Sopyan SD Sukamekar 2

Sopyan, memotivasi dirinya untuk terus bahagia. Apapun yang dilakukan harus menghasilkan kebahagiaan itu dan membaginya dengan yang lain. Menjadi kepala sekola...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mumut Semut Membangun Sarangnya

Mumut Semut Membangun Sarangnya

Pada suatu hari, ada segolongan semut yang sedang sibuk membangun sarangnya di dalam tanah. Mereka bekerja keras, menggali, mengangkut, dan menyusun tanah liat menjadi ruang-ruang yang nyaman dan aman.

 

Namun, di antara semut-semut itu, ada satu semut yang berbeda. Namanya Mumut. Ia adalah semut yang malas dan sombong. Ia tidak pernah mau bekerja sama dengan semut lain. Ia hanya suka memerintah dan mengkritik.

 

"Mengapa kalian bekerja begitu lambat?" teriak Mumut kepada semut lain.

 

"Kalian harus lebih rapi dan teliti. Lihat, sarang kalian berantakan dan rapuh!" ejek Mumut sambil tertawa.

 

Semut lain tidak suka dengan sikap Mumut. Mereka merasa Mumut tidak adil dan tidak menghargai kerja keras mereka. Tapi, mereka tidak berani protes. Mereka takut Mumut akan marah dan mengusir mereka dari sarang.

 

Suatu ketika, tiba saatnya bagi Mumut untuk membuat sarang pribadinya. Ia harus membuat sarang sendiri, tanpa bantuan dari semut lain. Ia merasa yakin bahwa ia bisa melakukannya dengan mudah.

 

"Aku adalah semut yang paling pintar dan hebat. Aku pasti bisa membuat sarang yang lebih bagus dari semut lain. Aku tidak perlu bantuan dari siapa pun!" kata Mumut dengan bangga.

 

Maka, ia pun mulai menggali tanah dengan cangkongnya. Tapi, ia merasa kesulitan. Tanahnya keras dan berbatu. Ia harus menggali dengan tenaga penuh. Ia mulai berkeringat dan lelah.

 

Setelah menggali beberapa lama, ia berhasil membuat lubang kecil. Ia merasa senang. Ia pikir ia sudah selesai. Tapi, ia salah. Ia masih harus mengangkut tanah yang ia gali dan menyusunnya menjadi dinding sarang.

 

Ia pun mencoba mengangkut tanah dengan mulutnya. Tapi, ia merasa kesulitan. Tanahnya berat dan lengket. Ia harus mengangkut dengan hati-hati. Ia mulai pegal dan sakit.

 

Setelah mengangkut beberapa lama, ia berhasil membuat dinding tipis. Ia merasa senang. Ia pikir ia sudah selesai. Tapi, ia salah. Ia masih harus menyusun tanah menjadi ruang-ruang yang nyaman dan aman.

 

Ia pun mencoba menyusun tanah dengan kakinya. Tapi, ia merasa kesulitan. Tanahnya rapuh dan mudah hancur. Ia harus menyusun dengan teliti. Ia mulai pusing dan stres.

 

Setelah menyusun beberapa lama, ia berhasil membuat ruang sempit. Ia merasa senang. Ia pikir ia sudah selesai. Tapi, ia salah. Ia masih harus memperkuat sarangnya agar tidak runtuh.

 

Ia pun mencoba memperkuat sarangnya dengan air liurnya. Tapi, ia merasa kesulitan. Air liurnya sedikit dan kering. Ia harus memperkuat dengan sabar. Ia mulai haus dan lapar.

 

Setelah memperkuat beberapa lama, ia berhasil membuat sarang yang lemah. Ia merasa senang. Ia pikir ia sudah selesai. Tapi, ia salah. Ia masih harus mempercantik sarangnya agar tidak kusam.

 

Ia pun mencoba mempercantik sarangnya dengan daun-daun dan bunga-bunga. Tapi, ia merasa kesulitan. Daun-daun dan bunga-bunga jauh dan jarang. Ia harus mempercantik dengan berani. Ia mulai takut dan cemas.

 

Setelah mempercantik beberapa lama, ia berhasil membuat sarang yang jelek. Ia merasa senang. Ia pikir ia sudah selesai. Tapi, ia salah. Ia masih harus mengecek sarangnya agar tidak ada yang salah.

 

Ia pun mencoba mengecek sarangnya dengan matanya. Tapi, ia merasa kesulitan. Matanya lelah dan kabur. Ia harus mengecek dengan jeli. Ia mulai sedih dan menyesal.

 

Setelah mengecek beberapa lama, ia menyadari bahwa sarangnya tidak layak huni. Sarangnya kecil, gelap, panas, bau, dan berisik. Ia merasa tidak senang. Ia tahu ia sudah gagal.

 

Ia pun menangis dan meratap. Ia merasa sendirian dan tidak berdaya. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia ingin minta bantuan, tapi ia malu dan takut.

 

Tiba-tiba, ia mendengar suara semut lain. Mereka datang ke sarangnya. Mereka melihat sarangnya. Mereka merasa kasihan.

 

"Mumut, apa yang terjadi? Kenapa sarangmu seperti ini?" tanya salah satu semut.

 

"Mumut, kenapa kamu menangis? Apa yang kamu butuhkan?" tanya semut lain.

 

"Mumut, kami datang untuk membantumu. Apa yang kami bisa lakukan?" tanya semut lain lagi.

 

Mumut terkejut dan terharu. Ia tidak menyangka bahwa semut lain mau membantunya. Ia merasa bersalah dan malu.

 

"Aku minta maaf, teman-teman. Aku telah bersikap buruk kepada kalian. Aku tidak pernah mau bekerja sama dengan kalian. Aku hanya suka memerintah dan mengkritik kalian. Aku tidak menghargai kerja keras kalian. Aku bodoh dan sombong." kata Mumut dengan menyesal.

 

"Kami memaafkanmu, Mumut. Kami tahu kamu tidak bermaksud jahat. Kami tahu kamu hanya ingin sarang kita menjadi baik. Kami mengerti perasaanmu. Kami temanmu." kata semut lain dengan ramah.

 

"Terima kasih, teman-teman. Aku sangat berterima kasih kepada kalian. Aku tidak tahu harus bagaimana tanpa kalian. Aku membutuhkan bantuan kalian. Aku ingin sarangku menjadi layak huni. Aku ingin hidup bersama kalian." kata Mumut dengan tulus.

 

"Baiklah, Mumut. Kami akan membantumu. Kami akan membantumu memperbaiki sarangmu. Kami akan membantumu membuat sarangmu menjadi nyaman dan aman. Kami akan hidup bersama denganmu." kata semut lain dengan senang.

 

Maka, semut-semut itu pun bekerja sama untuk memperbaiki sarang Mumut. Mereka bekerja dengan giat, ceria, dan kompak. Mereka saling membantu, menghormati, dan menghargai.

 

Setelah bekerja beberapa lama, mereka berhasil membuat sarang Mumut menjadi indah. Sarangnya menjadi luas, terang, sejuk, wangi, dan tenang. Mumut merasa sangat senang. Ia merasa sarangnya menjadi rumahnya.

 

Ia pun berterima kasih kepada semut lain. Ia meminta maaf sekali lagi. Ia berjanji akan berubah. Ia berjanji akan bekerja sama dengan semut lain. Ia berjanji akan membantu semut lain.

 

Semut lain pun menerima permintaan maaf dan janji Mumut. Mereka merasa senang dan lega. Mereka merasa Mumut menjadi teman yang baik. Mereka merasa Mumut menjadi bagian dari keluarga mereka.

 

Mereka pun hidup bahagia bersama di sarang mereka.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasan nya

22 Feb
Balas

Cerita yang luar biasa

22 Feb
Balas

Eh, Pak Sandi Yulianto Samah! Terima kasih!

22 Feb



search

New Post