Sopyan SD Sukamekar 2

Sopyan, memotivasi dirinya untuk terus bahagia. Apapun yang dilakukan harus menghasilkan kebahagiaan itu dan membaginya dengan yang lain. Menjadi kepala sekola...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cikcik dan Kenken Lomba Makan

Cikcik dan Kenken Lomba Makan

Cikcik dan Kenken adalah dua anak ayam bersaudara. Mereka tinggal di sebuah kandang yang nyaman bersama ibu dan ayah mereka. Cikcik dan Kenken sangat akrab dan senang bermain bersama. Mereka suka berlari-larian, melompat-lompat, dan menggali-gali tanah. Meskipun begitu, keduanya sering bertengkar karena sifat mereka yang berbeda. Cikcik adalah anak ayam yang ceria, lincah, dan suka mengejek. Kenken adalah anak ayam yang pemalu, penurut, dan mudah tersinggung.

Suatu hari, mereka mengadakan lomba makan. Mereka ingin tahu siapa yang lebih cepat menghabiskan makanannya. Saat itu, ibu mereka memanggil mereka untuk makan siang. “Ayo, Cikcik dan Kenken, makanlah. Makanannya sudah siap,” kata ibu mereka sambil menaruh sepiring jagung di depan kandang.

Cikcik dan Kenken langsung berlari menuju piring jagung. Mereka saling pandang dan berkata, “Siapa yang lebih cepat habis makanannya, dialah yang menang.” Lalu mereka mulai makan dengan lahap.

Cikcik makan dengan cepat dan rakus. Ia tidak peduli dengan rasa atau gizi makanannya. Ia hanya ingin menang dalam lomba makan. Ia juga sering mengganggu Kenken dengan cara mengejeknya atau menyerobot jagungnya.

Kenken makan dengan lambat dan hati-hati. Ia menikmati rasa dan gizi makanannya. Ia juga ingin menang dalam lomba makan, tapi ia tidak mau curang atau kasar. Ia sering merasa kesal dengan ulah Cikcik yang terus menghalangi dirinya.

Akhirnya, Cikcik berhasil menghabiskan makanannya lebih dulu dari Kenken. Ia bersorak-sorai dan berkata, “Aku menang! Aku menang! Aku lebih cepat dari kamu, Kenken!” Lalu ia tertawa terbahak-bahak.

Kenken merasa sedih dan marah. Ia belum selesai makan, tapi jagungnya sudah habis diserobot oleh Cikcik. Ia menangis dan menyebut Cikcik licik. “Kamu curang! Kamu licik! Kamu mengambil jagungku tanpa izin! Kamu tidak adil!” kata Kenken sambil meneteskan air mata.

Ibu mereka mendengar suara tangisan Kenken. Ia segera mendekati mereka dan bertanya apa yang terjadi. Cikcik dan Kenken bercerita tentang lomba makan yang mereka adakan.

Ibu mereka mengerti bahwa mereka hanya ingin bersenang-senang, tapi ia juga tidak suka dengan perilaku Cikcik yang tidak sopan dan tidak sportif. Ia memarahi Cikcik dan menyuruhnya minta maaf kepada Kenken.

“Cikcik, kamu tidak boleh begitu. Kamu harus menghormati adikmu dan tidak mengganggunya saat makan. Kamu juga harus berbagi makananmu dengan adil. Kamu harus minta maaf kepada Kenken sekarang,” kata ibu mereka dengan tegas.

Cikcik merasa malu dan menyesal. Ia sadar bahwa ia telah bersalah kepada Kenken. Ia meminta maaf kepada Kenken dengan tulus.

“Kenken, aku minta maaf ya. Aku tidak sengaja mengambil jagungmu tanpa izin. Aku hanya ingin bercanda saja. Aku harap kamu mau memaafkanku,” kata Cikcik dengan lembut.

Kenken melihat wajah Cikcik yang tampak bersalah. Ia merasa kasihan padanya. Ia memaafkan Cikcik dengan ikhlas.

“Cikcik, aku maafkan kamu ya. Aku tahu kamu hanya ingin bersenang-senang saja. Aku harap kamu tidak mengulangi lagi kesalahanmu,” kata Kenken dengan ramah.

Cikcik dan Kenken berpelukan dan berdamai. Mereka berjanji untuk tidak bertengkar lagi karena hal sepele. Mereka juga berjanji untuk selalu menghargai dan menyayangi satu sama lain.

Ibu mereka tersenyum melihat anak-anaknya yang sudah rukun lagi. Ia menghibur Kenken dengan memberinya makanan tambahan. Ia juga memberi pujian kepada Cikcik dan Kenken karena sudah bisa berbaik-baik.

“Baiklah, Cikcik dan Kenken, kalian sudah pintar sekali. Kalian sudah bisa menyelesaikan masalah kalian sendiri. Kalian juga sudah bisa meminta maaf dan memaafkan. Aku bangga pada kalian,” kata ibu mereka dengan bangga.

Cikcik dan Kenken merasa senang dan bahagia. Mereka mengucapkan terima kasih kepada ibu mereka. Mereka makan makanan tambahan yang diberikan ibu mereka dengan lahap. Mereka merasa kenyang dan puas.

Setelah makan, Cikcik dan Kenken bermain bersama lagi. Mereka bermain dengan riang dan gembira. Mereka tidak lupa untuk saling menghormati dan menyayangi. Mereka menjadi anak ayam yang baik dan bahagia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita yang menarik

02 Sep
Balas

Keren..

15 Sep
Balas



search

New Post