CERITA DALAM KELASKU
CERITA DARI DALAM KELAS ( Part 5)
Oleh : Prapti Noer
SDN Torongrejo 03
Kupandangi wajah lugu nadia, rambut panjangnya di kuncir ekor kuda, dengan sedikit poni yang agak keriting. Tahi lalat menempel manis di bawah bibirnya yang tipis.
Nadia muridku kelas 6 ini sungguh gadis yang manis dan lugu , dia termasuk murid paling pendiam di antara murid kelas 6. Walau pendiam Nadia adalah murid yang rajin dan cerdas. Kelembutan dan pendiamnya itulah yang membuat aku sering memperhatikannya.
Nadia juga tidak pernah terlihat sedih atau mengeluh , senyumnya manis dan tidak pernah bermasalah dengan tatip .Nadia murid kelas 6 yang paling manis.
Tapi kemanisan Nadia berubah menjadi derita panjang yang tak akan berakhir hingga akhir hidupnya.
Derita Nadia berawal, ketika diakhir kelas 6 diadakan sinkronisasi data untuk penulisan Ijazah, aku sebagai wali kelas 6 mulai mengedarkan angket untuk sinkronisasi data akte kelahiran, Takutnya nanti kalau ada data yang kurang benar sehingga akan mempengaruhi penulisan ijazah. Jadi penulisan ijazah ini harus benar dan fik .
Ketika angket dari wali murid aku terima kembali, kubaca dan ku cocokkan satu persatu dengan data yang ada disekolah dan ketika sampai pada data milik Nadia aku terkesima karena akte Nadia tertulis jelas nama ayah kandung digaris panjang dan hanya ada nama Ibu Kandungnya saja.
Aku baca berkali kali dengan hati- hati dan tulisan yang terdapat dalam akta tetap sama bahwa nama ayah Nadia adalah nama Ibu Nadia. Ahh...
Istirahat siang itu keadaan kelas sangat sepi, karena sebagian besar anak anak diajak berlatih PBB oleh guru Penjas orkes di lapangan. Saya melihat Nadia tidak ikut latihan PBB, karena baru sakit. Dia membaca buku cerita anak -anak di serambi kelas yang sejuk.
" Nad....sini nak!, "
" Ya Bu"
" Kenapa kamu tidak ikut latihan PBB?".
" Saya baru saja sakit, bu".
" Sakit apa?".
" kemarin saya terpeleset di tangga, kaki saya kesleo".
" ohh, sekarang bagaimana keadaa kakimu?".
" Lumayan bu , tidak terlalu sakit".
" Alhamdullilah"
" Rumahmu dimana Nad? Aku masih berusaha mengorek ngorek data tentang dia.
Nadia bercerita pelan tentang dirinya. Matanya menunduk aku melihat ada air mata yang menetes di baju merah putih seragamnya.
Kupegang tanganya dan ku belai rambut panjangnya.
" Nak , jangan kamu lanjutkan ceritamu jika kamu sedih dan tidak ingin menceritakan kepada Ibu".
" Tidak Ibu, saya ingin bercerita".
" Ibu bisakah Ibu membantu saya?".
"Apa yang ibu bisa bantu nak?".
"Tolong tanyakan ke mama saya kemana papa saya selama ini,
Setiap hari saya merindukan Papa, saya ingin punya papa seperti Niken seperti Sally seperti Tasya . Betapa bahagianya mereka ketika mereka bercerita setiap hari minggu diajak papa mereka berlatih renang, kalau tidak begitu, mereka bercerita kalau setiap sore bersama papa mereka bersepeda mengelilingi komplek perumahan".
"Tapi saya?"
" Hik...hik...hik "lepas buncahan air mata yang telah lama di pendam oleh Nadia. Tak terasa aku juga ikut menangis. Sekuat apapun aku tak akan mampu ketika mendengar kesedihan murid muridku. Hatiku serasa dikoyak- koyak. Ingin rasanya membantu mencarikan solusi dari masalah yang dihadapi oleh mereka. Namun apa dayaku.
Aku tidak berani lagi menanyakan tentang papanya Nadia. Dan aku memutuskan harus berkirim surat kepada Mama Nadia terkait dengan data akte Nadia yang akan dijadikan pedoman dalam penulisan Ijazah.
Seminggu semenjak kejadian itu saya berkirim surat kepada Mama Nadia, tentang akte kelahiran yang dia kirim ke sekolah.Dan mama Nadia datang ke sekolah memenuhi janjinya.
"Maaf Ibu ,apapun cerita masa lalu Ibu saya tidak ingin mengetahuinya namun sebagai guru kelas 6, saya hanya ingin bertanya tentang akte Nadia ini?" "Kenapa nama ayahnya tidak dicantumkan?".
" Apakah ini sudah Ibu pertimbangkan dengan sebaik baiknya dan sebijak mungkin?".
"Sudah Ibu, itu keputusan saya,
Saya tidak ingin Nadia mengetahui siapa papanya, dia laki- laki keparat yang telah merenggut keperawanan saya!!" Ibunya berteriak terluka dan aku diam semakin sunyi ruang hatiku bersama masalah- masalah murid- muridku.
Walau hanya tersirat sedikit aku merasa cukup paham. Dan karena itu yang telah menjadi keputusan Ibunya Nadia maka aku hanya bisa menghargainya. Entah jawaban apa yang akan aku berikan kepada Nadia nanti atas permintaanya menanyakan siapa nama papanya kepada mamanya.
Nadia gadis kecil dikelasku yang akan menanggung derita panjang dari cerita masa lalu mamanya. Tugasku hanya satu tetap bersama Nadia menguatkan dan memberikan motivasi agar suatu saat nanti Nadia menjadi Srikandi yang berhasil memenangkan petempuran batin dalam dirinya sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Pilu..
Benar bunda