"Ujian kimia kapan Bu?" tanya salah satu siswa di grup WhatsApp persis setelah aku membagikan jadwal ulangan akhir semester. Sehari sebelum jadwal ujian kimia, beberapa siswa menghubungi saya secara pribadi. "Bu,kenapa soal kimianya belum dikirim? Dan anehnya masih ada juga menanyakan jam berapa ujiannya dilaksanakan padahal di jadwal sudah jelas waktunya.Lagi-lagi pertanyaan yang menguras kesabaran muncul saat ujian berlangsung. " Batas pengumpulan sampai jam berapa Bu?"tanya beberapa siswa bergantian karena tidak saya gubris. "Bacalah kawan-kawan di lembar soal sudah ada dibuat batas waktunya," jawab ketua kelas menanggapi pertanyaan beruntun itu. "Oh ya..," jawab mereka tanpa perasaan bersalah.Dan anehnya, pertanyaan yang sama masih muncul juga. Selama ujian daring berlangsung, begitu banyak pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan.Malas membaca adalah sumber ketidaktahuan mereka.Jangankan untuk menggali informasi atau menambah referensi, untuk sekedar membaca yang di depan mata saja mereka terasa berat. Saya sebagai gurunya benar-benar miris menyaksikan rendahnya minat membaca mereka. Sungguh kondisi mereka benar-benar darurat membaca. Wajar saja berita hoax semakin merajalela sekarang ini karena bulat-bulat menerima informasi tanpa menggali kebenarannya. Darurat membaca tentunya akan berdampak buruk. Dengan malas membaca akan mengakibatkan kerugian yaitu ketinggalan informasi dan pengetahuan.Untuk menyelamatkan generasi muda, maka sudah menjadi tugas kita untuk menggalakkan budaya membaca. Salam literasi.