebut kemungkinan siswa belum merespon baik model pembelajaran Quick On The Draw yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran berlangsung. Pada sikus II diperoleh persentase aktivitas siswa 78,12 % artinya bahwa aktivitas siswa dikatakan baik. Karena aktivitas siswa di siklus II lebih besar dari pada siklus I. Dalam siklus II ini kegiatan-kegiatan visual dan kegiatan-kegiatan mendengarkan yang awalnya pada siklus I mempunyai persentase rata-rata yang rendah, pada siklus II ini mengalami kenaikan yang cukup baik dibandingkan dengan siklus I dan secara keseluruhan untuk kegiatan yang lainya bisa dikatakan baik. Salah satunya kegiatan metrik dimana dalam kegiatan ini siswa lebih aktif dalam kegiatan kelompok dan pembelajaran menggunkan model Quick On The Draw walaupun hanya sebagian siswa yang aktif. Pada sikus III diperoleh persentase aktivitas siswa 90,63 % artinya bahwa aktivitas siswa dikatakan sangat baik. Karena aktivitas siswa siklus III lebih baik dari pada kegiatan aktivitas siswa pada siklus II. Dalam siklus III ini kegiatan-kegiatan visual, lisan, menulis, metrik dan kegiatan emosional memperoleh nilai yang tinggi di karenakan siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran Quick On The Draw.
Tabel 13: Analisis Data Hasil Observasi terhadap Aktivitas Guru
No
Aspek Pengamatan
Siklus
Rata-Rata (%)
I
II
III
1
Guru membimbing berdoa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai
75 %
75 %
100 %
83,33 %
2
Guru mengabsen siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran
75 %
87,5 %
100 %
87,50 %
3
Guru mengingatkan kembali tentang materi pada pertemuan sebelumnya.
62,5 %
87,5 %
87,5 %
79,17 %
4
Guru memberi motivasi siswa dengan mengkontekstualkan materi dengan kehidupan dilingkungan sekitar
75 %
87,5 %
100 %
87,5 %
5
Guru menyampaikan informasi mengenai materi yang akan disampaikan.
75 %
87,5 %
87,5 %
83,33 %
6
Guru menyiapkan tumpukan kartu soal quick on the draw
75 %
87,5 %
100 %
87,50 %
7
Guru membagi siswa kedalam kelompok terdiri dari 4-5 orang
62,5 %
87,5 %
87,5 %
79,17 %
8
Guru memberi tiap kelompok bahan materi yang sudah disesuaikan
75 %
87,5 %
87,5 %
83,33 %
9
Guru menyampaikan aturan permainan Model Quick On the Draw.
75 %
87,5 %
100 %
87,5 %
10
Guru membahas semua pertanyaan dengan siswa.
75 %
100 %
100 %
91,67 %
No
Aspek Pengamatan
Siklus
Rata-Rata (%)
I
II
III
11
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dan menjelaskan sekiranya ada pemahaman siswa yang keliru
75 %
87,5 %
75 %
79,17 %
12
Guru memberikan reward kepada kelompok maupun siswa yang dapat menjawab dengan benar
75 %
87,5 %
100 %
87,5 %
13
Siswa mengerjakan beberapa soal dalam LKS mengenai materi segiempat
62,5 %
87,5 %
100 %
83,33 %
14
Guru memberikan penguatan tentang materi yang sudah dipelajari
62,5 %
75 %
87,5 %
75 %
15
Guru beserta siswa melakukan refleksi dan membuat kesimpulan
50 %
75 %
87,5 %
70,83 %
16
guru menyampaikan rencana pembelajaran pada per temuan berikutnya
75 %
87,5 %
87,5 %
83,33 %
17
Guru memberikan tes secara individual untuk mengetahui hasil belajar siswa (model Quick On the Draw) pertemuan ke-2.
75 %
75 %
75 %
75 %
18
Guru membimbing siswa berdo’a bersama setelah kegiatan belajar mengajar.
75 %
87,5 %
100 %
87,5 %
PERSENTASE RATA-RATA
70,59 %
85,29 %
92,65 %
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru pada tabel 13 diperoleh data sebagai berikut. Pada sikus I diperoleh persentase aktivitas guru 70,59%, pada sikus II diperoleh persentase aktivitas guru 85,29%, dan pada sikus III diperoleh persentase aktivitas guru 92,65%.
Tabel 14: Hasil Analisis Jurnal Siswa
No
Jenis Respon
Siklus
Rata-rata (%)
Kualifikasi
I
II
III
1.
Positif
84,37
93,75
96,87
91,66
Pada Umumnya
2.
Negatif
9,37
6,25
3,12
6,24
Sebagian Kecil
3.
Biasa
6,25
3,12
0
3,12
Sebagian Kecil
4.
Tidak Berkomentar
0
0
0
0
Tidak Ada
Berdasarkan hasil analisi jurnal siswa pada tabel 14 diperoleh data sebagai berikut. Respon positif 91,66%, respon negatif 6,24% dan biasa 3,12%. Artinya respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan model kooperatif quick on the draw pada umumnya baik.
Tabel 15: Hasil Analisis Angket Siswa
NO
ASPEK YANG DINILAI
SKOR SISWA
INTERPRETASI
1
Respon siswa terhadap matematika
4,13 %
Positif
2
Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Quick On the draw
3,93 %
Positif
3
Respon siswa terhadap soal yang diberikan
3,63 %
Positif
4
Respon siswa terhadap guru/ siswa lainnya selama pembelajaran
3,38 %
Positif
RATA-RATA SKOR
3,77 %
Positif
Berdasarkan hasil analisi angket pada tabel 15 diperoleh respon siswa terhadap pembelajaran matematika 4,13 % positif, Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Quick On The Draw dengan persentase 3,93% positif, Respon siswa terhadap soal yang diberikan dengan persentase 3,63% positif, dan Respon siswa terhadap guru/ siswa lainnya selama pembelajaran dengan persentase 3,38% positif. Hal ini dikarenakan mereka dapat belajar dengan lebih aktif, mendorong siswa untuk bekerja kelompok, memberi pengalaman keterampilan, membiasakan siswa untuk belajar tidak hanya kepada guru, dan juga sesuai dengan karakteristik siswa, yaitu dimana siswa tidak bisa diam atau duduk sebagai salah satu ciri pembelajaran kooperatif tipe Quick On The Draw.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan mengenai upaya meningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Quick On The Draw di SMPN 3 Sindangkerta, diperoleh kesimpulan bahwa 1) Hasil belajar siswa meningkat setelah pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif tipe Quick On The Draw; 2) Aktivitas Siswa meningkat setelah pembelajaran matematika menggunakan model kooperatif tipe Quick On The Draw; 3) Respons siswa positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran tipe Quick On The Draw.
DAFTAR PUSTAKA
Andani, B. (2014). Penggunaan Media Sedotan Bermuatan untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Siswa pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat. Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia.[online].Tersedia: http://repository.upi.edu/.[06 Desember 2014].
Apriani, F. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Team Pair Solo dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Matematis Siswa SMP. Skripsi Pendidikan Matematika Universitas Islam Nusantara. Bandung: Tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Fathurrohman dan Sutikno,S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Refika Aditama.
Ginnis, P. (2008). Trik dan Taktik Mengajar. Jakarta: PT. Indeks.
Nurhayati, I. (2013). Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Sifat-Sifat Bangun Datar. Karya Tulis Ilmiah Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia.[online].Tersedia: http://repository.upi.edu/.[06 Desember 2014].
Sumarmo, U. (2014). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: Jurusan Pendidikan FPM dan IPA UPI.
Suyitno, A. (2004). Dasar-dasar Proses Pembelajaran Matematika 1. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
Tampubolon, S. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Uno, H. B. dan Nurdin, M. (2011). Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: Bumi Aksara.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Panjang sekali pak. Pasti menarik.
Pa yudha .....pak sholeh teman kerjaku...ayoo...di pacuuu.
yooo...generasi muda berkarya....
Mantap...dr sekolahku ada jga ne yg masuk gurusiana....hehhe...selamat pak soleh....
masih belajar bu, mohon maaf bila banyak salah dalam tulisan
mohon maaf bila banyak salah, masih belajar
mohon maaf bila banyak salah, masih belajar