KETIKA IBUKU MENJADI TKW
KETIKA IBUKU MENJADI TKW
Oleh: Suprapti
# Tantangan Menulis Hari ke 4 Gurusiana
Jam dinding terasa cepat berdetak diantara tumpukan kertas tugas tugas harianku, masih tetap memandangi lap top mataku fokus pada tugas , tiba tiba klinting... saya lirik sekilas di hand phoneku ternyata Ibu guru kelas 6 yang mengajar di sekolah yang sama denganku, karena jam sudah menunjukkan malam hari mungkin Bu Darmi ( guru kelas 6) agak segan menghubungiku via telephon, beliau lebih memilih WhatsAap yang lagi tranding dalam menyampaikan pesan dan gambar.
“ Ya bu ada apa ya? Aku mencoba membalas pesan singkatnya
“ Ini bu,statusnya sefi bikin merinding” Bu Darmi kelihatan sedikit galau.
Dalam hatiku agak menggerutu kok sempat sempatnya bu guru ini melihat statusnya siswa siswinya satu persatu.
“ Kenapa dengan statusnya Bu?”
Klinting..... foto status sefi di kirim via whatsAap
Dan aku sangat terkejut, kenapa? Betapa kagetnya aku melihat status muridku kelas 6 yang sebentar lagi mau ujian.
Sefi, gadis mungil berkerudung dan pendiam yang sangat aku kenal rasanya tidak mungkin mempunyai pikiran se negatif itu. Tak kusangka dia mampu mengungkapkan perasaanya lewat status yang dia buat tentang kepedihanya, sunyi sepinya, deritanya dan harapanya. Foto status Sefi cukup menohok, dan sedikit mengancam dan aku duduk lemas terkesima membacanya. Anganku melayang antara suudzon dan berandai andai campur ruam dalam benakku. Yang pasti aku membayangkan yang tidak tidak.
Dan wajah Sefi hadir dalam tumpukan kertas tugas harianku, aku ingin pagi segera menyeruak ingin segera kutanyakan secara langsung kepada Sefi maksud dari statusnya.
Dan tidurkupun tak nyenyak menunggu datangnya pagi.
Ketika bunyi alarm hand phoneku terus berbunyi membangunkan aku, rasanya lega sekali, pagi ini Allah SWT masih meminjamkan nafas kepadaku , memberiku kesempatan hidup dan berjuang membantu murid muridku, semoga semua yang aku lakukan menjadi ladang ibadahku.
Setelah menyelesaikan urusan dapur aku segera bersiap siap untuk berangkat ke sekolah, dengan bergegas sedikit,kupaksa sepeda motorku berlari agak kencang menuju sekolahku. Sekolah tempatku mengabdi sekarang berada di tengah perkotaan, hanya berjarak sekitar 1 km menuju alun alun Kota, sekolah mungilku berada ditengah padatnya perkampungan. Dengan ragam tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua murid muridku menjadikan sekolah ini termasuk sekolah urban.
Menjadi bagian masyarakat urban gampang gampang susah disatu sisi mereka berkeinginan maju namun disisi lain mereka tergolong masyarakat yang kurang mampu. Dan orang tua Sefi termasuk golongan itu. Orang tua Sefi berasal dari Blitar, mereka merantau ke Kota Batu berjualan gado-gado, sebenarnya dagangannya cukup laris sehingga dapat menghidupi keluarganya. Namun ketika Pasar Laron tempat mangkal orang tua Sefi di gusur akhirnya Orang tua Sefi tidak mempunyai tempat untuk berjualan dan itulah awal prahara rumah tangga orang tua Sefi. Setelah mencoba bertahan dengan sisa sisa tabungan ternyata semakin menipis dan akhirnya habis semua, satu satu barang barang tabungannya di jual untuk biaya hidup dikarenakan orang yang berjualan gado-gado di sekitar Alun alun Kota Batu cukup banyak, sehingga jualan gado-gado Ayah Sefi semakin tidak laku. Akhirnya karena ekonomi keluarga yang semakin terpuruk Ibunya Sefi nekat menjadi TKW (Tenaga Kerja Wanita) di Hongkong. Dengan mengambil kontrak selama 5 tahun.
Sefi kecil akhirnya hanya hidup bersama ayahnya karena Sefi tidak punya saudara lain.Hari demi hari walaupun berat menanggung rindu kepada ibunya, ternyata waktu sudah berjalan selama tiga tahun, selama di tinggal Ibunya tiga tahun itu, ketika dirinya harus berjuang di negeri orang untuk mengumpulkan uang ternyata suaminya dengan teganya meninggalkannya dan menikah dengan wanita lain. Dengan bantuan kerabatnya Sefi diambil dandi kostkan sehingga tidak serumah lagi dengan ayah dan ibu tirinya. Sefi muridku kelas 6 di kostkan dekat Mall, dia hanya hidup dengan kakak sepupunya yang masih SMA. Dan hari hari Sefi terasa sepi dan pahit menjalani malam malamnya sendiri, ada kerinduan yang mendalam untuk mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Ibunya, tetapi ada juga rasa benci yang luar biasa kepada ayahnya. Sefi sedang memasuki usia puber dia melewati semuanya sendiri, tentang kejamnya hidup. Dan status Sefi akan bunuh diri adalah ungkapan dan ancaman kepada kedua orang tuanya, karena Sefi sudah tidak mampu lagi menahan penderitaan hatinya. Semoga Allah SWT menguatkan hati Sefi menghadapi semuanya, dan ketika ayahnya saya undang ke sekolah untuk sharing ayahnya berkaca kaca mendekap Sefi erat erat dan sayapun ikut larut dan terharu melihat semua itu. Mereka pulang dengan bergandengan tangan semoga kasih sayang itu kembali hadir diantara mereka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar