Ranjau-Ranjau yang Tersesat
Ketika aku masih mengenakan putih abu-abu, aku dan sahabatku jalan-jalan ke sebuah pondok pesantren. Disana kami mengadakan sebuah pelatihan. Pelatihan itu dibuat untuk pengurus organisasi yang baru. Tentu saja aku merasa bahagia. Karena bisa jalan-jalan bersama teman-temanku di luar jam sekolah. Kami berangkat di sore hari sepulang sekolah. Disinilah perjuangan kami akan dimulai.
Kami janjian berangkat pukul 4 sore. Titik kumpul kami di Masjid Amaliyah di kotaku. Aku pulang dulu ke rumah untuk mengambil barang-barangku. Saat menunggu angkot, entah mengapa angkotnya gak muncul-muncul. aku gelisah karena waktu semakin sore. Aku takut ditinggal oleh yang lain. Lalu angkot pun muncul dan aku segera naik.
“wak ngebut dong, telat nih” kataku dengan wajah panik pada supir angkot.
“mau kemana dek?” Tanya supir itu.
“mau pergi rombongan wak. Takut di tinggal. Aku gak tahu tempatnya.” Kataku lagi.
“oke deh..” jawab pak supir.
Sesampainya di tempat janjian aku tidak melihat teman-temanku dan bus yang akan kami tumpangi. Aku sudah mau nangis. Untung saja di saat aku celingukan mencari-cari sesuatu, temanku datang. Aku tersenyum menyambutnya.
“Akhirnya ada kawan juga.” kataku dengan perasaan lega.
“Yang lain mana? Busnya mana?”Tanyanya beruntun.
“Kita ditinggal Ma. Yang lain udah pada berangkat.” Jawabku lesu.
“Jadi, gimana nasib kita? Aku gak tahu tempatnya?” kata Ima mulai panik.
“Gimana ya?” tanyaku juga.
Dalam kepanikan itu aku melihat guruku berjalan dengan tergesa-gesa.
“Lho Ri, Ima..kok masih disini?” Tanya beliau.
“Kami ketinggalan pak.” Jawab kami serempak.
“Yaudah, kita berangkat bareng aja.. Bapak juga mau kesana..”
“Alhamdulillah…” kami pun tersenyum bahkan sampai tertawa.
Kami naik angkot sampai terminal Binjai. Lalu disambung lagi naik angkot menuju ke Kuala. Ditengah jalan Handphone Pak Fajar berdering. Beliau mengangkatnya di depan kami. Entah dengan siapa beliau berbicara.
Lalu terdengar beliau membicarakan kami.
“Ia, ane sedang di angkot nih mengumpulkan ranjau-ranjau yang tersesat.”kata beliau sambil menoleh ke arah kami. Aku dan Ima saling bertatapan. Bingung. Apa maksudnya ranjau-ranjau yang tersesat?
Beliau pun menutup sambungan teleponnya. Seolah mengerti kebingungan kami beliau pun berkata,”kalian ini ranjau-ranjau yang tersesat. Harus diamankan. Anak gadis bepergian jauh malam-malam bahaya kalau tidak ada yang mendampingi di jalan.”
Kami pun mengangguk-angguk tanda paham. Setelah turun dari angkot dan dilanjutkan dengan berjalan kaki akhirnya kami sampai ditujuan. Ku lihat di depan pesantren itu ada beberapa orang guru sedang menunggu kami.
“Oh…ini rupanya ranjau-ranjau yang tersesat itu. Untung bisa diamankan..” kata salah seorang guru. Kami hanya tertunduk dan tersenyum malu-malu mendengarnya. Segera kami bergabung dengan teman-teman yang lain. Dan mengikuti agenda kegiatan sampai selesai.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar