Semenjak kuterdampar di mwc 5 Jateng keinginan ntuk menulis selalu ada, namun ketika kumulai menulis terhenti ditengah perjalan karena kehabisan kata dan belum kutemukan kalimat yang pas. Bahkan seringkali jemari ini menyelesaikan satu rangkaian cerpen mau dikirim e..e..hilang karena belum tersimpan dan harus mrnyeselaikan tugas lainnya. Tapi nggak apalah etung-etung pengalaman nulis artikel meski sering galrim alias gagal terkirim. Belum lagi jari-jemari tua ini jempol semua sehingga untuk memilih huruf-huruf yang kecil mungil selalu salah. Namun karena dahsyatnya virus yang disebarkan mentor-mentor baik secara langsung dari MWC 5 maupun secara tidak langsung dari para gurusianer, maka aku selalu mencoba dan mencoba untuk belajar menulis. Seperti malam ini ditengah keheningan malming sambil menunggu suamiku yang sedang betistirahat kulakukan kegiatanku ini. Saat ini aku bersama suami berada di Solo menengok anak yang sedang menuntut ilmu. Kami dikaruniai tiga orang anak dua perempuan dan satu laki-laki. Dengan menulis segala rencana, pemikiran, dan kejadian akan terabadikan sehingga bila suatu saat kita ingin mengetahui kejadian masa lalu yang pernah dialami, kita tinggal membuka tulisan dan membacanya. Sehingga dengan menulis secara tidak langsung segala sesuatu yang pernah kita alami akan terekam didalamnya. Dan lewat tulisan pengalaman baik buruk bisa tercurah secara jujur dan leluasa tanpa harus ada yang disembunyikan. Oleh karena itu manakala hati sedang suntuk segera tulis dimana saja entah dibuku, dikertas, dipohon, bahkan dipinggir pantai atau ditepi laut sekalipun agar gundah gulana yang ada dihati bisa tercurah semuanya. Nah akhirnya hati menjadi tenang perasaan nyaman dan tulisan dapat dinikmati atau dibaca oleh kita dan orang lain.

Goresan Sabtu malam 10 Maret di kota Solo.