Di sebuah kota kecil, hiduplah seekor kucing liar bernama Cingcing. Setiap hari, Cingcing berkeliaran mencari makan. Ia harus bekerja keras hanya untuk mendapatkan sesuap makanan.

Suatu hari, saat sedang mencari makan, Cingcing melihat seekor anjing peliharaan yang selalu menggonggong. Anjing itu terlihat bersih dan selalu mendapatkan makanan enak dari pemiliknya.

Cingcing merasa iri. "Mengapa hidupku tidak seberuntung anjing itu?" pikirnya.

Tak jauh dari situ, Cingcing melihat seekor burung perkutut yang selalu berkicau dalam sangkar yang indah. Burung itu memiliki persediaan makanan yang cukup dan tidak perlu khawatir tentang apa pun.

Cingcing merasa semakin tidak beruntung. "Mengapa hidupku begitu sulit?" keluhnya.

Namun, tiba-tiba anjing dan burung perkutut itu berbicara padanya.

"Hei, Cingcing," kata anjing, "Tahukah kamu arti dari gonggonganku ini? Aku ingin hidup bebas seperti kamu. Aku ingin berlari-lari di jalanan dan menjelajahi dunia luar."

Burung perkutut pun menambahkan, "Dan aku, Cingcing, tahukah kamu mengapa aku selalu berkicau? Aku ingin terbang bebas di langit biru. Aku ingin merasakan angin di sayapku dan melihat dunia dari atas."

Cingcing terkejut mendengar kata-kata mereka. Ia tidak pernah berpikir bahwa anjing dan burung perkutut itu ingin hidup seperti dirinya. Cingcing pun tersenyum dan menyadari sesuatu yang penting.

"Ternyata, aku adalah hewan yang paling beruntung," pikir Cingcing. "Aku bebas untuk pergi ke mana saja dan melakukan apa saja yang aku inginkan."

Sejak hari itu, Cingcing tidak lagi merasa tidak beruntung. Ia menikmati setiap petualangan dan kebebasan yang dimilikinya. Cingcing belajar untuk bersyukur atas hidupnya yang penuh kebebasan dan petualangan.