Sri Adhani

Seorang pendidik Bidang Studi Bahasa Inggris. Memiliki lima orang anak. Ingin berbagi Bahagia dengan menulis....

Selengkapnya
Navigasi Web

Toples Usang

#TantanganGurusiana

Tantangan hari ke - 13

Toples kue yang mulai usang ku keluarkan dari lemari kecil tempat ibu biasanya menyimpan beberapa barang pecah belah. Setahuku toples-toples itu belum pernah diganti. Warnanya sudah mulai pudar tapi masih bagus bila diisikan kue-kue lebaran.

Toples itu berjumlah enam buah, aku selalu sedih bila salah satunya harus kosong. Kakakku punya ide, "Bagaimana kalau tepung yang satu kilo ini kita bikin dua jenis kue." Aku dan ibu setuju saja. Karena ibu biasanya hanya membeli beberapa kilo tepung untu membuat kue lebaran.

Sebenarnya tidak ada maksud ria, kami hanya sayang bila satu toplesnya tidak dipakai. Bila lebaran tiba kue-kue sederhana itu aku tata di toples yang sama. Biasanya, pas malam takbiran toples-toples itu sudah kuisi dan ku tata dimeja ruang tamu yang kututup dengan alas meja batik. Hatiku cukup puas meskipun setiap tahunnya kue itu tetap sama.

Ada rasa haru ketika takbiran mulai terdengar di kejauhan. Biasanya iring-iringan kendaraan lewat di depan rumah. Kebiasaanku ialah menghitung jumlah kendaraan yang lewat hingga habis.

Malam takbiran kali ini terasa berbeda. Seisi rumah tampak tenang, tidak ada yang bicara. Kami berkumpul di ruang tamu. Aku duduk di kursi rotan yang beberapa anyamannya mulai lepas. Tak jauh dari tempatku, ayah, ibu, dan adikku juga duduk tak bergeming diatas tikar satu-satunya di rumah kami. Semua larut dalam pikiran masing-masing.

Pelan mulai kudengar suara isakan Ibu, ia menunduk sambil terus menghapus air mata yang tak henti mengalir. Sejurus kupandang Ayah yang juga mengusap air matanya. Aku dan adikku juga ikut hanyut dalam deraian air mata. Namun tak seorangpun kami yang berbicara.

Lebaran kali ini untuk pertamakalinya kakak sulungku tidak pulang. Beberapa bulan yang lalu ia diantar Ayah ke daerah yang menurutku terpencil di propinsi lain. Ia mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Aku tau gajinya tentu belum seberapa. Sementara untuk pulang butuh banyak biaya.

Aku tahu, disana kakak pasti juga bersedih. Tidak bisa berkumpul dengan keluarga yang ia sayangi. Seperti duka yang memenuhi rumah kecil kami. Ada kerinduan yang menguap memenuhinya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Jadi sedih bacanya...

29 Jan
Balas

begitulah hidup Eni sayang...

31 Jan
Balas



search

New Post