MENANAMKAN LITERASI BUDAYA DENGAN BATIK BANTENG AGUNG
Awal:
Memaknai Literasi rasanya tidak lebih dari sekedar basa basi tidak mempunyai makna yang berarti, walau dalam kenyataanya gaung Literasi bergulir deras tiada henti. Satu tahun telah berlalu, program Literasi yang dicanangkan menjadi brand image dilaunching dengan acara spektakuler dengan gebyar literasi. Namun sampai saat ini literasi belum dapat dilaksanakan sesuai program yang telah disusun dan disepakati bersama. karena pada dasarnya sebagian besar pelaku literasi sendiri belum memaknai literasi dengan makna yang luas dan kaya filosofi. Pada akhirnya Literasi hanya berjalan di tempat tanpa ada arti. Literasi hanya menjadi kata kata manis penyedap hati,
Selama ini pemahaman literasi yang terbangun di dalam otak kita hanya kegiatan membaca senyap selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, mereshume sebagai refleksi diri adalah rangkaian kegiatan yang harus dipenuhi , setelah kegiatan membaca selesai, guru tidak melakukan kegiatan tindak lanjut sebagai evaluasi dan refleksi kegiatan literasi. Sehingga kegiatan ini hanya sebagai menggugurkan kewajiban membaca, ini yang melandasi arti literasi , Gaung Literasi yang menggema belum disambut antusias oleh guru, karena guru sendiri belum mampu memberikan keteladanan dari kegiatan membaca 15 menit ini. Dari hasil pengamatan guru tidak mau belajar atau membaca, siswa tidak paham maknanya, jadi klop ketika masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan literasi harus di perjuangkan keberadaanya supaya lebih berjaya, bermakna, dan membudaya.
Selama ini Literasi hanya berkutat pada tembok kelas, literasi dimaknai sempit terkotak dalam bilik bilik kelas yang rumit, kemerdekaan belajar hanya sebuah khayalan bukan kenyataan dan masih jauh dari harapan.
Dikarenakan kegiatan literasi yang diharapkan dan dicanangkan tidak sesuai dengan kenyataan maka saya sebagai kepala sekolah di SDN Sisir 03, berusaha mencari formula yang tepat untuk menyatukan literasi dalam kegiatan melestarikan budaya bangsa, dengan tetap menanamkan karakter olah hati, olah rasa, olah pikir dan olah rasa sehingga muncul rasa estetika dari siswa, dalam upaya melatih ketrampilan siswa untuk mempersiapkan siswa dalam kehidupan yang akan datang mengingat semakin besarnya persaingan hidup dan tantangan untuk keluar sebagai manusia yang bijak dengan kecerdasan emosi sehingga dapat membaca alam lingkungan sekitar dengan mengasah insting membaca situasi sehingga dapat menghasilkan financial dengan mengembangkan literasi budaya akan berkaitan dan berdampak dengan literasi finansial dengan tetap memtumbuhkembangkan karakter pada peserta didik
Tantangan: Ketika istilah Literasi mulai saya perkenalkan kepada teman teman di dunia pendidikan dasar, ada sebagian kecil guru yang ikut mendukung dan mulai tertarik untuk mengikuti jejak saya menekuni pemahaman tentang literasi. Namun dari sekian yang mendukung kegiatan literasi lebih banyak yang tidak mendukung alias cuwek,masa bodoh dan tidak peduli, karena kegiatan literasi dianggap hanya mencari dan menambah pekerjaan guru. Kegiatan Literasi di anggap kegiatan yang membebani guru.
Sehingga perjalanan untuk membumikan literasi ini terasa terseok seok dan buta, karena tidak tahu kemana arah yang akan di capai. Selama ini pemahaman kami tentang literasi hanya kegiatan membaca 15 menit, dilanjutkan membuat reshume dari bacaan yang telah dibaca. Keterkaitan dengan materi pelajaran anak anak di dalam kelas tidak ada hal itulah yang menyebabkan guru memandang literasi sebelah mata. sebagian besar guru kurang “ngeh” dengan literasi. Literasi bukan dianggab sebagai fondasi yang mendasari peserta didik menyongsong kehidupan menanti untuk di benahi.
Aksi:
1. Menggabungkan kegiatan literasi dengan berbagai segi kehidupan yang menunjang pembumian literasi
2. Menggabungkan kegiatan literasi dengan budaya masyarakat setempat
3. Menggabungkan kebiasaan, sosial, ekonomi,dan karakteristik masyarakat kelurahan Sisir
Akhirnya Saya mencoba mencari celah untuk menanamkan kegiatan literasi dengan cara menggabungkan budaya,literasi dan Pendidikan karakter untuk mendapatkan kesejahteraan finansial
Dalam kegiatan literasi yang berbasis budaya yang dilakukan di SDN Sisir 03 yaitu dengan meningkatkan pembelajaran ekstrakurikuler membatik, tujuan utama dari kegiatan literasi berbasis budaya kearifan lokal adalah menanamkan dan mencetak peserta didik yang memiliki karakter tanpa meninggalkan kearifan budaya lokal, Batik menjadi ekstrakurikuler wajib yang harus diikuti oleh siswa mulai kelas 2- 5, dari 4 kelas tersebut mulai materi batik diberikan dengan beberapa jenjang:
a.Memperkenalkan budaya bangsa yang bernama batik, untuk mengangkat kearifan budaya lokal membatik khas Kota Batu, maka anak anak di kelompokkan menjadi 4 kategori
1. Kategori kelas rendah memperkenalkan gambar dan berlatih membiasakan membatik (menggambar) dalam kelas ekstrakurikuler
2. Setiap gambar yang di buat oleh siswa di diskusikan Bersama membahas makna yang tersirat dalam gambar tersebut, gambar batik akan mewakili perasaan masing masing anak anak dengan menggabungkan kesenian banteng agung sebagai ciri khas budaya dari kearifan lokal kota Batu
3. Untuk kelas atas ( 3-4) materi yang diberikan juga sama hanya di tambah dengan menyanting, kesulitan dalam membatik adalah menyanting karena dalam menyanting melatih kehalusan budi dan tutur kata.
4. Untuk Kelas 5 memulai melakukan kegiatan membatik dengan pewarnaan
5. Mengadakan pameran di sekolah dalam acara “Parent Gathering”dalam penerimaan raport
6. Belajar membatik dengan kegiatan mokel jokcengeng
Kegiatan literasi sekolah yang sudah berjalan adalah mokel jok cengeng didalam kegiatan mokel jokcengengmerupakan kegiatan sarana untuk belajar mendongeng secara bergantian dalam kegiatan mendongeng tersebut siswa dapat membawa kain batiknya dengan menceritakan tentang filosofi batiknya
Perubahan :siswa tidak merasa terbebani dengan kegiatan literasi
Siswa dapat mengakses,memahami,dan menggunakan sesuatu secara cerdas mmmelalui berbagai aktivitas antara lain membaca,melihat,menyimak,menulis, berbicara (seperti makna dan Pengertian literasi yang sesungguhnya)
Siswa dapat memahami arti kegiatan literasi bersinergi dengan hidupnya
Literasi bukan lagi kegiatan yang membosankan tetapi menyenangkan karena siswa merasa sangat dihargai.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar