Mengikis Budaya Ngaret (Overcoming Late Culture)
Istilah ngaret diadopsi dari sifat karet yang lentur dan fleksibel. Budaya ngaret adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kebiasaan atau tingkah laku yang sering terlambat atau tidak tepat waktu dalam melakukan sesuatu. Ini bisa berlaku untuk individu, organisasi, atau bahkan masyarakat secara keseluruhan. Budaya ngaret sering kali dianggap sebagai masalah sosial karena dapat mempengaruhi produktivitas dan efisiensi, serta membuat orang lain merasa kesal dan tidak puas. Seandainya disurvey soal setuju atau tidak budaya ngaret, pasti mayoritas orang akan tidak setuju, namun itu berbeda dengan kenyataan bahwa banyak orang yang justru betah dengan budaya tersebut.
Nampaknya budaya ngaret saling berkaitan dengan budaya lain khususnya di Indonesia, misalnya tingkat toleransi kita amat tinggi, itu mungkin kita lihat dari terjaganya keharmonisan di tengah tingginya tingkat kemajemukan. Namun di sisi lain, toleransi ini juga berlaku bagi hal kecil yang walaupun bersifat negative seperti mereka yang sering terlambat. Terlambat 5 menit bisa ditoleransi, dan dianggap tidak terlalu fatal, padahal terlambat sedikit tetaplah sebuah pelanggaran.
Toleransi ini juga berlaku untuk orang yang misalnya, sedang kelaparan di tengah jalan, lalu dia berinisiatif mengambil buah pisang dari kebun orang di pinggir jalan, mungkin sebagian orang akan menoleransi tindakan itu, selama hanya untuk dikonsumsi mengganjal lapar. Padahal itu tetaplah mencuri.
Budaya kita seolah-olah memberi batasan wajar pada beberapa kesalahan, padahal kesalahan tetaplah kesalahan sekalipun sebegitu kecil. Budaya itu, cukup mendukung kuatnya kebiasaan ngeret di lingkungan kita.
Dikutip dari berbagai sumber, untuk mengatasi budaya ngaret, berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan:
1). Menentukan akar masalah: Identifikasi sumber dari budaya ngaret dan mengidentifikasi hal-hal yang memperkuat budaya tersebut. Akar masalahnya tentu seperti yang saya paparkan diatas, bahwa budaya kita seolah-olah memberi tolerasni pada kesalahan kecil yang lama-lama menjadi meresahkan. 2) Menciptakan kesadaran: Banyak orang mungkin tidak sadar bahwa mereka berperilaku ngaret. Upayakan untuk menciptakan kesadaran tentang pentingnya tepat waktu dan memberikan pemahaman yang jelas tentang bagaimana perilaku ngaret mempengaruhi orang lain. 3) Menerapkan sanksi: Menerapkan sanksi bagi mereka yang terus-menerus terlambat dapat membantu memotivasi mereka untuk berubah. Ini penting, kita yang merasa dan membiasakan kedisiplinan perlu memberikan sanksi pada mereka yang suka ngaret. 4) Memberikan pujian: Memberikan pujian dan apresiasi kepada mereka yang tepat waktu dapat memotivasi mereka untuk terus melakukannya dan memberikan contoh positif bagi orang lain. 5) Melibatkan semua pihak: Upayakan untuk melibatkan semua pihak, termasuk pekerja, pimpinan, dan rekan kerja dalam upaya untuk mengatasi budaya ngaret. 6) Menetapkan standar tepat waktu: Tetapkan standar tepat waktu yang jelas dan dapat diterima oleh semua pihak dan pastikan bahwa standar tersebut dipatuhi oleh semua orang. 7) Berkoordinasi dengan baik: Pastikan bahwa semua aktivitas bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan akhir.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, budaya ngaret dapat dikurangi dan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi di tempat kerja dan diberbagai kegiatan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar