Suprapti Prapti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MEMAKNAI LEBARAN

#TANTANGAN GURUSIANA HARI KE 44

MEMAKNAI LEBARAN

Ima, gadis kecil itu masih, bersimpuh diatas tikar pandan satu-satunya di rumah petak berukuran 1,5x1,5 meter. Bibir mungil kering itu sejak makan sahur tadi, terus merengek kepada ibunya,“Bu,aku mau mukena baru, mukena ini sudah usang dan robek” matanya sedih memandang satu satunya mukena yang dimilikinya. Kemarin siang pada waktu digunakan darusan tersangkut pagar kawat di halamannya Mbah haji Mur.

Bu siti, hanya bisa menangis saat mendengar keinginan anak semata wayangnya ia tidak mampu mewujudkannya karena penghasilannya sebagai buruh memanen selada air dikampungnya hanya cukup dimakan setiap harinya, sudah satu tahun ini,suami Bu Siti meninggal. Pak Darman suami Bu siti adalah salah seorang kuli bangunan . Pak Darman mengalami kecelakaan ketika ikut dalam pelaksanaan pembangunan tiang pancang salah satu bangunan di Tempat wisata. Praktis semua kebutuhan rumah tangga didipikirkan oleh bu siti sendirian.

Untung, suami Bu Siti masih mewariskan rumah petak walaupun sangat sederhana, itu satu- satunya harta Pak Darman selama ini sebagai kuli bangunan. Rumah itu di beli dengan cara mengangsur terletak dipinggir sungai. Tidak banyak warisan yang ditinggalkan suaminya kepada Bu siti, tetapi dia selalu ihlas dan bersyukur menerima semua itu.

Tapi hari ini ketika semua orang sibuk mempersiapkan diri menyambut lebaran, terlihat di mall pusat perbelanjaan maupun di pasar tradisional yang penuh sesak demi menyambut hari istimewa nan fitri dengan memilih baju, kerudung, sandal, mukena , hati bu siti bagaikan diiris perih menghantam seluruh ruang dinding kalbunya ketika dia mendengar keinginan anak semata wayangnya dan dia tidak mampu membelikan mukena yang memang sudah sangat usang dan robek.

Diatas tikar pandan tidak ada kastengel ataupun nastar yang terhidang, juga tidak ada opor ayam yang dipersiapkan sebagai menu wajib setiap lebaran, hari ini nanti jika ada rejeki dia bisa berbuka bersama anaknya saja, bu siti sangat bersyukur.

Bu Siti menengok periuk didapurnya yang sempit, sisa nasi liwet yang sudah kering masih tersisa sedikit, beberapa hari ini tidak ada orang yang menyuruhnya untuk membantu memanen selada air, sisa beras yang di beri bu haji mar tinggal segelas, sehingga hanya cukup di masak menjadi nasi liwet .

Cerita Ima adalah salah satu dari ratusan cerita anak yatim yang bernasib sama di negeri ini yang hidup dengan segala keterbatasan, mereka hanya bermimpi sederhana mengenakan mukena dan baju lebaran. Bu Siti merupakan seorang ibu sejati yang mencarikan nafkah untuk anaknya dengan cara yang halal. Memaknai hari raya idul fitri tidak hanya berfoya- foya menghabiskan uang, tidak juga di sambut dengan aneka kue kering maupun aneka makanan juga tidak dengan banyaknya baju lebaran yang kita beli. Memaknai lebaran dengan berbagi mungkin akan lebih berarti

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

terima kasih,,,,

01 May
Balas

Keren

16 Mar
Balas



search

New Post