Adzan dengan pengeras suara
Pengalamanku yang berkaitan dengan Adzan di musholla, kala itu masih kelas 3 SD sekitar tahun 1990an tetapi orang sekitar sudah memotivasi saya untuk belajar mengumandangkan adzan dengan memakai microphon musholla, dengan menggunakan aturan yang diperbolehkan.. karena memang sejak kelas 2 SD Saya sudah diajarkan kalimat adzan, baik yang dilatih oleh orang tua maupun dari mendengar adzan ketika masuk waktu sholat yang terdengar saling bertaut antar musholla-musholla dan masjid di kampungku, sehingga akan gampang sekali menghafal kalimat adzan. grogi memang, saat pertama kali memegang microphon untuk mengumandangkan adzan di musholla, tetapi dari rasa penasaran dan ingin mencoba melantunkan di pengeras suara, akhirnya Aku beranikan, meskipun untuk kefasihan dan intonasi yang keluar dari lisanKu tak sedap untuk didengar. setelah sekali sudah mencoba untuk adzan menggunakan microphon, ternyata membuat rasa ingin mengulanginya, dan itu dirasakan oleh teman-teman yang juga punya keinginan yang sama. Sehingga hampir setiap akan masuk waktu sholat bersama teman sebaya berlomba untuk bisa adzan di musholla, hampir disetiap akan masuk waktu sholat Saya dan teman-teman sudah ramai kumpul di musholla. Lalu oleh pengurus musholla membolehkan untuk bergantian adzan ditiap waktunya. Terlebih di bulan Ramadhan, yang hampir setengah waktu digunakan di musholla. Termasuk dalam hal bermain pun tidak jauh dari musholla, yang paling tak terlupakan adalah permainan pasang jari menghitung huruf alfabet dengan menyebutkan nama-nama (kadang buah, sayur, kadang nama-nama yang masuk dalam pelajaran sekolah kala itu), kadang bermain peran yang diambil dari tokoh pewayangan dan permainan yang melibatkan fisik. . Dari sisnilah salah satu pembentukkan karakter dan ketaatan dalam beribadah terbangun. sungguh indah kala itu bisa merasakan pengalaman yang religius dimasa kanak-kanak dengan kesenangan dan tingkah ala anak-anak. Fenomena yang berbeda pada saat ini, anak ² lebih suka asyik main gadget di smartphone Android dengan berbagai game yang ditawarkan baik yang offline maupun online. sehingga bisa merusak kepribadian diri anak. mengutip dari pendapat para ahli Kecanduan gadget dapat mempengaruhi perkembangan otak anak karena produksi hormon dopamine yang berlebihan menganggu kematangan fungsi prefrontal korteks yaitu mengontrol emosi, kontrol diri, tanggung jawab, pengambilan keputusan dan nilai-nilai moral lainnya. Orang yang sering menggunakan gadget cenderung mengalami hambatan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar Salah satunya perihal berkurangnya aktivitas fisik yang seharusnya dilakukan sang anak (Rini & Huriah, 2020).
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Zaman saya anak - anak dengan zaman anak saya jauh berbeda. Semoga kita masih bisa memberi pendidikan religi yang baik